~21~

260 51 5
                                    

Happy Reading!

-

-

-

"Kita akan ke mana, Woojin?" Chan menyeimbangkan langkah Woojin di samping kirinya.

"Hm, mungkin lebih baik kita makan siang? Setelahnya kita akan ke kompetisi dance yang diikuti Jeongin. Anak itu memintaku untuk datang."

Chan manggut-manggut.

"Aku sebenarnya belum tahu di mana kita makan, mungkin kamu punya rekomendasi?"

"Hm, ada, tiga gedung dari sini, kita temukan. Semoga kamu suka, Woojin."

Woojin mengangguk paham dan mulai mengikuti langkah Chan.

Tidak banyak yang mereka bicarakan selama perjalanan. Bahkan, hingga kedua piring mereka kosong tak bersisa, Woojin dan Chan masih diselimuti kecanggungan.

"Woojin?" pemuda itu mendongak dari kegiatan mengamati bulir soda yang sepertinya lebih menarik dari Chan.

"Apa kamu tidak nyaman denganku?"

"Eh, tidak, Chan," Woojin menggelengkan kepalanya, justru ia sedang diliputi kebingungan karena Chan tidak berhenti menimbulkan debar di hatinya.

"Kalau begitu, boleh aku meminta izin?" Chan menjulurkan tangan kanannya menuju ke tengah meja, "untuk mengenalmu lebih banyak."

Woojin terdiam. Namun, matanya mencoba menyelami netra Chan yang menuju tepat ke arahnya. Ada kesungguhan di sana. Sebuah kemantapan hati yang baru kali ini Woojin lihat.

Perlahan tangan kirinya naik dan bergerak perlahan menuju telapak tangan Chan yang terbuka. Ketika jari-jari itu bertaut, Woojin yakin bahwa keputusannya tidak akan salah.

-

"Sepertinya, aku ketinggalan banyak."

Jeongin melirik tangan kakaknya dan kemudian menatap salah satu dari mereka. Hanya dibalas ringisan tak bersalah oleh keduanya.

"Selamat, Jeongin! Kamu memang adikku yang paling hebat!"

Woojin melepaskan tangannya dari Chan dan memeluk erat si adik yang tak sigap dengan laku kakaknya yang tiba-tiba. Senyumnya perlahan mengembang. Ini memang bukan kemenangan pertamanya setelah beberapa tahun menekuni dance. Namun, kali ini sang kakak menyaksikan langsung dari tribun penonton. Tidakkah Jeongin berbangga hati?

Chan menyulurkan tangannya dan mengucapkan selamat pada Jeongin. Masih canggung rupanya.

"Em, jadi Woojin mengajakku ke sini. Sebelumnya memang aku sama dia sudah banyak ngobrol."

"Berhenti memberikan tatapan galakmu, Jeongin. Chan tidak macam-macam," Woojin tergelak.

"Artinya Woojin hyung tidak ingkar janji."

"Janji apa?" Chan menoleh ke arah Woojin heran.

"Membawa teman ke sini. Oh, atau sudah jadi pacar?"

-

-

-

Happiness (woochan) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang