Translated by Veer.Aslant from english translated Love Sick at Kudalakorn.com
"Hey, Noh! Jadi akhirnya gimana?!" Seperti biasa, saat kembali ke ruang klub kami, Om adalah orang pertama yang menyapaku saat aku masih terengah-engah. Padahal, belum ada sedetik aku berada di sini.
Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Maksudku, aku sedang marah dan segalanya bercampur aduk menjadi satu. Bagaimana bisa Phun mempermainkanku seperti itu? Aku kenal dia (walaupun dari jauh) sudah lama, tapi aku tidak tahu kalau kalau dia itu ternyata sinting.
"Gue bukan homo, brengsek!"
Itu kalimat yang kuteriakkan lima menit yang lalu, sebelum akhrnya kabur dari Ruang OSIS dan kembali ke ruang klubku. Aku tidak mempercayai pendengaranku. Aku tidak pernah berpikir bakal mendengar kata-kata itu terucap dari seorang Phun Phumipat, yang segala tentangnya terlihat sempurna. Penampilan. Keluarga. Tingkah laku. Nilai-nilai. Keramahan. Dan bahkan dia juga sudah memiliki pacar yang cantik.
Pacar yang cantik?!
Iya... Dia sudah punya pacar, kan!? Pacarnya juga cewek terkenal di sekolahnya.
Ditambah lagi, Aku sudah kenal Phun cukup lama. (Walaupun kita tidak terlalu dekat, karena Phun adalah temannya Nant, yang dimana Nant itu temannya Rodkeng, dan Rodkeng itu adalah teman sekelasku. Bingung nggak? Tapi memang seperti itulah hubungannya.) Kalau kita berpapasan, kadang aku tersenyum kepadanya. Atau, kalau aku sedang beruntung dan dia ada di depanku saat mengantri sesuatu, aku pasti minta tolong untuk sekalian mengambilkannya untukku. Kadang kalau klub kami mengadakan konser, aku selalu datang ke hadapannya dan menjual tiket.
Rasanya, tak mungkinlah kalau dia punya perasaan semacam "itu" terhadapku.
Dan sebenarnya, kalau kamu tanya kepadaku mana anak gay di sekolah kepadaku, (sebenarnya banyak juga sih), Phun bakal jadi orang terakhir yang terlintas dibenakku.
Mungkin aku salah dengar?!
***
Cuaca sudah mulai dingin. Mungkin karena bulan November sudah dekat dan biasanya menjadi awal musim dingin. Apakah sebaiknya aku mengurung diri di dalam kamar dan menghabiskan waktu untuk main gim saja? Tapi sesuatu membuatku beranjak, menyalakan sepeda motor dan pergi menuju rumah yang besar ini.
Aku pernah masuk ke tempat ini dua tahun yang lalu. Anak sulung keluarga ini mengadakan pesta ulang tahun yang ke-15. Aku tidak terlalu dekat atau bagaimana. Tapi kita ada angkatan yang sama dan rumah kami juga berdekatan. Temanku yang memang akrab dengannya memohon kepadaku agar menemani saat datang ke pesta itu.
Aku tidak pernah menyangka kalau bakal kembali ke tempat ini sekali lagi – sendirian lagi. Dan juga dengan tujuan yang kedengarannya konyol pula.
Aku memarkirkan sepeda motorku di depan gerbang besar itu, dan mulai mondar-mandir di depannya. Aku bisa melihat bel pintu yang seolah-olah meminta di tekan saat itu, tapi alasan awal yang membuatku datang kesini yang membuat sulit untuk melakukannya.
Anjir, kenapa aku jauh-jauh datang ke sini? Si Phun sialan itu, kalau dia nggak menarik ucapannya tadi, aku akan memukul wajahnya.
Sebelum aku mulai berteriak sendirian, aku melihat bayangan orang yang tinggi sedang berjalan di sekitaran taman. Bayangan itu mencuri perhatianku.
Di rumah ini cuma hanya ada satu pemuda.
"Phun! Phun!" Ku coba teriakkan nama pemilik bayangan itu. Aku tidak mau berteriak terlalu keras (tapi juga tidak terlalu pelan) tapi aku berusaha menarik perhatiannya agar dia tahu kalau aku ada di sini (pokoknya gitulah).
Nampaknya usahaku terbayarkan. Si tampan berengsek itu menoleh dan nampak terkejut. (Ya jelaslah terkejut, dia mungkin tak bakal menyangka, seorang aku ini bakal datang ke rumahnya malam-malam). Akhirnya dia berjalan keluar dari bayangan pohon, Aku sadar kalau dia sedang menelpon seseorang.
Oh, maaf kalau menganggu. -_-"
Tapi nampaknya pemuda itu tidak terlalu terganggu dengan semua ini. Dia memang masih terkejut saat melihatku. Aku bisa melihat saat itu juga kalau dia langsung menutup teleponnya.
"Hey. Gimana Noh?" Dia keluar melalui pintu kecil yang memang bagian dari gerbang itu. Sampai detik ini aku sama sekali belum menyusun apa yang ingin ku bicarakan.
"Uh..." Aku harus ngomong apa sekarang? "Ehh, Aku..." Sekarang gimana!? "Aku..."
"Apa kamu ke sini mau ngomongin yang tadi sore?" Banzaai! Yes! Makasih udah mau mulai topik itu!
"Iya, Itu." Aku berbicara sambil menunjuk mukanya. "Kita harus bicara. Jadi tadi sore, aku pergi ke ruang OSIS dan aku lihat kamu ada di sana. Lalu aku bertanya tentang pemotongan anggaran klubku. Lalu kamu bilang semuanya gara-gara Ngoi yang tidak mau membuka mulut saat rapat anggaran yang kamu adakan, jadi aku--"
"Aku masih ingat apa yang terjadi, Noh." Dia memotong pembicaraanku karena nampaknya dia tidak ingin mendengar reka ulang keseluruhan cerita. Tapi terserahlah. Aku tahu dia ingat, tapi seenggaknya biarkan aku membangun suasana dulu kek!?
"Oh, makasih kalau masih ingat. Jadi mestinya kamu juga ingat kalau kamu bilang mau membantu klubku. Tapi kamu ingin apa sebagai imbalannya? Aku merasa salah dengar. Sesuatu... Tentang jadi pacarmu. Kemudian aku mengumpat kepadamu dan langsung pergi. Maaf ya, aku pikir pendengaranku agak terganggu."
"Tapi kamu nggak salah dengar kok, Noh."
"Tuh kan aku salah dengar!? Makanya aku kesini biar tahu yang benar itu kayak gima--! Hah!? Kamu barusan ngomong apa!?" Dia barusan berbicara apa kepadaku? Mungkin pendengaranku memang terganggu. Nanti kalau sudah sampai rumah, aku harus membersihkan telingaku.
"Aku bilang, kamu nggak salah dengar kok. Mau gak jadi pacarku?"
Anjir Phun brengsek! Jadi kamu benar-benar gay?!
Terus udah jauh-jauh aku datang kesini! Apa dia akan melakukan sesuatu kepadaku!?
Mendadak tulang-tulangku serasa disiram pakai air es saat aku berhasil selesai mencerna semua ini. Dan aku yakin kalau mukaku saat ini pasti pucat pasi.
Aku menoleh ke arahnya saat dia menyunggingkan senyum licik dengan maksud tersembunyi. Tentu saja aku tak mau tahu, apa yang ia coba sampaikan. Dan yang pasti, inilah saatnya aku pergi dari sini!
"Hey, Noh! Dengarkan dulu!" Dia gak mau melepaskanku, guys! T^T Tinggal selangkah lagi aku bisa meraih sepeda motorku sebelum akhirnya ia berhasil menangkap lenganku. T^T
Reaksi normalku adalah balik badan dan menghadapinya. Aku merasa tidak aman kalau punggungku-lah yang langsung berhadapan dengannya untuk saat ini.
Aku berusaha menutup mata dan dengan penuh kekalutan aku mengayun-ayunkan tanganku kesegala arah, sebisaku untuk menghadapinya. Bagaimana kondisiku saat ini? Kelewat menyedihkan bahkan hanya untuk dilihat. T__T
"Aku gak kayak gitu! Plis! Jangan suka sama aku! Aku minta maaf! Aku gak bisa jadi pacarmu!" Aku memohon-mohon kepadanya sekarang, aku bahkan rela kalau harus berlutut saat ini juga. Aku hanya ingin dia melepaskanku agar aku bisa meninggalkan tempat ini. Hari ini Aku tidak siap dengan semua ini! T__T
"Hey! Dengarkan sampai selesai dulu, Noh! Aku juga tidak seperti bayanganmu!" Kata Phun sambil mengguncang-guncang seluruh badanku, yang akhirnya membuatku diam dan membuka satu dari kedua mataku.
EH? Jadi aku salah paham nih?
"Ayolah masuk dulu, aku akan jelaskan semuanya."
Kemudian dia menarikku masuk ke dalam rumahnya. Apa aku bisa selamat keluar dari sini?!
***
Novel asli ditulis oleh [INDRYTIMES] diterjemahkan ke bahasa inggris oleh [Kudalakorn.com - ] dan diterjemahkan ke bahasa indonesia oleh [ veer_aslant]
***
end chapter 02
YOU ARE READING
Love Sick - Kehebohan Manusia Celana Biru
Ficção AdolescenteDalam situasi yang genting, Noh, tokoh utama dalam novel ini, hanya bisa meminta tolong kepada PHUN, si ketua OSIS. Hanya dengan satu syarat. Noh harus mau menjadi pacarnya Phun. Sebuah novel karya Indrytimes, yang sudah menjadi TV Series (2 Season...