Sore ini Airin bersiap-siap untuk pergi ke apartemen Dika. Ya, pacarnya itu mengajaknya untuk menghabiskan waktu berdua. Eits jangan berpikir negatif dulu. Menghabiskan waktu berdua itu seperti bermain PS berdua meskipun Airin selalu kalah, memasak bersama, mengobrol bebas dan masih banyak lagi. Yang diisi dengan hal-hal positif.
Airin keluar dari kamarnya dan berpamitan pada ibunya. Kebetulan hari ini sang ayah ada dirumah. Mengingat pekerjaan Hardi, ayah Airin adalah pilot yang artinya jarang ada dirumah. Airin juga tak lupa pamitan pada ayahnya.
Airin keluar dari rumahnya dan menunggu abang grab datang. Lima menit menunggu akhirnya ojek pesanannya datang.
Airin naik dan duduk dibelakang. Setelah itu motor yang ditumpanginya melaju membelah jalanan kota.
._._._._.
Airin sampai di apartemen Dika. Ia memencet bel beberapa kali. Pintu terbuka munculah sosok yang selalu Airin rindukan.
Airin ternganga melihat penampilan Dika. Dika memakai boxer selutut tanpa atasan yang menampilkan otot-otot perutnya. Airin sadar bahwa pacarnya itu memiliki tubuh yang atletis. Tapi kenapa kali ini tampilan Dika membuat Airin menahan nafasnya.
"Hei." Dika memanggil membuat lamunan Airin buyar. Airin tersenyum lalu masuk kedalam apartemen Dika tanpa sang empunya mempersilahkan.
Dika hanya menggelang lalu menutup kembali pintu apartemennya.
Disana Airin sudah duduk disofa menyenderkan kepalanya. Dika menghampiri dan duduk disebelah Airin.
"Kenapa?" tanyanya membuka obrolan.
Airin menggeleng lalu menyenderkan kepalanya didada Dika. "Kita hari ini mau ngapain?"
"Terserah kamu aja," jawab Dika menyuruh Airin untuk memilih kegiatan apa yang akan mereka lakukan.
Airin tampak berpikir. Tapi sepertinya otaknya sedang tidak ingin diajak berteman.
"Kita nonton dvd aja deh," saran Airin. Ia memutuskan untuk menonton film lewat dvd.
"Yauda kita nonton. Kamu mau film apa?" tanya Dika yang sudah berjalan kearah rak dvd.
"Ka kayaknya kamu pakai baju dulu deh," pinta Airin.
Dika memutar bola matanya. Setelah itu bergegas memasuki kamarnya. Selesai memakai baju, Dika kembali ke ruang tamu.
Airin menyengir melihat kedatangan Dika. Kalau Dika sudah berpakaian Airin kan jadi tenang.
"Udah tau mau nonton film apa?" tanya Dika begitu kembali.
Airin mengangguk dan memberikan dvd yang sudah dipilihnya saat Dika ke kamar.
"Kamu udah keempat kali loh Ai nonton film ini. Gak bosen?" protes Dika. Pasalnya Airin menonton film yang sudah ia tonton sebelumyan. Apalagi kalau bukan film Up.
"Dika film itu--"
"Menceritakan tentang kesetiaan antara pasangannya." Dika memotong ucapan Airin. Ucapan yang sudah Dika hafal jika mereka akan menonton film itu.
"Hehehe kamu pinter deh. Pacarnya siapa sih?" tanya Airin seraya mencubit kedua pipi Dika.
Dika pasrah kalau keadaannya sudah begini. Dengan malas Dika beranjak dan langsung memutar film itu. Semuanya sudah siap, Dika kembali duduk disebelah Airin.
Airin menyenderkan kepalanya dibahu Dika. Dan tak lupa memeluk lengannya.
Tak terasa film yang mereka putar akhirnya selesai. Dika menoleh kesamping. Sudah bukan hal yang baru bagi Dika melihat Airin ketiduran.
Dika mengangkat kepala Airin lalu menaruhnya secara perlahan ke pahanya. Dika menatap wajah Airin sambil tersenyum. Selesai menatap Dika mengelus kepala Airin dengan lembut.
Puas dengan memandangi wajah sang pacar, Dika mengambil ponsel yang ada disaku celananya lalu mulai bermain sembari menunggu Airin bangun.
._._._._.
Setelah Airin bangun, Dika memutuskan untuk mengantarnya pulang. Ditambah jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.
Dika masuk kedalam kamarnya. Berbaring sembari memikirkan sesuatu. Dua hari lagi Dika akan keluar kota untuk mengurus skripsinya.
Dika dan teman-temannya yang lain diperintahkan untuk terjun langsung ke lapangan. Dika sendiri juga tidak tega meninggalkan Airin. Tapi mau bagaimanapun Dika harus melakukan itu.
Meskipun jadwal keluar kotanya hanya dua minggu Dika tidak bisa menduga reaksi apa yang akan diberikan oleh Airin.
Dika mengusap wajahnya gusar. Ia mengambil ponselnya dan melakukan panggilan video dengan Airin.
Dalam deringan keempat perempuan itu baru mengangkatnya. Lalu munculah wajah seorang perempuan yang Dika pandangi sore tadi.
Wajah yang akan Dika rindukan selama dua minggu. Dika tersenyum kala ia melihat Airin tampaknya baru saja selesai mandi.
Terlihat dari rambutnya yang masih basah. Dilayar ponselnya Dika melihat Airin yang menggulung rambutnya dengan handuk.
"Aku baru siap mandi." Airin berucap dari seberang sana.
"Kok mandi sih Ai. Ini udah malam nanti kamu sakit."
Dari seberang sana Dika dapat melihat wajah cemberut Airin yang mendengar ucapannya.
"Gerah tau sayang. Makanya aku mandi."
"Yauda iya gak apa-apa."
"Kamu kenapa vc aku? Kangen ya?"
Dika refleks menganggukkan kepalanya. Membuat Airin yang disana tersenyum senang.
"Baru juga tadi aku ke apartemen kamu. Masa udah kangen aja sih."
"Iya aku kangen banget sama kamu Ai."
"Ih aneh deh kamu."
Dika hanya terkekeh. Dan selama dua jam lebih mereka habiskan hanya untuk membahas hal-hal yang tidak penting. Mulai dari hal yang romantis, candaan, tawa dan juga sedih.
Sampai akhirnya perempuan yang disebrang sana tidak terdengar lagi suaranya. Ya, Airin lagi-lagi ketiduran.
Dika menggelangkan kepalanya sembari tersenyum. Dika mematikan ponselnya dan menaruh diatas nakas. Sejurus kemudian Dika juga mengikuti jejak Airin. Tidur.
._._._._.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relationship (Dika dan Airin)
Teen FictionNOTE : TIDAK ADA KONFLIK BERAT HANYA KISAH KLASIK DIKA DAN AIRIN. Airin Aninda Putri. Tidak cantik dan tidak juga jelek. Penampilannya juga biasa saja. Otaknya juga tidak terlalu pintar. Tapi entah kenapa Ardika Pranaja seorang lelaki berpenampilan...