Happy Reading!
-
-
-
Ting!
"Selamat datang di Happiness!"
Chan menegakkan kepalanya dari kesibukannya membersihkan gelas, senyum terkembang demi menyapa seseorang yang baru saja masuk di kedainya. Matanya membulat lucu dan tangannya menghentikan kegiatannya.
"Pagi, Chan!"
"Pagi, Woojin! Kemarin kok tidak datang?"
"Aku harus pergi ke kantor penerbit," Chan mengangguk mengerti.
"Aku kira kamu tak suka dengan kedai ini, hingga tak datang kemarin."
"Ey, tidak mungkin, Chan. Apa artinya aku harus ke sini tiap hari?"
"Kalau kamu tak keberatan, boleh saja."
"Baiklah! Kamu sendiri, Chan? Mana pemuda yang satunya?"
"Sedang ke ruang penyimpanan, mengambil bahan-bahan untuk membuat kue," Woojin manggut-manggut.
"Kamu ingin pesan apa? Biar aku buatkan."
"Latte saja, Chan."
"Duduklah, biar nanti aku antar."
Woojin mengangguk dan berlalu menuju meja yang dua hari lalu ditempatinya. Seingatnya, hari ini ia datang lebih siang dari kemarin, tapi keadaan jalan di depannya tidak sesibuk hari Senin. Woojin langsung menyiapkan laptop-nya. Pergi ke gedung penerbit kemarin memangkas waktu kerjanya, sehingga tak banyak yang bisa ia lakukan.
"Woojin, pesananmu," Chan menaruh secangkir kopi dengan asap tipis yang masih ketara.
"Thanks, Chan." Woojin tersenyum sambil mendongakkan kepalanya.
"Kamu tak mau roti atau sejenisnya?"
"Belum, nanti saja. Sebelum ke sini aku sudah sarapan dengan adikku."
Chan mengangguk. Tanpa sadar tangannya terangkat, mengelus pelan rambut hitam Woojin. Pemuda yang duduk itu terpaku, menghentikan kegiatannya yang sedang membuka note hitam miliknya.
"Chan," panggilan lirih Woojin kumandangkan, berusaha menghalau debar keras di dadanya.
Chan tersadar dan menarik tangannya cepat. Kedua ujung telinganya memerah seketika.
"Woojin! Aku tidak maksud."
"It's okay," Woojin tertawa menampilkan barisan gigi putihnya dengan lucu.
"Aku ke sana dulu, panggilah jika ada sesuatu."
Woojin mengangguk dan Chan langsung berjalan cepat menuju area tempat ia membuat kopi.
"Wah, hyung lansung tancap gas," tawa Hyunjin mengudara, dihadangnya tubuh Chan yang ingin masuk ke bilik karyawan.
"Hyunjin, aku tak ada maksud apa-apa. Dia hanya terlihat-"
"Lucu?"
Chan mengangguk cepat. Lantas menghentikannya. Ia merasa bingung mendadak. Hyunjin tertawa puas. Chan itu orang yang rapih dan terencana, selama Hyunjin mengenalnya tidak pernah ada kejadian di mana Chan menjadi orang yang panik dan bingung. Semua berjalan sesuai rencana dan dia dapat memperkirakan peluang kesalahan yang terjadi, sehingga ia dapat mengantisipasinya.
Jelas saja Hyunjin tertawa, baru kali ini Chan terlihat bodoh di depannya.
"Tenang saja, hyung. Kuanggap tingkahmu tadi dalam batas wajar."
Chan memiringkan kepalanya bingung.
"Dulu, saat pertemuan keduaku dengan Seungmin, aku langsung menciumnya."
Chan menatap kaget Hyunjin yang langsung asyik menghias cheesecake di depannya.
-
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness (woochan) ✔️
Fanfiction"Terima kasih." "Untuk?" "Sudah jatuh di hatiku sedalam-dalamnya." Saat lonceng di pintu berbunyi untuk kali kedua, Chan sadar bahwa hati kecilnya telah menjatuhkan diri pada pelanggan pertama awal hari itu.