Chapter 15

22 2 3
                                    

"Pagi semua," sapa gue. "Pagi non Tasya," jawab Bu Desi, salah satu pegawai disini. "Haha, gak usah pake non kali bu." Udah beberapa minggu gue kerja disini dan untungnya gak ada masalah apa-apa. "Natasha, another dazzling look today," kata Linda. *anggep aja Sasha medok* "Me? Miss talk tu me? What is desling?" tanya Sasha. "Oh, sorry. Maksud saya Tasya," jelas Linda. "Ohh, sori Miss. I don know, I don know Inglis too," kata Sasha. "Haha thank you miss," jawab gue. "You know what? Mulai today, kalian akan pakai your own clothes. Tapi tetap pakai brooch nya," kata Linda. "Hah? Maksud e opo toh bu? Tasya koe ngerti urong?" (Hah? Maksudnya apa loh bu? Tasya kamu ngerti gak?) tanya Bu Desi. Oke, mungkin kalian mikir gimana Miss Linda rekrut orang lain padahal yang lain gak bisa atau gak jago Bahasa Inggris. Dulu Miss Linda punya manager yang ngurusin butik ini, tapi karena managernya berhenti kerja karena mau ngelahirin, jadi sampe sekarang belom ada manager disini. Dan ya, gue ngerti bahasa Jawa sedikit. "Katanya mulai hari ini kita pake baju masing-masing tapi tetep pake bros nya," jelasku. "Ohh, ndak perlu pake seragam toh," kata Sasha. Walau mereka medoknya minta ampun, tapi mereka quite stylish juga. Don't judge a book by its cover right?

"Tasya, what are you doing?" tanya Linda. Ups, gue ketauan lagi gabut deh. "Uh, sorry miss. There's no one here so I-" Linda tiba-tiba mengambil kertas yang ada dimeja kasir. "This... is... GORGEOUS! I don't know you could draw and make these designs!" (Ini... MENAWAN! Aku tidak tau kamu bisa menggambar dan membuat desain (baju) seperti ini) katanya. "Do you want to help me designing clothes for the boutique? It'll be wonderful," (Apakah kamu mau membantuku untuk mendesain baju-baju untuk butik ini? Ini akan menjadi luar biasa) ajak Linda. "Are you serious? It's an honor," (Apakah kamu serius? Ini sebuah kehormatan) jawabku. "From now on, you are officially our designer," (Mulai sekarang, kamu secara resmi adalah designer kami) lanjutnya.

Ini beneran? Akhirnya gue bisa jadi fashion designer beneran? Ini bukan mimpi kan? Selama ini gue bener-bener pengen banget jadi fashion designer dan akhirnya tercapai (>﹏<)

"Ma, pa, Tasya bener-bener jadi designer! Mimpi Tasya akhirnya tercapai," gue langsung bilang orang tua gue hari itu sambil nangis. "Yaampun Sya! Selamat ya nak, mama bangga sama kamu!" kata mama. "Anak papa akhirnya berhasil juga!" kata papa sambil memelukku. Lalu kami merayakannya dengan mengundang keluarga Om Erick.

"Selamat ya Tasya, mami ikutan seneng," kata Tante Valen. "Makasih mi." "Oh my Sya, kok lu gak kasih tau gue sih?? Enak ya lu ga usah kuliah pun udah bisa tercapai mimpinya," kata Carmine yang langsung meluk gue. "Hehehe." Lalu disitulah Ben cuman berdiri, sempet mematung sebelom ngomong ke gue. "Selamat ya Sya," ucapnya. "Makasih Ben," jawab gue sambil tersenyum. "Tasya hebat banget, baru umur segini udah bisa cari kerja. Jadi designer pula," kata Om Erick. "Hehehe, makasih om." Lalu kami semua makan malam bersama..

2 hari kemudian..

"Halo? Siapa ini?" tanya gue saat masih setengah sadar. "Gue pengen ngomong sama lu Sya, turun kebawah ya. Gue udah didepan," suara itu membuat gue bergegas kebawah. Setelah cuci muka tentunya. "Hai..." katanya canggung. "Lu ngapain sih?" tanya gue. "Ada yang mau gue omongin, tapi enggak disini," katanya. "Ben, gue belom mandi. Pagi-pagi di Hari Minggu kayak gini ngapain sih?" yap, dia Ben. "Udah cepetan sono mandi dulu."

Ben bawa gue ke secret hiding place. "Gue mau buat hot chocolate lu mau gak?" tanya Ben. "Hmm, boleh," jawab gue. Minumannya udah jadi tapi Ben masih belom buka mulut sekali pun. "Gue mau langsung to the point," Ben yang tiba-tiba ngomong buat gue tersentak. "Gue mau minta maaf, selama ini gue bohong sama lu Sya," katanya. "Hah." "Gue gak bener-bener pacaran sama Aggi." Gue kaget banget, gue kira dia lagi bercanda. Tapi raut mukanya menyatakan kebalikannya. "Kenapa lu harus pura-pura pacaran sama Aggi Ben?" tanya gue. "Gue kira lu benci banget harus pura-pura pacaran sama gue, jadi gue nyari orang lain. Gue gak mau maksain lu Sya. Aggi sempet bilang ke gue buat kasih tau lu semuanya, tapi gue gak siap," jelasnya. Gue terdiam. "Setelah selama ini Ben? Selama ini dan lu baru kasih tau gue sekarang?! Wow," ujarku. "Sorry Sya." "Lu tau... selama ini gue mati-matian buat lupain lu dan ternyata lu gak bener-bener pacaran? Gue bahkan udah nyakitin hati Geraldy... This is not a joke Ben...," kata gue. "Mati-matian lupain gue? Sya lu... suka sama gue?" Ah iya... dia kan gak tau gue suka sama dia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RivalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang