Happy Reading!
-
-
-
Woojin melirik jamnya, hampir pukul enam. Langit yang semula warna biru cerah, terganti dengan warna jingga dan beberapa semburat keunguan. Woojin ganti menatap layar di depannya. Ada satu paragraf di sana. Plot yang terbentuk setelah hampir sepuluh jam berada di kedai kopi kecil itu. Sudah ada perkembangan dari sebulan ini. Senyum puas sedikit tercetak di sana.
Woojin merapikan barangnya, memasukkan satu per satu dengan hati-hati. Setelah memastikan semuanya telah terbungkus rapi, Woojin berdiri sambil membawa piring dengan kue yang sudah habis serta kopi yang telah tandas. Ia berjalan menuju ke meja panjang itu.
"Halo, bagaimana? Sudah ada yang bisa ditulis?" sapa pegawai dengan rambut pirang itu. Woojin mengangguk membenarkan.
"Maaf karena telah duduk seharian di sini," Woojin sedikit membungkuk yang dibalas dengan sikap yang sama olehnya.
"Tidak masalah. Tidak ada peraturan tertulis," pegawai itu mengulas senyum.
"Boleh aku menambah pesanan? Akan kubawa pulang."
"Boleh. Mau pesan apa?"
"Hot chocolate. Dua."
Woojin mengamati. Jari pegawai itu sempat berhenti di sana, sebelum akhirnya melanjutkan pemesanannya.
"Untukmu sendiri?"
"Bukan. Satu untuk adikku, kasihan dia pulang sore hari ini. Seperti katamu, cokelat bisa menyembuhkan hati yang tak menyenangkan. Mungkin berlaku juga untuknya."
Terdengar helaan napas lega dari pemuda di hadapannya, Woojin sempat merasa bingung.
"Totalnya enam ribu won," Woojin mengangguk dan menyerahkan kartunya.
"Tunggu sebentar, ya. Akan aku buatkan dulu."
Woojin memilih untuk melihat bagaimana pegawai itu membuat pesanannya. Saat hampir selesai, ia melihat pegawai satunya sedang membawa beberapa peralatan yang sepertinya habis ia cuci. Woojin mengulas senyum yang dibalas dengan sangat ramah.
Ting!
Woojin menengok kaget karena lonceng di pintu itu berbunyi menandakan ada orang yang masuk. Dilihatnya seorang pemuda berdiri di sana, dengan kemeja berwarna biru muda yang dipadukan dengan jeans sedang tersenyum manis.
"Chan hyung!"
Baiklah, salah satu dari dua pegawai ini bernama Chan. Apakah pemuda yang sepertinya lebih muda darinya itu kekasihnya?
"Oh, hai Seungmin-ie!" pegawai itu menyapa pemuda yang baru datang sambil tangannya menuang coklat ke dalam gelas.
Namun, Woojin harus kaget karena pemuda itu, yang ia ketahui bernama Seungmin, tidak mendekati Chan, si pegawai yang sejak tadi pagi melayaninya. Melainkan mulai mengikuti pegawai satunya yang sedang merapikan tatanan kue-kue. Berbagai macam spekulasi mulai bermunculan di pikirannya, dan tanpa sadar ia mengangguk sambil mengamati Seungmin mulai bertingkah manja di depan pegawai itu.
"Mereka sepasang kekasih."
Pernyataan pemuda pirang itu menarik Woojin kembali ke kesadarannya.
"Eh, aku tidak menanyakannya."
"Tapi kamu memperhatikannya," Woojin diam karena merasa tertangkap.
"Mungkin kamu telah mengetahuinya, tapi biarkan kali ini aku ingin memulainya. Namaku Chan," bukan cokelat hangat pesanan Woojin yang ada di hadapannya, melainkan uluran tangan dari si pegawai kulit putih itu.
"Aku Woojin, 25 tahun."
"Oh! Kita sebaya! Kukira kamu lebih muda dariku," Chan tertawa, "pesananmu."
Woojin menerima dua gelas dalam wadah karton yang masih hangat sambil tersenyum.
"Datanglah lagi ke sini lain waktu," Woojin mengangguk menyetujui.
"Terima kasih atas kue dan kopinya"
Pemuda tinggi itu mengangguk sebelum Woojin berbalik dan keluar dari sana.
-
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness (woochan) ✔️
Fanfiction"Terima kasih." "Untuk?" "Sudah jatuh di hatiku sedalam-dalamnya." Saat lonceng di pintu berbunyi untuk kali kedua, Chan sadar bahwa hati kecilnya telah menjatuhkan diri pada pelanggan pertama awal hari itu.