Hari ini adalah hari pertama Airin tanpa Dika. Dan baru saja ditinggal beberapa jam yang lalu Airin sudah menyerang ponsel Dika dengan berbagai macam pesan.
Ditambah lagi Dika yang belum juga membalas pesan Airin. Airin menenggelamkan kepalanya di tangan. Berharap pesannya dibalas oleh Dika.
Syarah yang sedari tadi menatap temannya ini menjadi muak sendiri. Syarah membuang nafas kesal. "Rin," panggilnya. "Apa?" Airin menjawab tanpa melihat Syarah.
"Lo gak lihat ini jam berapa? Masih jam sembilan pagi. Yang artinya si Dika juga lagi sibuk."
Ya, Airin sudah menceritakan tentang kepergian Dika kepada Syarah.
Syarah juga tidak bisa membantu apa-apa. Ia hanya bisa memberi semangat agar temannya yang satu ini tetap tegar menjalani hubungan jarak jauh.
"Tapi 'kan Dika udah janji bakalan kasih kabar terus ke gue," keluh Airin dengan nada suara sedih.
Syarah memutar bola matanya. "Ya mungkin aja dia belum sempat pegang hp, makanya belum balas chat dari lo." Airin mengangkat kepalanya. "Gue kangen Dika," ucap Airin parau.
Syarah memejamkan matanya sejenak. Mencoba menetralisasikan emosinya yang sebentar lagi akan meledak. Tidak mau hal itu terjadi Syarah beranjak dari kursi. "Gue ke toilet dulu deh. Bye," pamitnya pada Airin.
"Yah kok gitu sih Sya." Airin memandang punggung Syarah yang sudah menghilang ditelan dinding.
Sedari tadi mereka berdua berbincang di kantin kampus. Dan untungnya kantin masih sepi. Membuat Airin leluasa membicarakan keluh kesahnya pada Syarah.
Sepuluh menit berlalu Syarah kembali ke toilet. Airin menatap wajah Syarah dengan tajam.
"Kenapa lo lihatin gue gitu amat," ujar Syarah seraya duduk.
"Jahat lo Sya ninggalin gue ke toilet."
"Serah lo deh Rin. Pusing gue." Daripada pusing meladeni Airin, Syarah mengambil ponselnya dan mulai berseluncur di dunia maya.
Airin menghusap wajahnya. Sesekali melirik ponselnya yang tidak ada tanda-tanda notifikasi dari seseorang disana.
Syarah yang asik bermain ponsel melirik sebentar kearah Airin. Ia jadi tega melihat Airin yang sedang gundah gulana.
"Abis kampus ke mall yuk," ajak Syarah berharap bisa menghibur temannya ini.
"Hmm." Airin hanya menjawab singkat.
"Oke kalau gitu pulang kuliah kita ke mall."
"Hmm." Lagi-lagi Airin hanya berdehem.
Syarah menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun kembali memainkan ponselnya.
._._._._.
Disinilah mereka sekarang. Setelah pulang dari kampus, Syarah dan Airin bergegas pergi ke salah satu mall yang ada di Medan.
Mereka berdua sudah berkeliling mall. Memasuki satu persatu toko baju dan keluar tanpa membawa apa-apa. Ya, mereka hanya cuci mata saja.
Merasa lelah mereka mampir ke salah satu restoran untuk makan. Berbagai macam makanan Syarah pesan. Berniat untuk menghibur Airin.
Airin menganga menatap bermacam hidangan makanan dihadapannya. "Sya lo gak salah pesan 'kan?" Airin bertanya. Dibalas dengan gelengan kepala Syarah.
"Udah deh Rin. Makan aja, ini semua gue yang bayar," jawab Syarah enteng. Syarah mulai mencicipi satu persatu makanan yang ia pesan.
"Kurang baik apa gue beliin sahabatnya yang lagi galau," celetuk Syarah seraya memasukan makanan ke dalam mulutnya.
Airin mengacungkan jempolnya. "Iya deh, Syarah emang paling the best."
Airin dan Syarah pun dengan cepat menghabiskan makanan mereka. Tak terasa dalam sekejap makanan mereka sudah tidak tersisa.
Selesai membayar mereka berdua memilih untuk pulang. Matahari juga tampak mulai menghilang ditelan semesta. Dikarenakan mereka pergi menggunakan grab car otomatis pulangnya Airin berpisah dengan Syarah.
Sampai dirumah Airin segera masuk kedalam kamarnya. Merebahkan diri diranjang empuk miliknya.
Airin mengambil ponsel yang berada dalam totebag-nya. Airin terbelalak melihat notifikasi yang muncul pada ponselnya.
Ada dua puluh panggilan tidak terjawab dari Dika. Langsung saja Airin kembali menelepon Dika.
Dalam deringan kelima Dika baru mengangkatnya.
"Halo." Suara Dika membuat Airin terenyuh. Hatinya tiba-tiba menghangat.
"Halo Ai," panggil Dika lagi diseberang sana.
"Iya halo," balas Airin sambil senyum sendiri.
"Lagi apa?"
"Lagi telponan sama orang yang ngilang satu hari."
Terdengar helaan nafas diujung sana. Airin terkekeh mendengarnya.
"Maaf Ai tadi emang sibuk banget."
"Iya aku ngerti kok."
"Kamu kenapa enggak angkat telpon aku tadi?"
"Hehehe. Tadi hp aku dalam mode silent jadi gak tau kalo kamu nelpon."
"Kenapa di silent? Marah sama aku?"
"Sedikit sih marahnya. Tapi tadi aku sama Syarah abis ke mall terus makan juga. Jadinya aku silent deh."
"Tumben ke mall."
"Iya Syarah tadi ngajakin aku. Katanya mau hibur sahabatnya yang lagi galau ditinggal pacar."
"Ada-ada aja kalian. Mau vc?"
Airin tersenyum senang mendengar Dika mengajaknya untuk video call. Segera saja Airin mengangguk-anggukkan kepalanya walaupun Dika tidak mengetahui itu.
"Mau mau mau."
Sedetik kemudian Dika dan Airin sudah melepas rindu dengan bertatap wajah lewat layar ponsel.
._._._._.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relationship (Dika dan Airin)
JugendliteraturNOTE : TIDAK ADA KONFLIK BERAT HANYA KISAH KLASIK DIKA DAN AIRIN. Airin Aninda Putri. Tidak cantik dan tidak juga jelek. Penampilannya juga biasa saja. Otaknya juga tidak terlalu pintar. Tapi entah kenapa Ardika Pranaja seorang lelaki berpenampilan...