"Cieee, yang abis kencan sama cowoknya," ejek Sandra. "Apaan sih San," jawabku. "Akhirnya ya, kalian jadian," lanjutnya. "Ihh, gue tuh cuman bantuin dia tau. There's nothing between us," ujarku. "Beneran juga gapapa kok, gue restuin," kata Carmine. "Tuh, calon adek ipar udah restuin, hahaha," ejek Sandra.
Tiba-tiba orang yang lagi kita omongin dateng, bersama sahabatnya. "Hah? Adek ipar? Apaan adek ipar? Siapa?" tanya Gerald. "Ihh, masa lu ga tau sih, ini loh si Ta-" saat Sandra hendak ngomong, gue tutup mulutnya. "Umm, iya kakak sepupu gue bakal nikah. Gue bakal jadi adek ipar hehe," jawabku spontan. "Ohh," jawab Gerald. "Trus kenapa lu nutup mulutnya Sandra?" tanya Gerald. "Ehh, gapapa. Maaf Sandra, refleks," ujarku. "Hmm," jawab Sandra kesal.
Ben ga ngomong apa-apa selama kejadian tadi. Dan... Gerald gak tau tentang rencana ini. Apa Ben gak ngasih tau apa-apa? Kenapa? Kan Gerald sahabatnya sendiri.
Gue takut Gerald salah paham dan nyangka kalo kita beneran pacaran. Seandainya misi ini selesai, kan kalo misalnya gue nyatain perasaan gue ke Gerald dan dia nolak gara-gara kira gue pacaran sama Ben gimana? Aaahh, pusing.
Dari pada pusingin itu, gue pilih untuk fokus belajar. Bel pulang sekolah berbunyi, akhirnyaa.
"Tasya," panggil Ben. Tanpa bilang apa pun dia nyodorin helm nya, ngasih kode buat pulang bareng. "Umm, gue pulang sendiri deh hari ini," ujarku. "Udah cepet pake, gue mau ngajak lu ke suatu tempat," jawabnya. "Hah? Kemana?" tanyaku. "Rahasia," jawab Ben singkat.
Tanpa berpikir panjang, gue langsung ambil helm nya. "Mau kemana?" tanyaku di perjalanan. "Dibilangin rahasia, nanti lu tau sendiri kok," jawabnya. Perjalanannya cukup jauh. Butuh 20 menit buat nyampe ke sana.
It's food festival!
Wahh, banyak stand-stand makanan menarik. "Pas banget nih gue lagi laper," ujarku. Ben langsung pergi ke kasir untuk tukar kupon. "Eitts, gue yang bayar kali ini," ujarku. "Ga usah, masa cewek yang bayar? Anggep aja ini kencan kedua kita," kata Ben. "Ga, ga, ga. Kali ini gue yang bayar!" pintahku. Saat mencari-cari dompet di tas, ternyata ga ada. Gue baru inget hari ini gue lupa bawa dompet.
Ben langsung menukar uangnya dengan kupon. "Aduhh, maaf ya Ben. Lu lagi deh yang bayar. Gue lupa bawa dompet, ketinggalan di rumah. Next time gue ganti," ujarku. "Iya gapapa, ga usah digantiin juga gapapa," jawab Ben.
"Mau makan apa?" sambungnya. "Eh, itu kayaknya ada yang jual gurita hidup itu deh, yang terkenal di Korea ituu," ujarku. "Berani coba?" tanyaku. "Ada hadiahnya ga?" tanya Ben kembali. "Umm, gue jajanin lu minuman," jawabku. "Kan ini pake uang gue, lu mau bayar pake apa?" ujarnya. Oh iya, dompet gue. "Ehehe, berani coba gak tapi?" tanyaku. "Why not?" jawabnya.
Kami berdua mencicipi gurita hidup itu. Sulit ditelen dan lengket ke gigi gue. Tapi enak, fresh banget.
Setelah makan gurita hidup, ada satu hidangan yang memikat mataku.
Fried tarantula
Banyak orang yang ga berani nyobain makanan-makanan beginian. But i love exotic foods.
Gue emang suka nyicipin rasa-rasa baru yang unik. Memang mungkin kelihatanya buruk, siapa tau aslinya enak.
Don't judge a book by it's cover right?
