-
-
-
Mentari masih tampak malu mengeluarkan dirinya. Namun, pria itu sudah siap dengan segalanya. Barisan gelas-gelas sudah ia rapihkan. Beserta dengan jajaran berbagai macam biji kopi. Ia beralih pada meja dan kursi di hadapannya. Digeser sedikit dan sempurna. Pria itu berjalan ke arah pintu dan membalik papan yang tergantung di sana, memberitahukan bahwa kedai kecil itu siap untuk dijamah oleh siapa saja.
Pria itu berbalik, menuju ke area kerjanya, di belakang meja dengan mesin kopi yang ia beli setahun lalu. Merasa masih punya banyak waktu, ia membuka gawainya.
Ting!
Lonceng kecil yang tergantung di pintu itu berbunyi. Pertama di pagi hari ini. Pria itu mendongak dan mengulas senyumnya.
"Selamat pagi, Chan hyung!"
Pria yang dipanggil namanya memasukkan gawainya ke dalam saku celana yang telah tertutupi apron.
"Pagi, Hyunjin!"
"Wah, hyung sudah selesai? Aku terlambat sekali,"
"Tenang, saja. Tapi, nanti gantian kamu yang rapihkan saat akan pulang, ya."
"Siap, hyung! Aku ganti baju dulu."
Chan mengangguk mempersilakan Hyunjin untuk masuk ke bilik karyawan. Hyunjin adalah seorang pastry chef yang bertanggung jawab atas kenikmatan kue-kue mungil yang ada di etalase kedai kopi Chan. Pemuda yang lebih muda tiga tahun darinya itu bersedia menjadi rekan kerja Chan dalam merintis usahanya.
Kedai kopi mungil yang didirikan Chan setahun lalu di Incheon itu adalah mimpi Chan yang kemudian digarap bersama Hyunjin, orang yang ditemuinya di Prancis yang justru berasal dari Seoul. Saat itu, Chan sedang mengantri di belakang Hyunjin saat membeli segelas kopi di sebuah kedai. Namun, karena Hyunjin tidak fokus dengan segelas cappuccino di genggamannya, berakhir tumpah dan mengenai baju Chan. Pertemuan yang tak menyenangkan, tapi siapa sangka keduanya jadi sahabat dekat hingga sekarang.
Mata Chan tertuju pada tanaman gantung di dekat kaca samping kedai itu. Nuansa hitam dan warna kayu serta beberapa aksesoris berwarna putih memang menjadi paduan sempurna untuk tempat miliknya ini.
"Jangan melamun, hyung!"
Chan terlonjak kaget saat tiba-tiba Hyunjin sudah ada di sisinya membawa berbagai macam bahan membuat kue. Ada berbagai macam buah di sana, melengkapi bahan-bahan dasar adonan yang Chan bahkan belum hapal seluruhnya. Chan manggut-manggut berusaha menebak jenis kudapan yang akan pemuda itu buat.
"Pai buah untuk hari ini?" Hyunjin mengangguk.
Selain berbagai macam roti dan kue yang menjadi andalannya, Hyunjin juga membuat menu spesial yang berbeda-beda setiap hari dengan kuantitas yang sedikit. Hanya pelanggan tertentu yang dapat mencicipi menu spesial itu.
"Tumben kamu telat hari ini?"
"Seungmin."
"Eh, ada apa dengan Seungmin?"
"Nggak apa-apa, hanya tidak mau melepasku selama setengah jam."
Chan tergelak. Hyunjin dan pacarnya, Seungmin memang pasangan yang manis, Chan mempercayainya. Tak jarang Chan merasa gemas saat Hyunjin mulai bercerita tentang hari-hari bersama kekasihnya itu.
Chan berpaling pada tumpukan piring-piring kecil. Hyunjin sudah mulai membuat adonan dan Chan tidak ingin mengganggu konsentrasi pemuda itu. Ia berjalan pelan menuju sudut etalase. Memperhatikan sisi-sisi yang mungkin belum terjamah tangannya saat membersihkan tadi.
Ting!
Lonceng di pintu itu berbunyi untuk kali kedua. Chan menegapkan badannya sembari tersenyum menyambut pelanggannya.
"Selamat datang di Happiness!"
-
-
-
Selamat datang!
Aku hadir dengan work woochan-ku yang udah lama aku janjikan...
Tiap chap dalam work kali ini ndak sebanyak Favorite dan aku berusaha untuk update lebih sering...
Mohon maklumi juga karena aku juga kuliah dan mulai masuk semester lima hehe... 😁
Kuharap kalian suka dengan cerita ini, ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness (woochan) ✔️
Fanfiction"Terima kasih." "Untuk?" "Sudah jatuh di hatiku sedalam-dalamnya." Saat lonceng di pintu berbunyi untuk kali kedua, Chan sadar bahwa hati kecilnya telah menjatuhkan diri pada pelanggan pertama awal hari itu.