03. UH!

139 43 38
                                    

Happy Reading!

Kini Yeji berjalan sambil menahan luka yang timbul di area lutut kanannya, sedangkan si lelaki yang entah Yeji belum ketahui namanya itu sedari tadi berjalan membelakanginya. Tapi seingatnya, Lucas sempat meneriaki nama lelaki tersebut namun Yeji benar-benar lupa, b-bebek? bekyun? bacon? Ah terserah! ia tidak ingat.

Karena Yeji lupa, ia pun memutuskan untuk memanggilnya lelaki tanpa nama.

Entah ada gerangan apa yang membuat Yeji mengikuti lelaki itu sedari tadi bahkan disaat keadaannya yang kini tengah terluka sekalipun.

Lucas sialan! seandainya saja Yeji memiliki kekuatan Ultramen atau bisa menjelma seperti seorang Avatar pasti lelaki itu sudah lenyap ditangannya.

Yeji menghentikan langkahnya sejenak karena ia baru sadar untuk apa ia mengikuti lelaki tersebut sedari tadi? Bodoh! Bahkan jalan menuju ke apartemennya saja terlewati, jadi ia memutuskan untuk membalikkan badan dan mengucapkan terimakasih lain kali saja. Ia ingin segera pulang karena hari ini ia merasa sangat lelah.

Namun belum sempat melangkahkan kakinya untuk pulang, lelaki itu pun menahannya lalu Yeji langsung berbalik tepat menghadap ke arah lelaki tersebut dan kedua sorot mata mereka pun saling bertemu satu sama lain.

Lelaki itu menatap Yeji dengan serius, "Kamu harus diobati, jika tidak nanti lukamu pasti infeksi." Katanya memberi peringatan.

Menelan berat salivanya Yeji pun menghempas kan genggaman lelaki itu, "G- gue obatin dirumah aja."

"Lalu untuk apa kamu mengikuti saya dari tadi?"

Yeji pun tidak bisa menjawab, bahkan ia sebenarnya tidak tahu mengapa dirinya mengikuti si lelaki tanpa nama itu. Aneh tapi nyata.

"Ayo, kita obatin lukamu dulu. Didepan sana ada toko obat, saya akan belikan." Tambahnya lagi lalu menarik tangan Yeji agar gadis itu mau mengikutinya.

Setelah si lelaki tanpa nama itu membeli obat yang Yeji bisa terawang adalah sebuah alkohol, perban dan juga betadine, lalu tanpa permisi ia pun langsung saja mengobati lutut Yeji yang terluka sehingga gadis itu mengaduh kesakitan.

"Ah! Gila ya lo!" Pekiknya sambil melangkah sedikit mundur. Si lelaki tanpa nama itu pun tetap berjongkok mengobati lutut gadis itu.

"Pelan-pelan!" Sambungnya lagi dengan nada bicara yang kian meninggi, sepertinya si lelaki tanpa nama itu akan tuli sebentar lagi.

"Woi lelaki tanpa nama! sakit tau!"

Lelaki itu pun menoleh kearah Yeji setelah mendengar nama panggilan tersebut. Tatapannya datar dan juga dingin.

"Jadi seperti ini cara kamu berterimakasi?"

"Y-ya nggak gitu, gue kan gak tau nama lo.. jadi yaudah—"

"Yaudah apa?" Selanya.

"Gue panggil lo dengan sebutan itu aja."

Pake nanya lagi bambang! - batinnya.

Lalu si lelaki tanpa nama itu pun tidak merespon dan lebih memilih untuk mengobati kembali gadis itu.

Terjadi hening sesaat, lelaki itu masih saja fokus mengobati lutut Yeji sedangkan ia malah fokus dengan wajah tampan lelaki itu.

"Kenapa kamu lihat saya terus?"

Yeji terkejut, dari mana ia tahu bahwa sedari tadi gadis itu memperhatikannya? Jangan-jangan ia adalah seorang cenayang.

"Jangan salahkan mata memandang jika tidak ada objek yang menantang" Ujarnya yang keluar begitu saja dan setelah itu, Yeji langsung menutup mulutnya dengan cepat karena sadar dengan apa yang ia baru saja ucapkan.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang