Empat Belas

4 1 0
                                    

"Seharusnya, rasa yang diam-diam aku simpan untuk dia sudah hilang. Tapi, ternyata masih ada titik nama dia dalam hatiku. Apa aku masih mengharapkannya? Disaat hati aku sudah terisi oleh yang lain?"
- Jingga Adyana Bumi

"Ngga, gimana lo sama Fajar? Semenjak kejadian Rizky nyatain sukanya?" Widia, si ratu kepo akan selalu tahu apdate terbaru. Yah, namanya juga ratu kepo. Dan Jingga sudah paham betul sifatnya.

"Ya, gitu, deh wid. Gue udah menyakinkan hati aku buat Fajar. Dia yang udah hidup aku hilang dari pikiran tentang Rizky. Tapi.." Jingga sengaja menggantungkan kata-katanya, sedikit berpikir.

"Tapi apa, wei Ngga. Jangan digantung-gantung gitu, sih. Kek hubungannya elu aja dulu sama Rizky." semprot widia, engga sabar dengan kelanjutan cerita Jingga. "iih, apaan sih lo, Wid. Bawa-bawa masa lalu."

"Ya elo apaan, tapi apa sih. Jangan bikin gue tambah penasaran aja, kenapa sih." masih bete dengan perkataan Jingga tadi, dan Jingga hanya cengengesan melihat ekspresi Widia yang kepo parah.

"Hahahah muka lo lucu kalau lagi kepo gitu, Wid. Bentar, gak kuat gue pengen ketawa mulu." jingga menahan perutnya yang seperti digelitiki, dan terus menertawakan Widia yang masih cemberut. "JINGGAAAAAAA, IH LO MAH GITU!!"

"Ahahahah, iya, iya maaf." masih ada sedikit tawa dibibirnya. Tapi Jingga menghentikannya ketika melihat widia sudah marah karenanya.

"Yaudah, tapi apa? Kenapa?jawab jangan ketawa," semprotnya lagi dengan nada yang sewot dan masih bete. "ya, gitu. Lo kan tahu. Gue udah lama suka sama Rizky. Tapi, gue juga gak mau bikin Fajar kecewa. Ya, meskipun dia pernah bikin gue kecewa dulu,tapi itu dulu." Jingga sedikit berpikir, raut wajahnya bingung. Memilih diantara pilihan yang sebenarnya sudah ia pilih.

" Lo, gimana, sih Ngga. Labil banget, deh. Ya elo kan udah milih fajar. Harusnya lo bisa lupain tuh s rizky yang nyebelin itu. Ya, karma dia udah bikin lo nunggu lama, juga." jawaban Widia membuat Jingga tidak setuju. Karena, bukan sepenuhnya salah rizky, ya semuanya salah Jingga sendiri memendamnya, kalau saja diungkapkan tidak akan seperti ini. Itu, pikirnya.

" Wid, engga sepernuhnya salah Rizky. Plis udah jangan salahin mulu Rizky. Ya, gue aja bego mendem sendirian." elak jingga.

"Lo ini, Ngga. Mau disakitin berapa puluh ribu kali pun sama Rizky, kayaknya lo gak bakal salahin dia, emang udah ketutup sama cinta lo, tuh."

"Ya, bukan gitu juga, Wid. Udah ah, bahas ini bikin gue pusing. Gue mau ngeyakinin aja hati gue tulus sama Fajar." jingga berlalu pergi meninggalkan Widia yang masih terduduk itu, membuat Widia ngomel sendiri. Posisi mereka sedang di kantin, berdua karena sekolah sudah bubar sejak 30 menit yang lalu.

" JINGGA, LO INI YA. MAIN TINGGAL-TINGGAL AJA. AWAS AJA, LO!" Umpatan Widia mampu membuat Jingga yang sudah berlalu lumayan jauh itu tertawa sendiri.

*******

Apa yang mengganjal ini semakin membuat dada Jingga sesak. Penuh dengan masalah tentang hatinya yang bercabang ini. Setiap rasa yang hadir, selalu membuat perasaannya berkecamuk, gelisah dan resah.

Kali ini, Jingga harus bisa tegas dengan pilihannya. Bagaimanapun, perasaan tidak pernah bisa dibagi menjadi dua. Akan ada hati yang tersakiti nantinya.

Dengan tekad yang bulat, Jingga menyakinkan hatinya untuk fajar. Kesempatan kedua tidak apa kembali diberi, mungkin akan ada hal yang akan diperbaiki Fajar kedepannya.

Iya, jingga yakin, sudah mantap memilih fajar untuk tetap tinggal dihatinya. Biar, Rizky kembali menjadi teman, sahabat, saudara dan kakak bagi Jingga. Karena sebenarnya, rasa nyaman itu sendiri yang membuat Jingga begitu mengagumi Rizky.

"Ky, mungkin aku salah. Menafsirkan rasa kagumku berlebihan sama kamu. Aku tahu, kita hanya teman dan emang sudah semestinya menjadi teman. Maaf, ternyata aku yang terlalu baper. Rasaku untukmu hanya sebatas rasa nyaman. Dan aku terjebak, sampai memendamnya sendirian. Tapi, aku ingin tetap berteman walau rasa kita tidak bisa disatukan dengan perasaan yang lebih dari sekedar teman. Cukup dengan berteman denganmu, aku pikir itu lebih baik. Aku gak mau kehilanganmu, jangan pergi, ya. Kalau semisal kamu sudah mendapatkan seseorang yang membuatmu nyaman. Sayangilah, seperti aku menyayangimu, ky. "

Pesan itu dikirimkan lewat aplikasi whatsapp. Centang dua sudah disana, tapi belum dibaca. Mungkin Rizky sudah tidur,karena memang sudah malam juga. Tapi, Jingga yakin Rizky belum tidur. Anak itu tidak pernah bisa tidur lebih awal, pasti sedang main game. Jingga sudah tahu betul kebiasaannya itu,sampai sudah dekat sekali dengan kedua orangtua nya.

Jingga tidak ingin menunggu jawaban Rizky, Jingga memutuskan untuk tidur saja. Esok saja dia balas pesan yang akan masuk dari Rizky nanti. Memberi jarak pada rasa yang akan membuat lega. Pikirnya, mungkin ini yang memang seharusnya Jingga lakukan.

23.01

Rizky sedang asik memainkan gamenya, sampai terdengar notifikasi whatsapp tapi dia abaikan. Fokusnya masih kepada game yang sudah akan memenangkan stage nya. Sampai, akhirnya dia puas dengan kemenangan gamenya itu, ia keluar dari aplikasi itu dan melihat whatsapp yang masuk tadi.

Dari semua yang ada, Rizky tertuju kepada pesan dari Jingga.

Dadanya berbunga, mendapat pesan dari Jingga, tapi ketika ia buka pesannya bunga-bunga yang tadi bermekaran kembali layu, menguning sampai kering. Sesak, harus melihat kenyataan yang menyakitkan.

Tapi, Rizky tidak boleh egois. Kesalahan ini memang bukan salah dia saja, Rizky berlajar ikhlas. Meski ingin sekali bisa mendampingi Jingga sebagai seseorang yang paling istimewa dihatinya.

Tapi, takdir hanya memasangkan Rizky dengan Jingga sebagai sepasang sahabat. Itu cukup.

"Gue juga sayang, lo,Ngga. Terimakasih lo dulu sudah banyak membantu gue, maaf gue sering banget ngerepotin lo. Maaf, sadar gue tentang rasa lo ke gue itu telat gue tahu. Sampai akhirnya, lo berpaling karena gue gak pernah melihat lo. Maaf, ya, Ngga. Memang sudah seharusnya kita hanya sahabatan, engga lebih. Gue akan tetap disini, Ngga,tidak akan pernah pergi. Lo akan tetap menjadi sahabat terbaik gue. Gue sayang lo. Jangan sungkan kalau lo ada masalah, gue bantu selagi gue bisa."

Helaan nafas panjang terdengar dari mulutnya, dia menyesali berpalingnya hati Jingga. Tapi, Jingga memang pantas mendapatkan yang lebih baik dari Rizky. Dia sadar, egonya ini tidak akan membuatnya baik-baik saja.

Berteman dengan Jingga sudah cukup, dan Rizky juga sudah menganggap Jingga itu seperti adiknya sendiri. Tingkahnya yang polos dan juga lucu, menggemaskan membuat Rizky selalu ingin menjailinya.

Memang, ada yang perlu ditinggalkan dengan sukarela karena sebatas berteman saja cukup.

Tidak semua yang kita mau itu harus ada. Ada yang mesti hilang, ada yang tetap tinggal. Semua tergantung takdir,semesta selalu punya caranya sendiri membuat kita bahagia.

Apa yang singgah dalam hidupmu itu yang terbaik, meski tidak kamu miliki seutuhnya. Dan, apa yang hilang dalam hidupmu itu juga yang terbaik, karena tidak ada yang Tuhan beri kalau bukan karena kebaikan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja Dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang