Quattro

11.6K 1.2K 22
                                    

Musim gugur, 2012

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim gugur, 2012.

"Hai, Amaya. Boleh saya minta nomor telepon kamu?"

Tak ada kecanggungan yang tampak dari pria yang ada di hadapannya itu. Dia menatap lurus ke arah Amaya yang sedang duduk di kursi taman. Tangannya menggenggam ponsel dan bersiap menekan tombol di layar.

"Kamu tahu siapa saya?" tanya Amaya seperti orang bodoh.

"Namamu Amaya, kan? Amaya Harding, teman Shulan. Saya Petra, teman Zhao." Pria itu menyebut nama kakak Shulan.

Namun, bukan itu yang sebenarnya ditanyakan oleh Amaya. Gadis itu begitu terkejut karena Petra mengenalinya, bahkan tahu namanya. Selama ini Amaya hanya dapat mengagumi Petra dari jauh karena tidak punya cukup keberanian untuk mengajak seniornya itu berkenalan. Sudah tentu dia terkejut karena tiba-tiba saja pria itu menghampirinya dan terang-terangan meminta nomor ponselnya.

Pria itu mencondongkan tubuhnya lebih dekat pada Amaya, seolah berusaha menghalau suara keras musik yang terdengar dari dalam rumah Fransico, tempat mereka sedang berpesta Halloween malam ini.

"Boleh saya minta nomor teleponmu?" ulang pria itu, kali ini dengan Bahasa Indonesia yang fasih tanpa aksen asing.

"Kamu bisa Bahasa Indonesia?" Amaya terkejut.

"Ayah saya orang Indonesia. Orangtuamu juga, kan?"

Amaya menggeleng, tapi segera mengangguk saat menyadari kesalahannya. "Ibu saya orang Indonesia, ayah saya bukan," sanggahnya.

"Ah, i see," kata pria itu. "Jadi, boleh saya minta nomor teleponmu."

Amaya tertawa. Bukan karena merasa bahwa pria itu sangat lucu karena meminta sampai tiga kali seolah begitu ingin memiliki nomornya, tapi karena dengan bodohnya Amaya justru terus teralihkan dari pembicaraan utama mereka.

"+1 206 847 6437."

"Seattle?" tanya pria yang malam ini menggunakan celana merah bergaris hitam, kaos putih yang dilengkapi dengan kemeja bunga-bunga khas Hawaii.

Ace ventura, tebak Amaya dalam hati.

"Iya, orangtuaku tinggal di Seattle," jawab Amaya.

Pria bermata tajam itu tak menanggapi jawaban Amaya, dia justru segera meletakan ponselnya di telinga.

Sesaat kemudian ponsel Amaya, yang sedari tadi berada di sakunya, bergetar. Amaya memang jarang menyalakan dering ponselnya, lagipula hal itu juga tidak perlu mengingat suara musik di tempat ini sangat keras. Mereka sedang berada di tengah pesta, dan Amaya hanya sedang meluruskan kaki akibat terlalu lelah menari dalam sepatu tinggi yang melengkapi kostum catwoman-nya.

Amaya mengeluarkan ponsel dan menatap nomor yang ada di layar. Kemudian, karena ponselnya tidak juga berhenti berdering, dia pun mendongak demi menatap Petra.

Petra menunjuk ponsel Amaya, kemudian memberi kode agar perempuan itu meletakan ponsel di telinga. Meski menggerutkan kening, dia tetap melakukan apa yang diinginkan oleh pria di hadapannya.

"Halo, Amaya. Ini aku, Petra," terang suara yang jauh lebih jelas terdengar secara langsung. "Aku baru saja mendapatkan nomormu. Maaf kalau aku lancang, tapi apa boleh aku mengajakmu makan pizza di Rosco? Aku kelaparan dan makanan di pesta ini sama sekali tidak menarik."

Alis Amaya semakin bertaut mendengar ajakan Petra untuk makan di diner yang letaknya sekitar dua blok dari rumah teman kampus mereka ini. Rosco memang bukan tempat makan fancy, tapi restoran itu buka hampir 24 jam dan kerap menjadi penolong banyak orang di jam-jam seperti ini.

"Sebentar saja. Aku akan mengantarkanmu kembali ke sini setelahnya, atau kalau kamu mau kuantar pulang, juga boleh."

"Kamu aneh," sembur Amaya sambil tertawa.

"Tapi kamu mau, kan, makan pizza denganku?"

Senyum mengembang di wajah tampan itu, dan Amaya tak kuasa menolak tawaran unik dari pria yang beberapa bulan terakhir selalu menarik perhatiannya. Rosco dan makan pizza bersama Petra jelas bukan ide yang buruk. Amaya juga jadi punya alasan untuk kabur dari tempat ini.

"Baiklah," ujar Amaya pada akhirnya. "Tapi aku harus berpamitan pada Shulan. Dia masih di dalam."

"Kita bertemu lima menit lagi di depan, oke? Aku akan mengambil mobilku dulu," ujar Petra. "See you soon, catwoman."

Pria itu memutus sambungan telepon, dan secepat kedatangannya, kini dia telah meninggalkan Amaya yang masih berusaha mencerna keberuntungan anehnya malam ini.

~~~~~~~~~~
Hai, readers..

YES! Benar sekali, part ini adalah part flashback. Seperti yang sempat aku sebut di intro, kali ini aku mencoba menulis dengan formula baru, yaitu plot maju mundur cantik. #eeaaaa.
Jadiiii, di cerita Truth or Date ini akan ada beberapa part flashback yang ditandai oleh keterangan waktu di awal bab. Sedangkan part yang tidak menyertakan keterangan waktu di awal artinya merupakan part pada timeline normal, alias di tahun kita hidup sekarang. Hehehehehe... Semoga kalian nggak pusing ya...
Btw, ini extra part demi mengejar ketinggalan. Semoga kalian menikmati ceritanya sampai sejauh ini, dan mau lanjut baca sampai tamat.

Kisskiss,
KWP

Truth or Date [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang