Chapter 05 : Ikuti saja arusnya

10 1 0
                                    

Aku tiba di sekolah dalam keadaan yang super berantakan.

Em, jangan lantas membayangkan yang tidak-tidak. Aku bisa tahu apa yang ada dibenak kalian. Secara 'teknis', semalam aku kurang tidur. -_-" Dan sumpah, tidak ada kejadian aneh-aneh tadi malam! Suwer!

Gini, aku jelaskan. Bagaimana mungkin aku bisa tidur nyenyak kalau disebelahku ada Phun!? Memang sih, saling kenal, tapi seperti yang kubilang sebelumnya, kita juga tak terlalu akrab. (Faktanya, kita sama sekali tidak akrab, titik. Cuma sekedar tahu satu sama lain, kayak kalau papasan sama orang ditengah jalan.)

Makanya, mana mungkin aku bisa nyaman berbagi kasur dengannya? Di rumahnya lagi. Tempat terdalam yang dulu pernah aku masuki, hanya sampai di taman saja. (itu saja terjadi dua tahun yang lalu). Apalagi kalau mendadak hubungan kami berubah menjadi seperti ini. Dan kami menghabiskan malam hanya berdua saja? Semuanya terjadi terlalu cepat. Terlebih, semua peristiwa itu terjadi hanya dalam waktu kurang dari satu hari.

Aku hanya tidak benar-benar siap menghadapi semua ini.

Tapi kalau boleh jujur, menghabiskan malam disana bukan hal yang buruk. Aku tak terlalu khawatir. Aku mandi, kemudian berganti dengan pakaian tidurnya. (Kalau tidur, biasanya aku memakai baju tank top. Tapi aku sadar, aku harus dan sebisa mungkin selalu menutup badan demi keselamatanku sendiri.) Kita bahkan sempat ngobrol basa-basi. Awalnya, kami mau main Xbox 360 yang mahal milik Phun, ia yang menawarkan. Tapi aku sedang tidak berminat. Akhirnya, Phun mematikan lampu dan kami segera tidur.

Karena keluarganya cukup kaya, ranjangnya pun sangat besar. Kami bisa berguling kesana-kemari semau kami. Faktanya, kasur itu masih muat diisi tiga atau empat orang lagi. Dan dengan seperti itu pun, seharusnya masih bisa tidur dengan nyaman.

Tapi, aku tak tahu dosa apa yang pernah kulakukan dikehidupan sebelumnya, hingga pantas menerima takdir seperti ini.

Nong Pang membuka pintu kamar dengan tiba-tiba.

Phun buru-buru menarikku. (Awalnya dia ada di tepi lain kasur ini, dan bahkan, kami sampai sempat membuat batas dari guling dan menaruhnya di antara posisi kami.) Padahal aku hampir terlelap tidur saat Phun memelukku.

Iya, dia memelukku! Hal itu benar-benar terjadi! Sialan!

Aku mencoba membebaskan diri sebisa mungkin. Mencoba mendorong, tapi kekuatannya bukan tandinganku. Si brengsek ini sungguh kuat sekali! Kelihatannya aja kurus, tapi jangan remehkan orang ini. Dan satu hal lagi, saat itu posisinya lumayan menguntungkan. Yang bisa kulakukan hanya memberontak didalam dekapannya.

"Sebentar saja." Bisik Phun menenangkanku, supaya aku berhenti memberontak. Lalu ia pura-pura baru bangun tidur dan menoleh melihat adiknya yang sedang berdiri tanpa ekspresi. Adik perempuannya itu kelihatan sangat terkejut menemukan kakaknya sedang mendekap pacar – cowoknya– di kasur. (Jangan lupakan bagian dimana Aku terus mencoba untuk terus berusaha melepaskan diri disini!)

"Ada apa, Pang?" Kapan duo kakak adik ini akan selesai berbicara? Cepat buruan pergi sana?!

"Aku... bawa selimut lebih... karena... aku takut p'Noh kedinginan..." Dia nampak benar-benar terkejut, tapi juga ada setitik kebahagian di ekspresi mukanya. Oh, tidak. Nong Pang! Apa yang terjadi dalam pikiranmu?!

"Gak papa, Pang." Phun memberitahu, Aku bisa merasakan kalau pelukan Phun makin erat.

Aku hanya perlu pura-pura mati mengabaikan semua yang tengah terjadi di alam semesta ini.

"P'Noh gak akan kedinginan kok." Aku tidak perlu sampai membuka mata hanya untuk tahu ekspresi Phun saat ini. Aku juga bisa menebak ekspresi Pang saat itu.

Love Sick - Kehebohan Manusia Celana BiruWhere stories live. Discover now