1. Pesan terakhir ( Repost )

36.2K 1K 17
                                    

Evan berlari meninggalkan meeting yang sedang dijalaninya. Baru saja dia mendapatkan kabar kecelakaan sahabatnya.

Perasaan cemas dan khawatir membuatnya langsung bergegas ke rumah sakit yang sudah diberitahukan. Tak peduli kalau perusahaannya akan merugi karena meninggalkan meeting penting begitu saja. Uang bisa dicari lagi, tapi sahabat yang selalu menemani saat kamu berada dititik terendahmu tak akan pernah terganti.

Evan melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, tak dihiraukannya beberapa pengendara lain yang memarahi dan mencaci maki dirinya. Baginya, saat ini yang terpenting dia harus segera sampai ke rumah sakit dan melihat kondisi sahabatnya.

Kabar kecelakaan sahabatnya terlalu mengejutkan dirinya. bertahun-tahun mengenal Adam, baginya laki-laki itu adalah tipe orang yang selalu berhati-hati dalam berkendara dan hampir tidak pernah berkendara dengan kecepatan tinggi.

Seterlambat apapun Adam, dia tetap memegang teguh istilah alon-alon asal kelakon. Lalu bagaimana bisa dia kecelakaan?

Ditengah kekalutannya, wajah Ana, putri dari sahabatnya terlintas dikepalanya. Apakah gadis menggemaskan itu sudah tahu mengenai apa yang terjadi pada ayahnya? Evan tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Ana, akankah gadis itu menerima semua yang terjadi?

Evan memarkirkan mobilnya asal dan langsung berlari ke UGD. Tubuhnya melemah melihat kondisi sahabatnya melalui celah kaca di pintu. Selang oksigen terpasang di hidung Adam, darah segar mengalir diwajahnya membuat Evan hampir tak mengenali sahabatnya itu.

Evan duduk di kursi tunggu dan menyandarkan kepalanya di dinding. Tangannya merogoh saku celananya dan menghubungi Ana. Walau bagaimanapun gadis itu berhak tahu kondisi ayahnya, bagaimanapun reaksinya nanti.

Sesuai dengan dugaan Evan, gadis itu begitu terkejut bahkan berteriak histeris begitu Evan mengatakan kabar buruk yang menimpa ayahnya.

Evan mematikan ponselnya setelah memberitahu alamat rumah sakitnya pada Ana. Kasihan sekali gadis itu, siapa yang menenangkannya di sana? gadis itu pasti sangat kacau.

Tak lama setelah Evan selesai menghubungi Ana, pintu ruang UGD terbuka menampilkan seorang dokter dan dua orang suster.

"Dok, bagaimana keadaan sahabat saya? Dia baik-baik aja, kan? lukanya gimana, nggak parah, kan?" Evan menghujani dokter dengan berbagai pertanyaan.

Dokter menghela nafasnya panjang dan menatap dalam manik hitam milik Evan, "Pasien mengalami benturan yang sangat keras dan kehilangan banyak darah. Kita harus segera melakukan operasi karena jika tidak...." Dokter menggantungkan kalimatnya membuat Evan semakin cemas.

"Jika tidak apa, Dok? Saya mohon lakukan apapun untuk keselamatan sahabat saya," pinta Evan dengan raut penuh permohonan.

"Jika tidak maka pasien bisa kehilangan nyawanya. Baiklah, suster akan membantu Bapak untuk mengurus surat persetujuan operasi," ucap Dokter.

Evan duduk di depan ruang operasi dan menatap nanar lampu ruangan yang masih menyala. Di dalam sana, sahabatnya sedang berjuang untuk hidup.

"Om Evan..." Sebuah suara yang menyerukan namanya membuat Evan mengalihkan atensinya dari pintu ruang operasi.

Di koridor sana, Ana berlari kencang menghampiri Evan dengan wajah cemas dan penuh air mata membuat hati Evan mencelos melihatnya.

"Om, bagaimana Daddy? kenapa bisa kecelakaan?" Baru saja sampai di hadapan Evan, Ana sudah memberondongnya dengan beberapa pertanyaan. Air mata masih mengalir deras dari mata bulat gadis itu begitu juga dengan peluh yang mengucur deras di pelipisnya.

Evan merengkuh tubuh mungil Ana dan membawanya dalam pelukannya, mengelus lembut punggung rapuh Ana dan membiarkan gadis itu menumpahkan tangis dalam peluknya.

MY OLD HUSBAND (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang