"SO HYUN!! MAMA PERGI DULU YAAAA!" teriak mama dari lantai bawah.
"IYA MAHHH. " jawab gue juga berteriak.
Mama mau pergi kumpul bareng temen-temennya, jadilah gue sendirian di rumah. Bang Uyon masih ngampus dan gue lagi gak ada kelas.
Akan gabut nih sepertinya.
Gue kalo gabut gini pasti nelpon 1 orang, Yohan.
Setelah berdering beberapa kali, telponnya terangkat.
"hallo. Selamat sore. Ada yang bisa saya banting? " kata Yohan diujung telpon sana dengan bahasa jenakanya.
"ya. Selamat Sore. Bisa bicara dengan Yohan? " kata gue merespon.
"ya dengan saya sendiri, Yohan ganteng 99. Ini dengan siapa ya? "
"yahhh sendiri aja, jomblo yaaaaa. "
"si anjir. Ngaca julehaaaaa. "
"ehehehe. Canda sayangkuuu. "
"gabut nih pasti. "
"tau aja hehe."
"main ke rumah sini. Mama pergi, gue sendirian. "
"YAH SENDIRI AJA. JOMBLO YAAAAAA. "
"dih balas dendam. "
"AOWKWOWKOWK"
"nyebelin banget ketawa lo. "
"ya bodoooo."
"sini donggg. Temenin gueee. "
"dih maksa. "
"gue udah Download film terbaru nihh. Sekalian nobar kuyy."
"hmm boleh juga. "
"jan lupa bawa jajanan yaaaa. Bhayyyy. " kata gue lalu memutuskan telpon sepihak.
Gue jamin Yohan pasti dateng, ga lupa bawa jajanan.
Bener aja, setengah jam kemudian suara motor Yohan udah kedengaran. Gue berlari keluar rumah buat nyambut Yohan dengan senyuman termanis gue.
"YOHAN GANTENGGG!! " teriak gue sambil membuka pintu dengan heboh.
Yohan gak sendiri ternyata, dia bawa Hangyul.
IYA HANGYUL.
YA GUE LANGSUNG KICEP TERUS KRIK KRIK DONGGG.
MANA BEGITU KELUAR LANGSUNG DI SAMBUT PAKE SENYUM HANGYUL.
GA BIASA GUE TUH DISENYUMIN HANGYUL.
BIASANYA DIPELOTOTIN.
Chill, Hyun.
"eh pesenan gue mana? Jangan bilang lo lupa? " tanya gue ke Yohan.
"sampun kanjeng ratu. Di Hangyul noh. Doi yang beliin. Makasihnya ke dia aja. " kata Yohan cuek dan ngelewatin gue gitu aja, langsung nyelonong masuk ke rumah.
Si anjir.
Hangyul mendekat dan mengangkat kantong plastik berisi jajanan tepat di depan muka gue.
Oh jangan lupakan senyumannya yang tadi.
Gue mengambil kantong plastiknya, "makasih. Masuk, Gyul. " kata gue HAMPIR gagap.
Kita bertiga nobar film jadul di ruang keluarga dengan posisi gue duduk diantara Hangyul dan Yohan.
Dari awal film diputar, dari situ juga Yohan ngebacotin alur filmnya. Yang aktornya bego lah, aktrisnya cengeng lah. Persis banget emak-emak kalo nonton sinetron.
Terlalu lama menonton membuat tenggorokan gue kering, es jeruk di atas meja yang sebelumnya gue siapin udah habis tanpa sisa.
Yohan dan Hangyul masih fokus dengan film.
Dengan malas gue ke dapur buat bikin minum lagi.
Gue membuka kulkas, mengambil beberapa botol minuman, lalu menutupnya.
Gue terperanjat melihat wajah Hangyul saat menutup pintu kulkas. Itu anak hobi banget muncul tiba-tiba. Hampir aja botol di tangan gue pindah ke mukanya.
Hangyul masih diam diposisinya sambil menatap gue lekat-lekat.
"kenapa sih lo?" tanya gue.
"lo kenapa sih takut banget kalo ngeliat gue? " tanyanya tiba-tiba. Gue diem, buang pandangan ke arah lain. "tatap gue, Hyun. " lanjutnya.
"emangnya keliatan banget ya? "
"iya. "
Gue menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Gue ceritakan alasan gue takut sama dia, tentang kejadian yang gue liat di taman belasan tahun yang lalu.
Diakhir cerita gue, Hangyul tersenyum. "lo tau gak sih siapa yang gue tonjok dan kenapa gue nonjok dia? " tanya Hangyul. Gue menggeleng. "lo ingat Woojin? " tanyanya.
Gue berusaha mengingat nama itu. "yang gingsulan itu? " tanya gue meyakinkan. Hangyul mengangguk.
"waktu lo sepedaan hari itu, dia naburin paku payung di jalanan karena liat lo mau lewat. Makanya gue nonjok dia karena mau nyelakain lo. Ya gue gak tau maksud dia mau main-main apa gimana, tapi itu kan bahaya, coba aja paku-pakunya beneran kena lo, gimana coba. Ya gue gak terima lah kalo lo sampe kenapa-napa. Makanya gue tonjok dia, gue terlanjur emosi juga sih waktu itu. Dan masalah dia pindah itu karena bokapnya dipindahtugaskan. Btw sebelum dia pindah, kita udah maaf-maafan, jadi aman." jelas Hangyul panjang lebar dan menggebu-gebu. Gue berusaha memahami cerita Hangyul. Dan gue terfokus ke 'gue gak terimalah kalo lo sampe kenapa-napa' rasanya perut gue geli, pipi gue panas, dan ga berani natap Hangyul.
"udah jelas kan kenapa gue nonjok dia? " tanya Hangyul. Gue mengangguk.
"sorry gue udah salah paham dan makasih udah nyelematin gue dari pakunya Woojin. " kata gue pelan, menatap ujung kaki gue.
Hangyul mengelus rambut gue pelan, "udah gak takut kan sama gue? "
Gue menatap Hangyul, menggeleng sambil tersenyum.
Hangyul juga tersenyum.
LEMAH BANGET LIAT SENYUM HANGYUL.