Chapter 4

35 3 0
                                    

"Kenapa lu harus pake baju samaan sama gue?" tanya Ben. "Mana gue tau, dari tadi juga gue baru liat lu," balasku. "Gak suka? Yaudah gue ganti baju," sambungku. "Udah, udah. Lama nanti, ayo berangkat," ajak Ben.

Ben yang biasanya pake motor, kali ini bawa mobil. "Aishh, ngapain pake Rhodey sih?" tanyaku. Kalian tau siapa Rhodey? Yap, mobil kesayangannya Ben. Mobil BMW hijau neon hadiah ulang tahunnya.

"Yaudah lah, mau gimana lagi. Jauh soalnya," kata Ben. Tau gak kenapa gue ga mau pake Rhodey? Mobil dia tuh mencolok banget.

Selama perjalanan gue ketiduran. "Bangung oi dah sampe, baru bangun kok udah tidur lagi?" ejek Ben. "Gue tuh kalo bosen pasti tidur, berarti selama perjalanan ini gue bosen. Musik aja gak disetel," sindirku. Dari awalnya kesel karena harus ngedate rasa kesel itu hilang seketika gue liat tempatnya.

Oh my! It's my favorite place!
Amusement Park!

"Wow, amazing," kataku seketika melihatnya. "Do You like it?" tanyanya. "Kok lu tau gue suka ke amusement park?" tanyaku. "Duhh, kita udah bareng terus dari bayi masa iya gue ga tau apa-apa tentang lo," jawabnya. Hmm, iya juga sih.

Lalu kita pesen 2 tiket dan gak perlu ngantri, we got the VIP tickets. Yayy, kita bisa tinggal masuk deh ga usah antri.

"Ayo, kita naik rollercoaster Joker, looks like fun!" ajakku dengan semangat. "Hah? Kenapa diem aja? Ayokk," ajak gue pas ngeliat Ben diem aja. "Ben?" panggilku menyadarinya yang lagi bengong ngeliatin wahana didepannya itu. "Umm, gue ga ikut deh. Lu aja yang naik," jawabnya. "Hah? Mana seru naik sendirian," ujarku.

Ahh, gue baru inget dia takut ketinggian.

"Hmm, yaudah deh ga usah naik. How 'bout ferris wheel? Takut juga?" tanyaku. Tanpa menjawab, dia langsung narik tangan gue ke rollercoaster Joker itu. "Eh, Ben mau ngapain?" tanyaku. "Ya mau naik lah, mau ngapain lagi?" jawabnya.

And now we're on the ride

"Ben tapi kan lu takut ketinggian," ujarku. "Ya dari pada gak ngapa-ngapain kan? Buat apa ke sini, buang-buang tiket," katanya.

Wahananya dimulai, mataku mulai membesar karena senang. Tapi tidak dengan Ben, dia menutup mata bahkan sebelum wahana ini dimulai.

We're going up

10 detik kemudian kalian dapat mendengar teriakan seorang lelaki bahkan dari kejauhan.

"AAAGGHHHHH"

Ben udah sempet seneng karena dikira udah berkahir. Eitss, masih ada putaran kedua. Putaran pertama dari awal sampai akhir dia menutup mata. Tapi putaran kedua, he seems like he's enjoying it.

"Gimana? Seru kan?" tanyaku. "Hmm," jawabnya. Tapi saat menjawab, gue liat ada senyuman kecil di wajahnya. Lalu kami lanjutkan dengan wahana lainnya. Terakhir kita main Bomb Drop.

Permainan dimana kalian dibawa ke paling atas dan ga tau kapan dijatohinnya. Ben? Dia udah lebih berani dari yang sebelumnya. Kita duduk sebelahan. Pas nyampe puncak, Ben ternyata masih gak seberani itu. Tiba-tiba dia megang tangan gue kenceng banget. "Sya, gue takut," bisiknya. Karena kasihan gue tetep pegang tangan dia selama wahana berlangsung.

1.. 2... 3....
"AAAGGHHHHHH"

Lagi, teriakan itu lagi. "Ben, Ben? Udah selesai Ben. You could open your eyes now," ujarku. His hands tremble badly. Gemeteran banget.

RivalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang