The Truth (2)

164 1 0
                                    


Menghembuskan nafasnya keras, Ocha berusaha menetralisir amarah yang muncul. Kemudian ia penasaran akan sesuatu, "mas, Anita sekarang dimana?"

Malik menundukkan kepala, ada sedikit perasaan malu yang timbul ketika nama Anita disebutkan. Karena Anitalah yang dulu membuatnya seperti orang bodoh. Dia terlalu memuja Anita yang terlihat cantik, menarik dan selalu bersikap manis didepannya. Tetapi itu hanya topeng. Wajah sebenarnya Anita lebih menyeramkan dan memuakkan untuk Malik ingat. Anita sangat manipulatif.

"dia kabur keluar Jawa. Aku gak tau tepatnya dimana. Aku udah gak mau tau"

"terus, kamu kok bisa bayar hutang segitu banyaknya itu gimana caranya mas?"

"dibantu sama keluarga besar Cha. Cha?" Malik menarik bahu Ocha, agar gadis itu menatap matanya.

"aku minta maaf. Serius aku minta maaf. Waktu itu, waktu aku ngusir kamu... maaf Cha. Aku harusnya dengerin kamu. Sejujurnya, keluargaku juga salah paham sama kamu waktu aku belum tahu kalau Anita yang salah. Keluargaku hampir nuntut kamu," Ocha membulatkan bola matanya karena kaget dengan fakta yang baru saja ia dengar.

Waw, untung gak beneran dituntut. Bisa-bisa aku berurusan sama hukum. Bisa di coret dari KK kalau keluargaku tau. Ocha menelan ludahnya, kerongkongannya terasa kering tetapi minumannya sudah habis.

Seumur hidup Ocha, ia tidak pernah membayangkan dirinya akan terlibat dengan masalah serius seperti itu. Penipuan? Penggelapan dana oleh pacarnya bos sendiri? Dan kemudian dia yang dikambing hitamkan, dituduh mengambil uang kedai dan berhutang atas nama bosnya. Membayangkan uang miliyaran rupiah membuat Ocha merinding. Ia belum pernah sekalipun berurusan dengan uang sebanyak itu. Tetapi dituduh karena uang sebanyak itu.

"waktu itu aku cerita ke Anita. Tentang masalah yang kamu alami. Karna kupikir Anita... Anita... karna kupikir pacaran harus terbuka satu sama lain, percaya satu sama lain dan hal bullshit lainnya. Makanya aku cerita tentang semua yang terjadi dikehidupanku, orang-orang terdekatku. Termasuk....." suara Malik memelan.

Termasuk masalah keluargaku, "mas Malik cerita soal semuanya?" tanya Ocha.

"iya, semuanya. Soal kondisi keuanganmu juga. Kamu yang butuh uang karena belum bayar UKT, Mamamu yang butuh uang operasi, usaha ayahmu yang sedang berhenti karena alat produksinya rusak, sama adikmu Mikaila dan Juni yang butuh uang sekolah. Maaf.."

"mas, kok bisa sih mas Malik cerita masalah orang lain ke orang lain? Mas! Masalah itu titik lemah mereka mas. Mereka cerita masalah mereka ke kita itu berarti mereka mempercayakan titik lemah mereka ke kita. Termasuk aku! Aku percaya sama mas Malik. Tapi mas Malik kayak gitu..." mata Ocha berkaca-kaca.

"aku gak tahu Cha kalau ternyata masalahmu dimanfaatkan Anita buat nipu aku"

Ocha tidak habis pikir, bagaimana bisa Malik yang ia kenal lebih dari 2 tahun menjerumuskannya ke dalam masalah, menjatuhkan harga dirinya dihadapan teman-temannya dan mengancam akan memenjarakan dirinya

"aku minta maaf Cha" hanya itu yang bisa Malik katakan. Ia memang bersalah sudah menuduh Ocha berbuat sesuatu yang Malik tahu tidak akan Ocha lakukan.

Ocha merasa pusing. Beberapa kali ia meijat keningnya. Memikirkan mas lalu, membuatnya stress. Tetapi setidaknya ia sudah cukup lega karena Malik sudah tahu kebenaranya. Ocha tidak bersalah.

"brengsek! Kok bisa kamu nipu aku Cha!"

"nipu gimana sih pak? Aku gak paham sama maksudnya pak bos." Ocha kebingungan karena tiba-tiba Malik menarik lengannya kasar. Menyeret Ocha menuju ruang kerja Malik.

Malik yang sedang marah, membuat Ocha ketakutan.

Setelah sampai, Malik membanting pintu ruangnnya dan tanpa sadar mendorong Ocha hinga hampir terjatuh. Untung Ocha bisa menyeimbangkan dirinya sehingga ia tidak jatuh membentur lantai.

"jelasin ke aku kenapa kamu bisa-bisanya nipu aku! JELASIN SEKARANG OCHA!"

Ocha hanya menatap bosnya bingung. Jelasin apa?

"aku tahu kamu lagi kesulitan keuangan. TAPI GAK KAYAK GINI CARANYA!"

"pak, bisa jelasin dulu gak sih masalahnya apa?" pertanyaan Ocha malah membuat Malik tertawa.

"sok innosent! MUNAFIK! PENGHIANAT! PENIPU!"

Plak! Ocha menampar Malik sekeras yang ia bisa. Ocha sakit hati mendengar tuduhan Malik.

"Mas Malik, ada apa nih?" tanya Satria yang tiba-tiba masuk keruang kerja Malik tanpa ijin bersama Agung. Ia dan Agung penasaran karena tadi mereka melihat Ocha diseret paksa dan suara bentakan yang terdengar hingga luar ruangan.

"Mana Anita? MANA ANITA!?"

"Mbak Anita kan lagi pulang kampung pak. Masa pak bos gak di kasih kabar sama pacar sendiri sih?" kata Agung mencoba bercanda. Tetapi suasana terlanjur menegang sehingga candaan Agung tidak ada yang menaggapi.

"Pak! Kenapa pak bos nuduh aku penipu sih? Aku nipu apa? Nipu siapa?" tanya Ocha dengan muka yang sudah memerah menahan tangisan.

"kartu atm kedai disiapa? Kamu apa Anita?"tanya Malik sambil mencengkram erat lengan Ocha.

"di aku pak, kemarin..." belum selesai Ocha menjelaskan, Malik mendorong Ocha lebih keras sehingga ia terjatuh.

Satria yang saat itu berada paling dekat dengan Ocha langsng membantu gadis itu untuk berdiri.

"dasar brengsek! Aku sudah nganggep kamu adekku tapi teganya kamu bikin aku sengsaran Cha! Bisa-bisanya kamu ambil semua uang kedai. Bisa-bisa kamu hutang ke bank pakai namaku! Bajingan! Aku bakalan nuntut kamu Cha!!!"

Ocha termasuk Satria dan Agung terkejut dengan perkatan Malik barusan.

"aku gak ambil uang kedai, aku...."

"DIAM! Aku bakalan laporin kamu Cha!"

"pak bos, kita bisa selesaikan masalah ini dengan diskusi pak. Sabar pak sabar"

"mas Malik, gak mungkin Ocha ambil uang kedai"

"GAK MUNGKIN GIMANA?! Buktinya udah jelas! ATM kedai di Ocha. Buku penting kedai Ocha yang pegang. Jadi pasti Ocha yang..."

"itu aja gak bisa dijadikan bukti pak! Aku gak salah! Jadi pak bos gak bisa laporin aku ke polisi! Aku sedikit pun gak punya niatan.."

"BRISIK!!!"

"mas Malik bisa nuduh Ocha ambil uang kedai itu tau dari mana?"

"FUCK! Anita please angkat teleponnya!"

"Pak Bos, tenang pak. Pak bos, Satria tanya pak, pak bos tau dari mana Ocha ambil uang kedai"

"Anita yang bilang. Dia tau kalau Ocha mau ambil uangku!"

"AAAAARG. AKU GAK AMBIL UANG BAPAK! SEPERSEN PUN ENGGAK!"cha berteriak frustasi.

"coba pak bos tanya mbak Anita. Mbak Anita tau dari mana Ocha nipu bapak"

"Ini aku lagi coba telepon Anita Gung! Aku bakalan jadikan Anita saksi kasus penipuan yang dilakukan Ocha!"

Dalam tangisan, Ocha berulang kali mengatakan kalau ia tidak mengambil uang seperti yang Malik tuduhkan. Satria tidak tega melihat Ocha menangis sesenggukan seperti itu. Reflek ia memeluk erat Ocha, berusaha menenangkan gadis itu.

"aku gak nipu bapak, aku gak ambil uang bapak. Bapak gak bisa laporin aku ke polisi pak. Aku gak salah!" ucap Ocha di sela-sela tangisannya.

"kaluar kamu! Keluar dari kedaiku SEKARANG!"

Ocha dengan sesengukan melangkah keluar ruangan Malik dibantu Satria. Di luar ruangan ternyata banyak pegawai yang menguping karena penasaran. Ocha merasa malu luar biasa. Sudah dituduh melakukan sesuatu yang tidak ia lakukan, di bentak, diusir dan dipermalukan. Ini adalah salah satu hari tersial dalam hidupnya.

FIN.

My Strawberry My Moment - Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang