Happy Reading!
-
-
-
Hyunjin menatap malas pada Chan yang keluar dari bilik karyawan setelah lima menit sebelumnya, pemuda pirang itu masuk dengan terburu-buru.
"Kenapa hyung masuk?"
"Hyunjin, kamu nggak lihat. Dia tadi ngelihat ke arah kita," mata Chan bergulir seakan menunjuk pemuda yang dimaksud.
"Ya, terus kenapa?"
"Telingaku, pasti merah sekali." Hyunjin mendesah heran.
"Kamu tidak gentle, hyung!" Chan menatap bingung, "Masa baru disenyumin gitu aja udah malu, pantes nggak punya pacar sampai sekarang."
Hyunjin melengos pergi. Meninggalkan Chan yang tiba-tiba diam memikirkan perkataan Hyunjin. Chan melirik ke sebelah kirinya, memusatkan tujuan pada pemuda yang duduk di sana. Hatinya sedikit bimbang. Namun, apa yang dikatakan Hyunjin ada benarnya.
Saat ini usianya sudah 25 tahun, dan pengalaman menyukai orang masih nol besar. Sebetulnya sih, Chan tahu, dia itu banyak disenangi, tapi memang Chan belum pernah tertarik dengan orang lain. Jadinya, bisa ditebak. Hatinya belum ada yang memiliki.
Seingatnya, baru kali ini dia betul-betul menyatakan ada pemuda yang menarik hatinya. Manis, sangat manis. Itu sudah nilai tambah yang sepertinya menjadi alasan mengapa ia bisa jatuh pada pesona pemuda itu.
"Sudah jam makan siang. Jangan lupa makan, ya."
Chan tersentak. Kalimat itu terdengar dari si pemuda. Seketika bahu Chan turun. Sudah menduga akhir dari kisah cintanya.
"Kok lesu, hyung?" Hyunjin berdiri di samping Chan setelah membereskan beberapa alat makan.
"Dia sudah punya kekasih."
"Hah? Tahu dari mana?"
"Itu tadi dia berbicara di telepon, mengingatkan orang itu untuk jangan lupa makan siang."
"Kok yakin banget itu kekasihnya?"
"Nggak tahu, nebak aja."
"Yakin? Tebakan hyung kan bisa aja salah. Hyung aja belum tanya sama dia."
"Iya, sih." Chan mau tak mau setuju.
"Tanya dulu, hyung. Dekati dia,"
Chan menatap heran temannya, "kamu sekarang jadi pakar cinta?"
Tuk!
Bagi Hyunjin,sesekali memukul kepala temannya tidak masalah, apalagi itu Chan.
-
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness (woochan) ✔️
Fanfiction"Terima kasih." "Untuk?" "Sudah jatuh di hatiku sedalam-dalamnya." Saat lonceng di pintu berbunyi untuk kali kedua, Chan sadar bahwa hati kecilnya telah menjatuhkan diri pada pelanggan pertama awal hari itu.