Part 7

99 23 41
                                    

Anak-anak lain berhamburan keluar dari tenda. Tentu saja suara itu juga mengejutkan mereka. Saat ini anak bernama Vera itu masih memunggungiku, tidak mempedulikan kehadiranku. Bisa kulihat, tangannya menggenggam pistol itu dengan erat, dia meremas gagangnya. Aku tidak mengerti bagaimana bisa senjata api tersebut berada di tangannya.

"Hey, what's going on?"

"Vera, apa kau yang baru saja menembak? Dari mana kau dapatkan benda itu?!"

"Ada apa ini? Berisik sekali."

"Woaa, itu pistol sungguhan?!"

"Ya ampun, dia anak mafia?"

Pertanyaan demi pertanyaan terus memberondong. Namun, Vera masih bergeming, tidak bergerak sedikit pun. Matanya terus menatap ke semak-semak, entah apa yang menarik perhatiannya.

"Ver?! Vera?! Apa yang kau lakukan? Jawab pertanyaanku!"

"Sstt ... diam," bisik Vera, penuh penekanan.

Semua anak terdiam, seakan ucapannya adalah perintah mutlak. Sekarang hanya terdengar gemuruh air terjun dan suara jangkrik yang saling sahut-menyahut. Tidak lama kemudian muncul suara gemerisik di antara semak-semak. Vera langsung waspada, pistolnya teracung ke depan.

Semak-semak itu cukup tinggi, sulit untuk melihat sesuatu di baliknya. Apalagi ini sudah malam, mengandalkan cahaya bulan saja tidak cukup. Randi menyorotkan senternya ke arah semak yang bergoyang itu, masih belum terlihat apa pun.

"Jangan-jangan itu hantu." Rosa melihat melalui sela-sela jari.

Pada awalnya, aku mengira itu hanyalah seekor binatang saja. Namun, aku salah menduga. Sosok itu mulai memperlihatkan dirinya, merangkak menembus semak.

"Holy shit! Setan macam apa itu?" bisik Allerick.

Makhluk itu benar-benar aneh. Kepalanya berupa tengkorak, bahkan tulang rusuknya saja juga terlihat. Sisanya masih terlapisi oleh--entah apa pun itu--anggap saja kulit. Dan yang lebih tidak masuk akal adalah ada semacam akar pohon di punggungnya. Akar-akar itu bergerak menggeliat tanpa arah, menghasilkan suara yang terdengar ganjil. Makhluk itu merangkak maju perlahan, otomatis kami inisiatif mundur.

Vera melontarkan satu tembakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vera melontarkan satu tembakan. Tengkorak itu mendesis marah saat peluru itu mengenainya. Akar di punggungnya menggeliat hebat. Ternyata akar itu juga bisa memanjang dan menumbuhkan cabang. Ujung-ujungnya tampak runcing, jangan bayangkan akar itu menembus dagingmu.

"Gibran, ambil kameramu! Rekam makhluk itu! Ayo kita viralkan!" Entah mengapa Febrian terlihat antusias. Dia sungguh aneh.

"Tidak!" sanggah Vera. "Ambil barang kalian! Kita pergi dari tempat ini, sekarang!"

"Tapi Bang Rizal dan Risma menyuruh kita untuk---"

"Kau masih belum paham juga? Mereka berdua tidak akan kembali! Mereka sengaja meninggalkan kita di sini, mengerti?!" sewot Dirga.

Another Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang