"BANG UYONNNNN!! " teriak gue sambil lari ke kamar doi. Begitu masuk kamar, gue langsung merebahkan diri di samping doi.
Bang Uyon masih aja fokus ke handphonenya.
"ngapain sih bang? " tanya gue kepo sambil mendekatkan diri, menempelkan kepala gue ke kepalanya.
"apaan sih lo?! Pergi sana. " sewot Bang Uyon. Mendorong kepala gue agar menjauh.
"dih pelit banget! " kata gue gak kalah sewot.
Bang Uyon lagi-lagi memfokuskan diri ke handphone nya.
"duh padahal gue pangen bantuin biar gak berantem lagi, tapi lo nya gitu. Yaudah deh. " kata gue lalu pura-pura akan melangkah keluar kamar.
Tangan gue ditahan. "eh eh jangan gitu dong. Sini sini adikku yang paling cantik se-nusantara. Duduk sini di samping abang. " kata bang Uyon sok manis.
Gue nurut, duduk disampingnya, menyilangkan tangan di dada.
"tadi ngusir. " kata gue pura-pura ngambek.
Bang Uyon panik. " eh gak gitu. Gak maksud gitu. Gue pusing ini. " katanya, mengacak-acak rambutnya frustasi.
"btw kok lo tau gue lagi berantem sama Seulgi? " tanya Bang Uyon.
"nih orangnya chat gue. " jawab gue, menggoyangkan handphone gue.
"dia bilang apa? "
"dia nyuruh gue ngingetin lo makan. "
"ya ampun Seulginya gue lagi marahan aja masih perhatian. "
Ew
"paan sih lo berdua. Bucin banget. "
"dih bilang aja pengen. Btw dia bilang apalagi? "
"jangan begadang main game. "
"gila bisa makin bucin gue sama Seulgi. "
"ew. "
"eh lo VC dia dong, terus ngobrolin gue. Ntar gue ambil alih. "
Dengan malas gue nurutin apa yang diomongin Bang Uyon.
Begitu panggilan terangkat, muncul Kak Seulgi dengan piyamanya.
"halo tetehhhhhh. " sapa gue antusias.
"helo Sohyunnieeeee. " balasnya gak kalah antusias.
"Sama gue tadi marah-marah, ini malah seneng banget . " gumam Bang Uyon di samping gue. Posisinya agak jauh supaya gak masuk kamera.
"gimana-gimana, cerita sini sama gue. " kata gue membuka pembicaraan.
"ya gitu dekkk. Abang lo tuu ga bisa dibilangin. Gue gak ngelarang dia main game ataupun kumpul sama temen-temennya, tapi gue mau dia itu ingat waktu gitu loh. Main jangan sampe lupa makan, maagh dia itu akut, kalo telat dikit bisa kambuh. Terus juga dia itu sering banget main game sampe lupa waktu, gue kasian sama matanya, ntar minusnya makin nambah. Capek gue tuhh. Gue gak mau dia kenapa-napa. Gue sayang banget sama dia, tapi dianya gitu. Nyebelin. Susah dibilangin. " jelas Teh Seulgi panjang lebar. Sebucin itu dia sama Bang Uyon. Rasanya kasian cewek sesempurna Teh Seulgi dapat demit kek Bang Uyon.
Gue bisa liat Bang Uyon disamping gue cengengesan ga jelas dan bergumam, "gemesin banget sih. Makin cinta nih gue. "
"gimana bang? Udah taukan salah lo dimana? Nih sekarang selesain. " kata gue lalu memberikan handphone nya ke Bang Uyon.
Terdengar suara panik Teh Seulgi, "eh eh dek! Kok ada Seungyoun sih? Lo jebak gue ya? Gila lo jahat banget sama gue. "
"Bang Uyon yang nyuruh teh, gue cuma menjalankan perintah. Marahin aja dia. " kata gue membela diri.
Gue pergi keluar kamar, meninggalkan mereka yang lagi bucin.
Gue balik ke kamar gue, memakai sweater dan celana panjang dan membawa beberapa lembar uang. Gue mau ke indomaret, tiba-tiba pengen es krim.
Begitu selesai beli, gue langsung memakan es krimnya dalam perjalanan pulang. Komplek udah mulai sepi, tinggal beberapa rumah yang belum mematikan lampu rumahnya.
Gue berjalan dengan tenang, tangan kiri berada di saku kiri sweater dan tangan kanan memegang es krim.
Gue bukan tipe orang yang penakut, jadi santai aja kalo jalan sendirian.
Gue berhenti melangkah ketika samar-samar gue liat ada seseorang di taman. Gak, bukan seseorang, tapi dua orang.
Gue melangkah mendekat, jiwa kepo gue membara. Ngapain malem-malem di taman, gabut banget tu orang.
Terdengar suara isakan perempuan.
Oh.
Keknya gue tau ni suara siapa.
Rumit emang masalah rumah tangga ni orang.
Herin dan Hangyul sedang berpelukan. Hangyul berusaha menenangkan Herin yang sedang terisak.
Hadehhh.
Penuh drama.
Hangyul menye banget kalo sama Herin.
Kalo sama gue galak banget.
Merasa itu bukan urusan gue, jadi gue memutuskan buat pergi dari situ.
Gue berjalan mundur perlahan dan,
Kriekkkkkk
Shit.
Kenapa ada botol sih disini!
Shit.
Lagi-lagi gue ke-gap Hangyul.
Terciduk sudah.
Hangyul menatap gue tajam masih dalam posisi dia memeluk Herin.
Gue pura-pura gak liat, menikmati es krim di tangan gue dan berlalu begitu saja.
Kenapa sih seharian ini gue ketemu Hangyul terus?