How Could Be?

548 3 0
                                    


"could i love you anymore..

Sofly, slowly, love unfolding, could this love be true?"

Aku bernyanyi dihadapan seorang pria yang paling aku sukai. Rasanya seperti menyatakan perasaanku secara langsung, padahal memang iya seperti itu. Hanya saja ini sebatas pengakuan, aku tidak bisa meminta pria ini menjadi pacarku. Alasannya karena, kalau benar pria ini mau pacaran denganku, aku bisa saja dihujat penggemarnya.

Selesai aku bernyayi, semua orang yang ada diruangan langsung bertepuk tangan.

"waaaah, suaranya bagus banget ya guys, menurut kamu gimana Bara?" tanya MC yang berdiri di antara aku dan idolaku.

"iyaa, suara kamu lembut banget, jadi enak didengerinnya. Harusnya tadi aku rekam biar bisa dengerin berulang-ulang" mendengar pujian dari idolaku, rasanya aku ingin memeluknya erat.

Ugh, aku berusaha menahan diri untuk tidak melangkahkan kakiku ke arah Bara dan memeluknya. Pesona Bara terlalu kuat. Untung ada MC di antara kami, kalau enggak ada, hahaha, aku tidak tau apa yang akan terjadi.

"waah, mbak Mocha segitu terpesonanya ya sama Bara? Dari tadi ngelihatin Bara terus, sampai pertanyaanku gak didengerin sama sekali. Apalah diriku yang hanya butiran debu kalau deket sama orang kelewat ganteng kayak Bara, iya gak guys?" kata MC yang langsung disambut tawa oleh penonton dan Bara. Sedangkan aku merasa malu luar biasa. Mukaku terasa panas.

Turun dari panggung, pikiranku melayang kemana-mana. Aku mebayangkan bagaimana kalau tiba-tiba Bara ikut turun dari panggung dan mengajakku berkenalan atau ketemuan dilain hari. Bara bilang kalau dia terpesona oleh suaraku yang katanya lembut dan enak didengar. Terus kami beneran saling bertemu. Tidak hanya bertemu satu atau dua kali, tetapi sering dan intens. Kemudian secara tidak terduga Bara menyatakan perasannya kalau dia suka aku sejak pertama kali mendengar suaraku.

Aaaaaarg, halu oh halu. Terlalu tidak masuk akal. Terlalu sering baca novel fiksi romance ya begini jadinya. Dunia nyata, terlau kejam untuk orang macam diriku yang terlalu sering berhalusinasi. Bener kata Justin Timberlake, dunia itu gak cuma ada rainbow and cupcake.

Acara fansmeeting sudah selesai. Semua orang termasuk aku keluar dari gedung dengan wajah bahagia. Bara dan anggota band lainya benar-benar menservice fansnya dengan baik. "Aku semakin cinta sama mereka."

Kemudian aku terkejut sendiri dengan fakta yang tiba-tiba muncul di kepalaku, "aaaaah iyaa gimana ini? Kalau kayak gini, aku gak bisa punya pacar dong"

"Kenapa Mo?" tanya temanku, Risa. Aku menghadiri acara fansmeeting bedua dengan Risa. Kami sama-sama mengidolakan Bara and the Band. Kalau aku suka banget dengan vokalisnya, yaitu Bara. Sedangkan Risa suka dengan drummernya, Yudha.

"Bahaya nih Sa. aku cinta banget sama Bara. Tapi itu suatu ketidak mungkinan Bara membalas perasanku. Terus kalau kayak gitu aku jadi gak bisa pacaran sama orang lain dong?"

"ha? Maksudnya gimana Mo?"

"kalau ada cowok yang deketin aku, secara gak langsung aku bakalan bandingin dia dengan Bara yang perfect Sa. aku gak akan pernah merasa puas kalau cowok itu gak sebanding sama Bara. Gitukan bahaya Sa"

"kalau kayak gitu ya jangan jadiin Bara sebagai standartmu Mo"

"aku udah terlalu cinta sama Bara Sa. gimana nih?"

"terserah kamu deh Mo, Yuk pulang" kata Risa. Dia menarik tanganku yang masih heboh sendiri dengan masa depanku nanti. 

FIN

My Strawberry My Moment - Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang