Sepuluh

9 3 0
                                    

Semenjak Jingga menerima kembali hadirnya Fajar, ada rasa yang semakin hari semakin tumbuh didalam hati Jingga. Dan, perasaannya kepada Rizky semakin samar. Tidak lagi Jingga peduli dengan Rizky,yang jelas Fajar sudah membuktikan kalau dia layak untuk diberi kesempatan keduanya.

"Ih, iya. Kenapa yah dulu Aku benci banget sama kamu, padahal aku belum kamu jelasin alasannya. Kamu sih, bisanya ngilang-ngilang mulu." Jingga dan Fajar kini sedang berada di sebuah caffe ternama dikotanya. Menikmati sore dengan berbincang mengenai masa lalu yang dulu pernah bahagia dengan Fajar, walau pada akhirnya menghilang, dan kembali dengan sebuah alasan.

" Iya, makannya. Kalau aku lagi ngomong tuh dengerin dulu. Siapa tahukan, salah paham. Nyesel kan sekarang hahaha." Tawa Fajar mengejek Jingga yang mulai cemberut karena ocehannya sendiri. "iii ya karena kamu aja itu yang selalu ngilang gak jelas, mana gak ada kabar lagi. Paling hobi emang kamu itu." Fajar masih tertawa mendengar ocehan Jingga itu, membuat jingga bete karena ditertawakan. Emang dah, Fajar.
"Tau ah, bete. Ngambek aku." sambil mengalihkan pandangan ke yang lain, Fajar langsung berhenti ketawa dan memandang jingga yang sudah cemberut,dari tadi.

"iya iya, maaf deh. Jangan ngambek, dong, Ngga. Aku cuma bercanda doang lagian. Udeh deh. Lagi pms ya kamu?"

Ngeselin emang, deh, yah Fajar ini. Gak tau, tapi semuanya malah membuat Jingga semakin sayang.

"Kamu sih, kalau kamu salah yah salah aja sih ngelak mulu, ketawa lagi." masih dengan nada ngambek dan cemberut. "iya, iya, aku yang salah, maafin dong yah sayang."

Seketika, Jingga langsung menengok dan melihat mimik wajah Fajar yang membuatnya luluh. Rambut yang rapih tanpa pomade, baju kaos dan jaket kesayangannya itu membuat karismatik nya nambah dimata Jingga. "Ihh, ngapain sih pake manggil sayang-sayang, geli. Aku masih ngambek. Wle" sela Jingga, yang sudah senyum mesem gitu karena denger Fajar manggil sayang. Emang, paling anti sekali Jingga manggil-manggil dengan kata sayang. Yah, bukan berarti dia gak sayang. Malah sayang baget. Kata sayang yang selalu jadi panggilan orang-orang untuk membuktikan rasa sayangnya itu tidak semua yang dikatakannya kan benar. Maka, kalau sayang buktikan dengan perbuatan, dan juga dengan selalu menjaga dan menghargainya. Bentuk sayang itu akan timbul dengan sendirinya didalam hati kita.

"Hahahah iya aku tahu, kamu masih ngambek. Sengaja dong, biar kamu senyum gitu. Lucu kamu kalau lagi ngambek gitu."  semua cowok gini ya? Bilang lucu kalau pacarnya lagi ngambek, hadeuh Fajar udah kena virus orang-orang nih.

"Jar, risih gak kamu sama aku? Aku kan gini, banyak maunya. Banyak ngatur juga sama kamu. Kalau risih bilang aja, ya."

Memang,selama mereka pacaran, jingga terkadang ngatur hidupnya Fajar. Yang jangan ini lah, itulah yah banyak deh. Tapi, bukan tanpa sebab, yah itu,karena rasa sayangnya yang gak mau Fajar kenapa-napa ditambah gak mau fajar ngilang lagi.

" Aku seneng kamu perhatiin, Ngga. Aku gak risih. Kamu tahu batas kok, ngatur aku. Engga sampe yang bikin aku risih. Aku tahu kamu sayang aku, karena perhatian kamu itu. Makannya, aku bertahan gak mau bikin kamu kecewa lagi. Sayangnya kamu itu sudah sangat berarti bagi aku. Dan, aku kembali juga karena harus memperbaiki apa yang aku perbuat dulu dengan kamu. "

----------------—---———————–---------------

Hari-hari selanjutnya, bayangan Rizky semakin tidak ada di pikirannya. Pikirannya kini hanya Fajar. Dan, rizky pun keliatannya sudah bahagia dengan Winda. Jingga bersyukur, dengan kehadirannya kembali bisa membuat jingga melupakan seseorang yang bahkan, tidak melihatnya sedikitpun.

"cie, yang udah move on nih." widia, membuyarkan lamunan Jingga, dan dia sudah berada dibangku sebelah Jingga.
"Wid, ih, ngagetin aja. Apaan sih, ah." jawab Jingga sekenanya, Jingga tidak terlalu memrumitkan pikirannya, toh Jingga udah bahagia dengan Fajar.

"hallo, selamat pagi cantik-cantikku." seruan dari arah pintu masuk itu mengalihkan semua pandangan orang didalam kelas itu, sudah ada Lania dengan reinata disana. Sisuper duper miss kepo dan centil. "haai guys, pagi all."

Hadeuh, Jingga selalu tepuk kening melihat kelakuan dua sahabatnya itu, Widia hanya tertawa melihat kelakuan 2 cewek yang lagi jalan ke arah meja mereka berdua.

"Eh, Jingga, cie yang udah move on." sambil menyubit pipi Jingga, Reina. Cewek itu paling bisa deh, bikin Jingga marah.
"Apaan sih, Re. Sakit tahu ih." sambil mengusap pipi yang Reina cubit tadi. "Iya iya maaf deh." katanya sambil pergi ke meja nya dibelakang Jingga dan Widia. Lania masih berada di depan Widia, lalu mengikuti gerak Reina kebelakang.

Beberapa saat setelah kedua cewek itu duduk di kursinya, yang sekarang sedang gosip-gosip, dari arah pintu ada Rizky yang baru datang. Kedatangannya biasa saja di mata Jingga sekarang. Padahal, penampilan Rizky hari ini sangat berbeda. Rambutnya yang di potong rapih, tidak acan-acakan seperti biasa, pake jaket merah kesayangannya membuat pangling dan cool.

Rizky melewati meja Jingga yang kemudian duduk dibangkunya disebelah meja lania dan Reina. Jingga masih tidak mengubbris kedatangan Rizky tadi, pikirannya jauh disana. Entah, dimana. Yang pada akhirnya, dia sadar. Rizky datang tanpa Winda? Kemana Winda? Apa mereka sudah putus? Batin Jingga membeo kata putus, yang kemudian Winda datang kekelas, dengan muka yang kusut.

Apa benar mereka putus?

Senja Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang