Pertama kali aku bertemu dengannya sungguh luar biasa dalam hatiku, aku kagum kepadanya. Aku menatapnya, awalnya hanya rasa kagum, tetapi kekaguman itu menjadi perasaanku kepadanya.
Sungguh aku tak bisa membohongi diriku sendiri, tatkala aku bertemu dengannya seakan dunia hanya milikku.Setelah perasaan itu, aku tak sanggup lagi untuk menatapnya, jantung ini serasa ingin keluar dari tubuhku.
Iya, dia yang telah mengalihakan duniaku. Ketika ku cari tau lebih luas siapa dirinya aku terkejut, dia adalah sosok yang luar biasa. Dia seorang guru sekaligus sebagai dosen di Universitas ternama.
Akhirnya aku kembali untuk memandang diriku, awalnnya aku mengakui bahwa aku suka kepadanya. Perasaan itu mulai aku pendam dalam dalam karena memang tak selayaknya seperti itu.
Dia adalah dosenku. Tak pantas rasanya hati ini menyukai sosok yang luar biasa seperti dirinya, karena aku terus kembali melihat diri ini siapa
“ aku tau aku tak pantas untuknya, bahkan aku mengenalnya pun sudah lebih dari cukup “ ujarku dalam hati.
Ternyata tak hanya aku yang menyukai dirinya, teman-temanku juga banyak yang suka kepadanya. Bahkan setiap dosen itu datang mereka selalu histeris, triak, kadang juga ada yang merayu.
Hanya perasaan yang selalu ku pendam ini yang menjadi saksi bahwa aku ingin menjaga diri.
“ fitri !!” panggil pak Yaqi
“ saya pak!!” jawabku dengan acungan tangan.Sungguh berdebar hati ini tatkala dia memanggilku, bukan memanggil dengan alasan pemberian tugas melainkan dia mengabsensi hehe.
Aku tak pernah berani memandangnya sekalipun dia mengajakku berbicara
“ kalo diajak bicara itu lihat orang yang mengajak bicara!!!” katanya
Aku pun langsung tersentak kaget, dan spontan ku pandang dia. Aku mendadak menjadi gelisah, tak tau mesti bagaimana.
Terkadang aku merasa kesal disaat orang lain bertriak-triak memanggil namanya, memuji-mujinya, dan selalu membicarakan tentangnya. Aku sangat cemburu, padahal aku bukan siapa-siapa pak Yaqi
***
Hampir setiap hari, ku coba untuk menghapuskan perasaan ini,karena aku ingin menyadarkan diriku. Ku buat hari-hariku sibuk untuk kegiatan kampus dan kegiatan yang lainnya. Semua itu kulakukan karena ingin melupakan perasaan yang konyol, dan menyadarkanku perasaan itu hanya sementara.
“ apakah dia mau jika aku masih usia 19 tahun?, apakah dia akan menungguku untuk lulus kuliah?” tanyaku dalam hati.
Ahh, aku ngomong apa sih aku ini, jadi gelisah.
Aku tak mau seperti ini terus. Aku harus lupakan.
***
Kesibukanku tiap hari adalah mengikuti kegiatan kampus, seperti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Disana banyak sekali orang-orang hebat, yang biasanya mengeluarkan aspirasinya melalui debat, diskusi dan obrolan yang berbobot.
Tak sia-sia aku berjuang disini. Aku membutuhkan orang-orang seperti mereka yang bisa mengajakku membuka pikiran tentang masalah yang ada di dunia saat ini.
Pada saat pelantikan, aku mendapati teman-teman baru yang memang kita berbeda jurusan. Saat itu pula diwajibkan untuk berkenalan satu persatu.
ketemulah sama orang yang ambisus sekali untuk mengajakku kenalan, dia bernama Adit anak sastra. Dia orangnya lucu, tapi bisa serius. Dia suka menanyaiku tentang ide-ide baru, padahal aku tak pernah berpikir tentang ide baru.
“ fitri? “
“ iya kak” jawabku. Dia ku panggil kakak karena memang dia adalah kakak tikatku.
“ kamu, punya ide enggak buat program ormawa selanjutnya?”
“ haduh, maaf kak aku belum kepikiran”
“ ah masak, aku denger-denger kamu paling seneng munculin ide baru.”
“Kata siapa?” aku syok, kog dia tau sih kalau di kelas aku suka sekali dengan ide baru.
“ iya, aku punya temen satu kelas denganmu. Si Tasya!!”
“Ohhh, itu Cuma ide buat ngembangin program studiku kak”Obrolan kami terputus karena sesuatu hal.
Sesampainya di kelas, Tasya medekatiku.
“Fitriiiiiiiii” panggilku dengan nada panjang.
“Iya, kenapa sya?”
“ dapet salam dari kak Adit!’
“ loh, kita tadi barusan ketemu. Kamu bohong ya ama aku?”
“ hehehe, iya Fit. Abisnya dia tanya-tanya kamu Fit ke aku.
hanya kutanggapi Tasya dengan senyuman.***
Esokan harinya, diadakan rapat program kerja untuk kedepannya.
Tiba-tiba, aku memikirman sesuatu.
Tak terasa tidak dibimbing oleh pak Yaqi hampir 1 bulan, aku merindukan disaat dia berceramah.Tapi aku harus apa, ketika aku bertemu di samping kelas saja tak pernah berani menyapanya, hanya selalu menunduk. Bukan apa-apa, karena pasti pak Yaqi juga menjaga diri, karena beliau juga masih lajang. Ada temanku yang menyapa dirinya, namun nampkknya dia berusaha menghindar. Aku hanya tersenyum melihatnya heheh.
“ Pak Yaqiiii” sapa temanku
“ iya!!” jawabnya
“ Pak Yaqi, masih ingat saya? Temanku bertanya lagi.Sambil merapatkan kedua tangannya, karena dia tak mau bersalaman “ oh, iya kamu”
Padahal belum tentu dia mengingatnya, dia hanya pura-pura ingat.Pak Yaqi memang amat humoris disaat mengajar dikelas. Berbicara dengan temnnya pun sangat berbeda, banyak sekali canda Pak Yaqi yang masih ku ingat. Yah itu hanya sebatas kenangan.
“Fitriiiiii.”
Aku merasa ada yang memanggilku, aku menengok kiri kaanan namun aku tak jumpai siapa yang memanggilku. Dan ternyata dia mengagetiku dari belakang, “woyyy” ,
“ Mashaallah” aku kaget sekali. Ternyata kak Adit.
“ Maaf Fit, heheh. Kamu mau makul apa Fit?
“ Ini kak Psikologi, kakak ngapain disini?” tanyaku
“ ini ada matakuliah pak Yaqi”
Aku tersentak kaget, “ emmm, selamat belajar ya kak,” aku tak bisa berkata lagi. Aku mencoba menghindar dari kak Adit, karena tidak enak dengan yang lain. Semua pandangan tertuju kepada kami berdua. Masing-masing dari kita mulai memasuki ruangan.“cieeeeee, Fitri ada yang baru nih!” kata Dian
“ apa?”
“itu gebetan loh, baru ya?”
“ Astagfirullah, enggak itu Cuma temen. Lagian aku gak suka kaya gituan, dosa!!”
“ iya deh iya” sambil gak percaya sebenarnya.Ahhh, jadi bimbang perasaanku ketika aku membaca tulisan-tulisan pak Yaqi di sosmed. Aku benci ketika perasaan ini tiada henti untuk tumbuh. Padahal aku sudah berusaha untuk menolak, bagaimanapun caranya aku harus menghapus perasaanku ini.
Aku tak mau menyesal akhirnya, karena aku juga harus tau diri, aku bukan siapa-siapa yang dapat dikagumi. Hanya saja aku tidak mau menyerah dalam doaku, aku meminta kepada Allah agar dikuatkan imanku, ditambahkan imanku, dan diberikan jawaban atas apa yang kurasakan.
Rasanya aku ingin kembali ke kos, aku ingin teriak sekencang-kencangnya.
Setelah kuliah selesai aku bergegas untuk kembali pulang kekos, kulemparkan tubuh ini ke ranjang dan bergulat dengan gulingku. Aaaaaaaaaaaaaa, aku benci. Kenapa harus ada perasaan ini, aku tak sanggup untuk membiarkannya terus tumbuh. Aku menangis terisak-isak, munculah Estin teman kosku.
“ Fitri kau kenapo?” nada suara kas Sumatra
“ kau itu tin, ngagetin aja”
“hla kamu teriak-teriak gaje gitu, jadikan aku lari kekamarmu!”
“ ahhh, aku lagi galau”Ya mumpung ada teman yang bisa ku jadikan tempat untuk mengutarakan isi hati, aku mulai bercerita dari awal ke Estin. Biarlah hatiku menjadi ringan sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijaiyah Cinta
RomanceTemukan sesuatu dalam perjalanan cinta ini.. Kisah, yang akan membuat kalian ingin tau lebih lagi..