Seminggu sudah berlalu. Dan seperti yang kalian tahu Dika sulit sekali dihubungi membuat Airin uring-uringan dirumah lebih tepatnya didalam kamar.
Airin mengecek ponselnya untuk yang entah ke berapa kali. Tetapi hasilnya nihil Dika sama sekali tidak membalas pesan singkatnya.
Airin melempar ponselnya asal. Dia bangkit berjalan keluar kamarnya. Sampai di dapur Airin segera membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin.
Airin meneguk air dingin itu dengan tergesa-gesa mengakibatkan dirinya terbatuk-batuk. Ibunya yang baru saja keluar dari kamar langsung menghampiri Airin.
"Yaampun Nin. Kamu tuh kalau minum ya pelan-pelan dong. Sampai keselek gitu 'kan," tegur Ana ibu Airin.
Airin menyengir. "Maaf bu."
"Dasar kamu. Sana mandi. Sudah sore ini," suruh Ana seraya mengambil beberapa sayuran yang ada didalam kulkas untuk dimasak buat nanti makan malam.
Airin kembali membuka kulkas dan menaruh botol itu ditempat semula. "Malah ah Bu. Lagian Anin gak pergi kemana-mana. Jadi ngapain mandi."
"Kamu itu anak gadis kok jorok sih. Ibu heran lihat nak Dika bisa-bisanya mau sama kamu," ejek Ana sambil memotong sayuran.
"Ih Ibu kok jahat sih. Anak sendiri malah diejekin." Selesai mengucapkan itu Airin kembali ke kamarnya dengan menghentak-hentakan kakinya kesal.
Ana hanya bisa mengulum senyum. Dia sangat suka menggoda anak gadis satu-satunya itu.
._._._._.
Bosan didalam kamar Airin memilih menelepon sahabatnya. Syarah Amelia. Tidak perlu berlama-lama Syarah sudah mengangkat telponnya.
"Halo."
"Halo Sya."
"Hmm kenape?"
"Gue bosen nih."
"Ya terus?"
"Temenin gue telponan ya?"
"Lo kira gue apaan? Gue banyak kerjaan. Lo telpon aja tuh cowok lo."
"Cowok gue lagi sibuk Sya."
"Oh jadi gini. Cowok lo sibuk baliknya ke gue? Iya gitu?"
"Ya gak gitu juga Sya. Temenin gue ya? Ya?"
"Enggak Rin enggak. Gue tuh lagi sibuk. Bye."
Panggilan terputus. Airin menghela nafas kasar. Dia menaruh ponselnya di atas nakas. Airin tiduran sambil memandangi langit-langit kamarnya.
Tanpa sadar cairan bening keluar dari kelopak matanya. Airin menyeka air matanya dengan cepat. Ia tidak mau jika tiba-tiba saja ibunya masuk kedalam kamarnya dan melihat putrinya sedang menangis.
Airin sangat merindukan Dika. Airin rindu wajah Dika, rindu suara Dika, dan masih banyak lagi yang Airin rindukan.
Lamunan Airin terhenti kala ia mendengar suara dering ponsel. Airin dengan malas mengambil ponselnya.
Mata Airin terbelalak seketika. Airin terkejut dengan nama yang tertera di layar ponselnya.
Ardika❤❤
Airin segera mendudukkan tubuhnya dan menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan. Airin segera menggeser tombol hijau di ponselnya. Panggilan pun tersambung.
"Halo."
Terdengar suara dari seberang sana. Suara yang sangat Airin rindukan.
"Halo Ai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relationship (Dika dan Airin)
Teen FictionNOTE : TIDAK ADA KONFLIK BERAT HANYA KISAH KLASIK DIKA DAN AIRIN. Airin Aninda Putri. Tidak cantik dan tidak juga jelek. Penampilannya juga biasa saja. Otaknya juga tidak terlalu pintar. Tapi entah kenapa Ardika Pranaja seorang lelaki berpenampilan...