Hari ini adalah hari sabtu yang artinya malam ini adalah malam minggu. Malam dimana sejuta pasangan beradu kasih.
Airin Aninda Putri. Itulah nama seorang gadis yang saat ini sedang berdiri diperkarangan rumahnya menunggu seseorang.
Seseorang yang sudah sangat ia rindukan. Bagaimana tidak, lebih dari seminggu Airin tidak bertatap muka dengan kekasihnya. Ardika Pranaja. Atau lebih sering disapa Dika.
Seorang lelaki yang sudah menetap dihatinya lebih dari dua tahun. Lelaki yang bisa menerima segala kekurangan Airin. Lelaki yang super duper sabar menghadapi sikap Airin.
Airin sendiri juga bingung. Bagaimana bisa seorang Ardika Pranaja makhluk sempurna yang digemari para kaum hawa memilih dirinya untuk dijadikan seorang kekasih.
Airin sadar, dirinya tidaklah cantik dan juga tidak jelek. Banyak kekurangan yang ada pada dirinya. Tetapi Dika tidak peduli dengan semua itu. Karena menurutnya cinta tidak butuh alasan bukan?
Klise memang alasan yang diberikan Dika. Tapi dibalik alasan klise itu Dika menyimpan sejuta makna. Dika hanya menegaskan satu hal bahwa dirinya mencintai dan menyayangi Airin. Begitu juga sebaliknya.
Tak terasa lima belas menit berlalu. Suara deru mobil membuyarkan lamunan Airin. Sudah dipastikan bahwa mobil itu adalah milik Dika. Bukan mobil abang grab car.
Tanpa menunggu lama Airin masuk kedalam mobil Dika. Duduk disamping kemudi dan tak lupa memasang seatbelt.
Airin sengaja tidak menegur atau menyapa Dika. Karena saat ini ia sedang kesal dengan kekasihnya.
Dika yang melihat itu hanya tersenyum. Ikut-ikutan juga tidak menegur Airin dan langsung melajukan mobilnya.
Airin tambah kesal dengan reaksi yang diberikan Dika. Bukannya membujuk malah dicuekin. Airin tahu Dika bukan orang yang banyak bicara tapi enggak begini juga.
"Kamu ngeselin!" teriak Airin kesal sembari melipat kedua tangannya di dada.
Dika menoleh sebentar kearah Airin lalu kembali melihat kedepan. "Aku 'kan udah bilang. Minggu ini tuh aku lagi sibuk-sibuknya."
Ya Dika adalah salah satu mahasiswa jurusan arsitek yang berkuliah di universitas negeri dikota Medan. Wajar jika Dika sedang sibuk. Karena saat ini ia sudah semester terakhir.
Berbeda dengan Airin. Gadis ini adalah mahasiswi jurusan manajemen disalah satu universitas swasta yang ada dikota Medan. Airin juga masih berada di semester lima.
"Iya aku tau. Kamu memang lagi sibuk. Tapi masa kamu diam aja sih. Gak ada ngomong apa gitu. Kangen kek, rindu kek, atau yang lainnya. Ini malah nyuekin aku," cecar Airin semakin kesal.
Dika menghela nafas. Setelah itu ia menarik pergelangan tangan Airin yang dilipat gadis itu di dada dan membawa ke genggamannya. Airin yang mendapat perlakuan seperti itu membuat semburat merah dipipinya tiba-tiba muncul.
"Tanpa aku bilang ke kamu, aku itu kangen banget sama kamu," aku Dika seraya mengeluskan jari jempolnya ke kulit Airin.
Airin menahan senyumnya. Kalau saja tidak kesal dan berada di mobil Airin sudah siap memeluk tubuh atletis Dika. Karena momen-momen seperti ini jarang terjadi diantara hubungan mereka.
Salah satu penghambatnya adalah Dika bukanlah orang yang romantis. Jadi momen langka seperti ini seharusnya Airin abadikan.
"Jangan marah lagi oke?" tutur Dika lembut membuat Airin langsung luluh begitu saja. Airin sudah tidak peduli lagi dengan kekeselannya.
"Pengen peluk," rengek Airin seperti anak kecil. Dika sedikit tertawa melihat ekspresi Airin. Gemas. "Iya nanti kalo udah sampai, kamu peluk aku sepuas-puasnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relationship (Dika dan Airin)
Teen FictionNOTE : TIDAK ADA KONFLIK BERAT HANYA KISAH KLASIK DIKA DAN AIRIN. Airin Aninda Putri. Tidak cantik dan tidak juga jelek. Penampilannya juga biasa saja. Otaknya juga tidak terlalu pintar. Tapi entah kenapa Ardika Pranaja seorang lelaki berpenampilan...