"Mas, revisinya kok banyak banget?" tanya Indah.
"Gimana gak banyak, lo nulisnya seenak jidat lo sih! Plot cerita lo bagus cuman, banyak kalimat gak sesuai EYD. Typo bertebaran. Plot yang rancu di BAB 12 sampe 18. Benerin lagi deh." jawab Arya. Ia melingkari beberapa kata yang masih salah penulisan.
Indah meringis melihat banyaknya lingkaran merah yang Arya buat di atas naskah novelnya.
"Dibandingin dosbing skripsi gue, lo lebih kejam mas." kata Indah setelah melihat lingkaran merah besar yang baru saja Arya buat.
"Biar novel lo layak baca Ndah. Diem dan percaya aja sama gue."
"gak mau ah, musrik percaya sama lo."
"Kampret. Lo gak bolah durhaka sama editor Ndah. Gak gue lolosin naskah lo baru tau rasa lo."
"sak karepmu!"
Arya diam tidak membalas ucapan Indah dan melanjutkan mengoreksi naskah. Sedangkan Indah beberapa kali mengaduh melihat Arya mencoret beberapa kata di naskahnya.
Tiba-tiba suara hantaman tas di meja terdengar keras. membuat Indah dan Arya yang sedang fokus berdiskusi terlonjak kaget.
"ARYA! KAMU SELINGKUH YA?!" teriak seorang gadis yang tidak Indah kenal.
"Sofie!" Arya langsung berdiri menyadari pacarnyalah yang datang dan tiba-tiba menuduhnya selingkuh.
Ohh, pacarnya mas Arya? Tapi aneh banget, baru dateng langsung teriak gitu. Bikin malu aja. Indah kemudian melirik perempuan yang baru saja berteriak itu dari atas turun ke bawah. Tapi yaah, lumayan cakep lah. Pantesan Mas Arya mau.
"Aku gak selingkuh Sof. Ini aku lagi kerja. Aku udah ngabarin kamu tadi." kata Arya berusaha menjelaskan keadaannya yang sebenarnya.
"Alah kamu bohongkan? Mana ada kerja di cafe? Terus berduaan doang dan mesra banget kayak tadi? Hmm mana ada?!"
"Serius, aku lagi kerja Sof. Dia penulis yang naskahnya lagi aku handle. Kita lagi diskusiin naskahnya yang mau terbit."
"Bohong bohong bohong!"
Indah hanya diam mendengarkan pertengkaran mereka berdua. Ia merasa tidak perlu ikut campur. Selama ia tidak disinggung, Indah akan diam saja. Lalu kemudian....
"Dasar pelakor! Lo gak tau apa kalau Arya pacar gue! Dasar bitch! Murahan! Cewek murahan!" teriakan Sofie membuat Indah menghela nafas. Ia tersinggung.
Tetapi Indah memutuskan untuk diam. Ia tidak mau tersulut emosi. Ia harus tenang. Biarkan lawan bicaranya menyelesaikan semua amarahnya, baru Indah membela diri. Membela diri saat lawan bicara masih ingin mengutaran amarahnya, bukan keputusan tepat. Yang ada malah saling berteriak satu sama lain dan ribut tidak berkesudahan.
"Diem aja lo? Hah?! Berarti benerkan lo mau ngerebut Arya dari gue! Gue gak akan biarin itu terjadi! Lo denger gak sih? Lo budek ya? Dasar pelakor"
"SOFIE! Kita gak selingkuh! Aku sama Indah memang lagi kerja. Kamu jangan nuduh...."
"Ohhh kamu belain pelakor ini? Kamu gak belain aku?"
"Sofie, sumpah. Aku lelah banget sama sifat kamu yang over kayak gini." ucap Arya sambil menyugar rambutnya frustasi.
"Terus kamu maunya apa? Putus? Gara-gara cewek ini kamu pingin putus sama aku?"
Mendengar pertengkaran mereka berdua, Indah merasa muak sekaligus jijik. Ia baru kali ini melihat secara langsung pertengkaran sedrama ini. Biasanya ia hanya membaca pertengkaran semacan ini di novel atau melihatnya di sinetron yang biasa ibunya lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Strawberry My Moment - Short Story
Short StoryKumpulan cerita pendek Kumpulan cerita soal momen-momen tertentu. Sebenarnya aku ini suka banget menghayal suatu kejadian. Selama ini gak pernah kepikiran buat dijadikan cerita one shot story. Aku selalu berusaha buat jadiin imajinasiku jadi cerita...