"Oh iya, gue mau minta tolong sama lo," ujar Ben. "Ngapain?" tanyaku. "Gue mau dijodohin sama ortu gue, tapi gue ga mau," jelasnya.
deg
Deg? Kenapa deg? Kan gue bukan siapa-siapanya dia.
"Umm, trus? Apa yang bisa gue bantu?" tanyaku. "Jadi pacar gue, sampe gue ga jadi di jodohin," jelasnya lebih lanjut. "Hah? Apa? Gue ga salah denger? Ga ga ga, ga mau," gue gak salah denger kan? "Iya jadi pacar gue, mulai hari ini lu jadi pacar gue," paksanya. "Tapi kan mama tau kita gak pernah akur," belaku. "Ya bagus dong? Anaknya sama anak sahabatnya malah jadi akur, malah pacaran," ujarnya. "Kalo lu mau jadi pacar gue, gue bakal bantu hubungan lo sama Aldy," sambungnya.
"Tapi kan-" kata-kataku tersela oleh bel selesai istirahat.
Sial
Siapa coba yang mau jadi pacar dia? Amit-amit dah.Selama pelajaran berlangsung gue ga bisa fokus. Kepikiran terus tentang yang tadi."-sya, Tasya! Kamu dari tadi ngelamun mikirin apa sih?" tanya Bu Swati guru Bahasa Indonesia. "Eh, maaf bu saya lagi gak fokus," aduhhh, jangan pikirin dia terus deh. "Kamu tolongin ibu deh, ke perpus ambil buku bacaan buat sekelas, hari ini kita literasi aja," pintah Bu Swati.
"Sendiri bu?" tanyaku. "Iya lah sendiri, mau ditemenin?" jawabnya. "Barang kali bareng Carmine atau Sandra gitu bu, hehe," jawabku. "Hmm, yaudah. Itu! Yang tidur, kamu temenin dia ke perpus ambil buku cepet!" pintah Bu Swati sambil menunjuk anak yang tengah tidur.
Shit, it's Ben.
Kenapa coba mesti dia? Akhirnya gue sama Ben pergi berdua ke perpustakaan. Pas lagi jalan ke perpus, gue sama Ben kena halang. "HEH ITU! Kalian bolos ya? Pacaran lagi berdua," teriak Pak Bagas.
Iya lah pak pacaran berdua. Masa sendiri? Namanya bukan pacaran dong.
Aduhh kenapa mesti pak bagas sih? "E-enggak kok pak, kita disuruh Bu Swati am-" saat hendak menjelaskan, kata-kata gue terpotong.
Kayaknya sering banget ya kata-kata gue terpotong :")
"Iya pak, kita emang bolos buat pacaran," kata Ben sambil ngerangkul pundak gue. "Oh.. Bagus ya kalian. Berani-beraninya bolos pelajaran!" tangan Pak Bagas hendak memukul Ben. "Eittss, bapak inget kita gak? Yang berantem di kelas bapak. Kalo bapak gak bilang siapa-siapa kita gak bakal ribut lagi deh di pelajaran bapak. Kan lagian bagus kalo kita pacaran jadi ga ribut kan," jelas Ben.
And magically Pak Bagas biarin kita lolos.
"Kalo Bu Swati nanya kok lama banget gimana?" tanyaku. "Ya bilang aja kita dihalang sama Pak Bagas, dibilang disuruh Bu Swati tapi ga percaya," kata Ben. "Ga sepenuhnya bohong kan?" sambungnya. "Iya sih... Tapi lu yang bilang ya," ujarku. "Hmm," jawabnya singkat.
Bener aja, pas nyampe kelas langsung ditanya Bu Swati. "Kalian kok lama?" tanya Bu Swati. "Iya, tadi keprogok pacaran," kata Ben santai. "Apa? Pacaran? Jadi kalian pacaran?" tanya Bu Swati.
Wah, nyari mati ya ni anak?
"Enggak bu, tadi kita pas mau jalan ke perpus di stop Pak Bagas, dikiranya kita pacaran, terus diajak ngobrol," jelasku. "Bener nih?" tanya Bu Swati tak percaya. "Iyaa, bener kok buu, emang ibu percaya sama Ben?" tanyaku. "Ya... gimana ya... Ben juga ga macem-macem sih anaknya. Cuman penampilannya aja kayak berandal," kata Bu Swati. "Yaudah, kalian bagiin bukunya gih, ibu mau ke toilet," sambungnya.
Setelah bagiin buku ada 2 anak kepo ini pasti nanya-nanya. "Eh, apaan tuh tadi? Keperogok pacaran? Sejak kapan elahh," tanya Carmine. "Tuhh kan ternyata bener kalian pacarannn, gak usah malu-malu deh Sya," timpa Sandra. "Apaan sih kalian, ngaco banget deh," balasku.
Tiba-tiba dateng seseorang yang gak pernah gue sangka. "Tasya, lu beneran pacaran sama Ben?" tanya Gerald. "Eh.. Geraldy... enggak kok, dia cuman asal ceplos aja," balasku. "Lah.. gue tanya si Ben katanya iya, kalian pacarannya semenjak kemaren," kata Gerlad. "Serius?" tanya Carmine dan Sandra. Saat hendak menjelaskan, Bu Swati masuk kelas.
"Heh kamu! Siapa yang suruh jalan-jalan? Balik ke tempat sana!" teriak Bu Swati.
Jadi.. Geraldy gak di kasih tau sama Ben? Gue juga gak kasih tau Sandra sama Carmine sih... tapi... kalo Geraldy salah sangka gimana? Nanti dia gak mau jadi pacar gue :(
Saatnya pulang sekolah. Seperti biasa gue sama Carmine menuju parkiran motor. Siapa sangka? Ada orang yang lagi nungguin gue. "Ngapain lu disini?" tanyaku. "Pulang bareng gue," kata Ben sambil merangkul pundaku. "Ehhh, apa-apaan nih, gue kan pulang sama Carmine," balasku sambil melepas rangkulannya. "Ga inget rencana kita?" tanya Ben.
Dengan terpaksa, demi dia bantuin gue sama Geraldy.. gue ikut. "Eh motor gue gimana?" tanyaku. "Suruh Carmine aja yang bawa," kata Ben sambil melempar kunci motor yang baru saja direbut dariku.
Selama perjalanan pulang, kita berdua diem aja. Yang harusnya jalan pulang lurus, Ben belok ke kiri. Dia mau bawa gue kemana? Dan ternyata dia bawa gue ke cafè. Pengen nanya tapi kayaknya percuma, ga bakal kedengeran.
"Maaf ga bilang-bilang, gue mau ngafe bentar," kata Ben setelah buka helm nya. "Lu gapapa kan pulang maleman?" tanya Ben. "Iya gapapa," jawabku.
"Mau pesen apa?" tanyanya saat masuk kedalam. "Umm, gue hot chocolate aja," jawabku. "Mbak, hot chocolate satu sama kopi yang paling enak disini apa ya?" tanya Ben ke mbak kasir. "Lu yakin mau minum kopi? Nanti gak bisa tidur loh," ujarku.
"Kakaknya peduli ya ke pacarnya, pas banget hari ini lagi ada promo beli dua hot chocolate atau hot americano diskon 30% khusus couple aja kak. Gimana?" kata mbak kasir. "T-tapi kita bu-" baru mau menjelaskan kalo kita buka couple, Ben udah nyela. "Yaudah, hot chocolate aja dua mbak," kata Ben.
"Minumannya berapa?" tanyaku. "Dua," jawab Ben bercanda. "Yeeeh, harganya bukan jumlahnya," jawabku. "Ga usah, gue yang beliin. Anggep aja rasa terimakasih gue ke lu," kata Ben.
Selama di cafè kita diem doang. Cafè nya juga lagi sepi. Padahal ini cafè terkenal. "Lu kenapa ngajak gue ke sini?" tanyaku memecahkan keheningan. "Biar disangka ngedate,"
jawabnya santai. "Date apaan yang kayak gini? Ga romantis banget sih," ujarku iseng. "Oh, jadi lu udah nerima jadi pacar gue?" tanyanya. "Ihh, ga gitu," yaampun mulut inii, salah ngomong kan."Besok siap-siap, jam 9 gue jemput," katanya. "Ha? Ngapain?" tanyaku penasaran. "Mau ngedate," jawabnya singkat.
Pagi pun tiba, gue lupa kalo mau dijemput Ben. Gue pikir cuman bercanda.
*tok**tok*
"Nonn, ada Mas Ben nih," panggil Mbok Nuri. Mbok Nuri? Sejak kapan ada Mbok Nuri?"Masuk aja mbok," panggilku. "Non, kok belom bangun? Itu ditungguin Mas Ben," kata Mbok Nuri. "Ben? Ngapain dia?" tanyaku. "Ga tau non, tapi Mas Ben ganteng banget," jawab Mbok Nuri. "Ihhh, sejak kapan Ben ganteng? Oh iya, mbok kapan datengnya?" tanyaku. "Tadi pagi non, non jangan kebiasaan lupa kunci pintu. Bahaya," kata Mbok Nuri. "Oh iyaa, hehe," kan kebiasaan.
Lalu gue mandi dan ganti baju ke baju kasual. Kaos putih polos dengan bawahan jeans pendek. Rambut panjang yang gue gerai dan pake bandana jingga pastel. Karena gue orangnya simple, gue bawa tas slempang item kecil aja juga cukup.
Pas gue keluar kamar, gue langsung disambut sama Ben. "Lama bang- et," kata-kata Ben sempet terhenti gara-gara ngeliat gue.
Kalian tau apa? Baju kita sama. Dia juga pake kaos putih polos sama jeans panjang. Ben orangnya juga ga ribet, dia juga bawa tas slempang cowok.
Duh, kayak couple beneran ini mah.