"Ayo, dua pertanyaan lagi," ujar Amaya, menunjuk kartu yang tersisa di meja.
Petra mengangguk, kemudian mengambil kartu. Namun, sebelum sempat membaca isi kartu itu, Amaya mulai cegukan.
"Kamu baik-baik saja?"
"Sepertinya ... aku butuh air," jawabnya.
Tak lama kemudian, seseorang muncul dari balik cahaya, membawakan sebotol air mineral dengan label yang sudah dilepas. Kru itu segera menjauh setelah memberikan botol kepada Amaya.
"Terima kasih," ujar Amaya seraya menerima botol itu dan meneguk isinya hingga tersisa setengah.
"Kamu benar-benar mabuk. Sebaiknya kamu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersisa jika masih ingin pulang dalam keadaan sadar, Amaya."
Amaya mengangguk sambil menutup botol air mineralnya. Diletakkannya botol itu di bawah meja sebelum berkata, "Ayo, bacakan pertanyaannya."
"Apakah kamu pernah merindukanku?"
"Oh, Demi Tuhan. Apa tidak ada pertanyaan lain?" protes Amaya ke arah kamera. "Aku tidak ingin pulang dalam keadaan manuk berat."
"Jawab saja. Pertanyaan itu tidak terlalu sulit."
"Ya, ya. Baiklah," sahut Amaya pasrah. "Tentu saja aku pernah merindukan kamu. Dua tahun bukan waktu yang sebentar, dan tidak semudah itu aku melupakan kenangan tentang kita. Lagipula aku menyimpan banyak kenang-kenangan darimu."
"Oh ya, seperti apa?" tanya Petra penasaran.
Amaya tertegun. Ada banyak jawaban yang bisa diberikannya untuk pertanyaan itu, tapi sedikit sisa kewarasannya menjerit agar dirinya bertahan.
"Tolong jangan tanya tentang itu. Aku sedang mencoba agar tidak harus minum lagi."
"Baiklah," ujar Petra menyerah.
"Jadi, apakah kamu juga pernah merindukanku? Atau mungkin kamu sama sekali tidak sempat merindukanku karena terlalu sibuk dengan deretan pacar-pacarmu?" tukas Amaya sinis.
"Aku merindukanmu. Terlalu sering dan terlalu parah. Kadang aku harus memaksa diri untuk fokus pada hal lain agar tidak mengingat-ingat kamu."
Amaya memutar bola matanya, tidak begitu saja percaya pada bualan mantan kekasihnya itu.
"Kapan? Bagaimana? Kamu punya setengah lusin lebih pacar setelahku. Apa mereka tidak cukup menyita perhatianmu?"
"Beberapa dari mereka ada di hidupku sebagai pelarian dari kerinduanku padamu."
Amaya tertawa mendengar kata-kata yang meluncur dari bibir pria berdada bidang itu. Tidak pernah terbayangkan bahwa Petra pernah merasa tersiksa merindukan dirinya. Satu-satunya yang Amaya tahu sebelum hari ini adalah mantan kekasihnya itu move on darinya secepat dan semudah menjentikkan jari.
"Kamu laki-laki jahat," cibir Amaya.
"Aku memang bukan pria sempurna tanpa cela," ujar Petra sambil memgangkat bahu.
"Aku tahu itu." Amaya meraih kartu terakhir yang tersisa di meja. "Pertanyaan terakhir. Apa hal yang kamu syukuri dari hubungan kita atau justru dari perpisahan kita?"
Petra manatap lekat pada Amaya. Wajahnya menunjukkan kebingungan.
"Itu benar-benar pertanyaannya?" tanya pria itu sambil meraih kartu di tangan Amaya.
"Aku tidak mengada-ada," sahut Amaya.
Petra membaca isi kartu itu dan menemukan kebenaran.
"Aku mensyukuri setiap detik kebersamaan kita dalam 27 bulan itu, juga delapan bulan sebelumnya. You are one of a kind."
"Lalu, apa yang kamu syukuri dari perpisahan kita?"
"Aku berharap bisa menjawab bahwa tidak ada yang kusyukuri dari perpisahan kita, tapi itu akan jadi sebuah kebohongan. Aku tahu saat kita berpisah dulu adalah pilihan yang tebaik. Paling tidak, aku tidak melukaimu."
"Kamu melukaiku dengan sangat parah, Petra."
"Aku minta maaf untuk segalanya," ujar Petra seraya menyentuh tangan Amaya.
"Well, aku sudah lama memaafkanmu, dan melupakanmu," tukas Amaya. "Tentang bersyukur dari kandasnya hubungan kita. Yah, walaupun menyakitkan, tapi kini aku memiliki Paola."
"Siapa Paola?"
Amaya mengatupkan bibir, menggigit lidahnya sendiri untuk menahan jutaan kata yang bisa saja segera meluncur. Merutuki kebodohannya karena menyebut nama Paola di hadapan Petra rasanya tidak akan cukup. Namun saat ini sudah tak mungkin untuk menarik kembali kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Date [Terbit]
Romance[SUDAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT KATA DEPAN] RUNNER UP Author Rising 2020. -- Amaya tak pernah menyangka bahwa menyetujui permintaan Shulan untuk mengisi acara untuk channel YouTube tempat sahabatnya itu bekerja akan mempertemukan kembali dirinya de...