We end up buying the tarantula. For me ofcourse. Ben gak berani makan, liatnya aja udah serem katanya. "Coward," ejekku. "Heh, enggak ya. Lu aja yang aneh masa mau sih makan gituan," ujarnya. Lalu gue nyobain dari kakinya dulu.
*cres*
"Paittt, air, air. Ben gue butuh airrr!" teriakku. Ben bergegas membelikanku air. "Fiuhh," gue lega. "AHAHAHA, lagian siapa suruh makan begituan," Ben tertawa lepas. "Puas ketawainnya?" ujarku. "Hahaha, lagian sih," ejek Ben. "Ini mau diapain?" tanyaku. "Umm, buang? Gue ga mau makan sih," jawabnya. "Ben... Coba Aaaa...," gue menyodorkan tarantula goreng itu ke arah Ben. "Ewww, ga mau," kata Ben.
"Ben jangan lari!" teriakku sambil mengejar Ben. Karena capek berlari, kami duduk mendengarkan musik sambil minum kopi hangat. "Sayang banget tarantulanya dibuang," ujarku. "Ya mau gimana, ga ada yang makan," jawab Ben.
"Ladies and gentleman, this evening we're starring a great singer from our country Indonesia. Give a big applause to... Aggi!" kata seorang MC disana.
Oh my it's Aggi, my favorite singer!
Dari dulu Kak Aggi adalah role modelku. I want to be like her.
"Ben kok lu tau Kak Aggi bakal tampil?" tanyaku. "You think i don't do some research?" jawabnya. "Tapi gimana lu bisa tau gue suka Kak Aggi? Kan gue ga pernah kasih tau siapa-siapa yang ini. Bahkan Sandra sama Carmine," ujarku. "Gue juga punya mata kali, emang lo pikir gue ga tau tiap saat lu dengerin lagu dia?" jawabnya.
Kalo dia tau.. berarti selama ini dia merhatiin gue dong? Ahh, mikir apaan sih Sya.
We enjoy this evening, listening to Kak Aggi. "Dah mau pulang?" tanya Ben. "Yuk," jawabku senang. Gue pulang jam 8:00 malem.
"Aduh nonn, dari mana aja. Mbok gelisah tau gak. Takut neng kenapa-napa," kata Mbok Nuri. "Maaf ya mbok, aku gak kabarin. Kelupaan saking senengnya," ujarku. "Sama siapa tuh non? Pacar ya?" ujar Mbok Nuri. "Ih apaan sih mbok," jawabku.
"Natasha? Kamu baru pulang?" tanya seseorang yang suaranya sangat familiar. "Mama? Mama sama papa kapan pulang?" tanyaku. "Jawab dulu pertanyaan mama," ujar mama. "Abis jalan sama Ben," jawabku. Bukannya langsung peluk karena udah lama gak ketemu, mama cuman bilang "Ohh sama Ben," ujarnya.
That's it?
"Mama belum jawab pertanyaanku," ujarku. "Mama sama papa baru pulang tadi, besok kita mau pergi lagi ke Sydney," jawab mama.
"Lagi? Pergi lagi? What about me? Kalian inget gak sih kalo kalian punya anak? Kalian sadar ga sih udah ngenelantarin anak kalian sendirian?" ujarku kesal.
"Sayang, kan mama sama papa kerja buat cari duit," jawab mama.
"Kerja, kerja, kerja, kerja terus. Kapan ada waktu buat Tasya? Telfon aja ga pernah. Tasya sampe capek tau ga sih buat nelfonin mama papa tapi jawabnya selalu sibuk. Bahkan mama sama papa pun ga pernah nyariin Tasya, mendingan aku jadi anak Mbok Nuri aja tau gak!" saking kesalnya gue keluar sambil membanting pintu.
Refleks gue lari ke taman. Duduk sendirian, malem-malem. Air mata gue mulai menetes. Gue ga bisa tahan lagi.
Tiba-tiba, orang yang paling ga gue sangka dateng. Yap, itu Ben. "Loh, Tasya? Lo ngapain disini?" tanya Ben.
Tangan gue gerak sendiri, gue refleks meluk Ben.
"Eh, eh. Lo kenapa?" Ben bingung banget sama situasi ini, dia bingung dia harus ngapain. Karena belom pernah nenanging orang nangis, dia cuman bisa meluk gue balik.
Hangat