Dekapan Awan Lembut

29 1 0
                                    

Tok tok tok suara pintu seakan memudarkan suasana yang hening, dan masuklah Irma.

“Eh kamu ma, tak kirain siapa” kataku.

“emang kamu mengira aku ini siapa, pangeran kodokmu?” candanya kepadaku

Aku pun memukulnya dengan bantal yang berda di dekatku. Irma memang suka bercanda denganku, aku terkadang juga heran kenapa aku sering becanda dengannya padahal tidak ada yang lucu

Dia mendekatiku, “Fit tau enggak, …” belum selesai dia mengutarakan apa yang ia utarakan aku hanya asal jawab “ enggak” sambil menggelengkan kepalaku.

“belum selesai yang ku omongin, tau enggak aku tadi bertemu dengan cowo ganteeeeeeeeng bangeeeeett” sambil histeris membayangkan wajah gantengnya si cowo itu.

“hemm, gantengnya kaya apa sih kog kayaknya kamu sampai terbang kaya gitu?”

“iya Fit, dia itu keren, tinggi, putih, itu hlo Fit mirip sama pak Yaqi” katanya diperjelas

“ ah kamu ngarang aja, mana mungkin ada orang yang sangat mirip padahal dia enggak kembar” sinisku

“ah Fitri seandainya kamu tahu, kamu pasti akan bengong”

“Astagfirllah. Banyakin nyebut kamu itu zina mata tau enggak sih”

“ah kamu Fit liat temennya lagi jatuh cinta malah di ceramahain”  ngambek

“ oooooohh, kamu lagi jatuh cinta. Jatuh cinta berjuta rasanya”  kubernyanyi di hadapan Irma.

Dan entah mengapa ia justru ketawa terpingkal-pingal mendengar suaraku yang konon katanya merdu ini, maksudnya merusak dunia heheh.

“ kamu kenapa ketawa?” tanyaku

“enggak, lucu aja liat kamu nyanyi dengan suara cemprengmu itu” jawabnya

“ehhh, dasar udah dinyanyiin juga. Awas ya sini aku cubit kamu” aku mengejarnya hingga berputar-putar.

Capek juga sih kejar-kejaran dengan Irma, menyatakan bahwa diri ini sudah tua.

Tak lama Irma pamit untuk pulang, dan memberitahuku bahwa besok pagi ketika di Kampus dia akan memperlihatkan cowo yang dia lihat.

***

Aku tak mau lah membahas soal cinta lagi sebenarnya, aku tak ingin hati ini terluka kembali, biarlah allah yang memberikan jalan keluarnya untuk kasus percintaan ini.

Ketika ditengah perjalanan tak sengaja aku bertemu dengan kak Adit dan temanya bernama Lidia. “Fitri” kak Adit melambaikan tangannya e arahku

“Kak Adit” aku berjalan menuju arah kak Adit dan temannya

“mau kemana kamu?” tanyanya

“mau ke perpus kak, kak Adit sedang apa?” tanyaku sambil bersalama dengan kak Lidia

“ini ngerjain tugas kelompok tetapi udah selesai kog. Aku boleh ikut ke perpus?” tanyanya kepadaku dengan penuh harap.

Aku berpikir jika nanti kak Adit ikut pasti dia akan merusak inspirasi yang sudah tersusun secara rapi, kalo enggak tak iyakan aku gak enak bilangnya. Gmana ya, sempet terdiam sejenak.

“Boleh enggk?” tanya kak Adit kepadaku.

“Boleh kog, tapi gak boleh gangguin aku ya, dan satu hal lagi gak boleh deket-deket aku ya kak” kataku ku perjelas.

“ iya, aku juga tau kog. Aku juga mau cari buku nanti bantuin kakak dulu ya.” Jawabnya.

Aku dan kak Adit pun pergi bersama, namun aku harus berjalan di belakang kak Adit hehe, takut kalo nanti dia nabrak diriku heheh, enggaklah hanya becanda.

Hijaiyah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang