Ganjar mendorong sepeda motornya dengan nafas terengah. Kedua kakinya terasa pegal nyaris patah. Peluhnya berjatuhan sepanjang jalan mencari keberadaan adik bungsunya. Baju basah yang melekat di tubuhnya semalam sampai mengering sendiri karena terhembus angin pagi.
Waktu sudah menunjuk pukul enam. Matahari sudah tampak meninggi, tapi Ganjar tak kunjung menemukan Shei sepanjang jalan ia mencari.
Mesin motor andalannya mendadak mogok di tengah jalan. Ganjar terpaksa harus mendorongnya karena mesinnya tak mau menyala lagi.
Ganjar sempat membenahinya dengan ilmu seadanya, tapi hasilnya nihil. Mesin motor kesayangannya tetap tak mau menyala meski beberapa kali ia sudah mencoba untuk mengutak-atiknya.
Tidak ada bengkel motor buka di pagi-pagi buta. Terpaksa Ganjar menuntun sepeda motor kesayangannya sepanjang jalan.
Sekujur tubuh Ganjar terasa remuk redam. Punggungnya terasa sangat basah akibat keringat yang membanjiri tubuhnya. Kedua telapak kakinya terasa panas. Sandal jepitnya sempat putus hingga terpaksa ia membuangnya di tepi jalan. Ganjar rela berjalan tanpa alas kaki dengan raut wajah belepotan oli. Mirip seperti gembel, tapi Pria kekar bertato itu tetap percaya diri.
Tak peduli orang-orang yang berpapasan dengannya menatap aneh dirinya. Tak peduli orang-orang menertawakan penampilannya. Ia tetap mencari dan terus mencari meski hanya seorang diri.
Jangankan memikirkan penampilan. Memikirkan dimana keberadaan adik bungsunya saja Ganjar sudah sangat kewalahan. Biarkanlah orang-orang menertawakan penampilan gembelnya sekarang. Yang terpenting Ganjar harus segera menemukan Shei secepatnya sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi pada adiknya.
Shei dalam kondisi yang kacau saat kabur. Bisa saja ia bunuh diri seperti di tivi-tivi. Atau tertabrak mobil saat menyeberang jalan karena banyak melamun.
Beberapa menit telah berlalu. Ganjar menyerah. Ia memilih pulang untuk beristirahat sebentar dan berniat mencarinya lagi nanti.
Putus asa..
Pria bertato mengerikan itu merebahkan tubuh di lantai teras rumahnya. Tak peduli lagi jika dianggap gila orang-orang di sekitarnya. Di dalam otak Ganjar hanya ada nama Shei saja.
Dimana Ganjar bisa menemukannya. Ia pusing tujuh keliling sendiri memikirkannya. Adiknya kabur dalam keadaan tubuh basah kuyup. Bagaimana kalau ia sampai jatuh sakit di jalan nanti.
" Astaghfirullah hal adzimm... Mas.."
Gesang terperanjat kaget saat membuka pintu. Ia menemukan Ganjar berbaring di depan pintu teras dengan wajah hitam belepotan.
" Mas Ganjar ngapain tiduran di depan pintu? Ayo masuk!"
Gesang menarik lengannya cepat untuk dibawanya berdiri. Ganjar pasrah saja karena sejujurnya ia masih sangat lelah.
Lagi pula jika Ganjar terus berbaring di depan teras seperti ini, bisa sangat malu jika ada tetangga yang melihatnya nanti.
" Shei mana?" tanyanya. Kepalanya celingukan kesana-kemari mencari keberadaan adik bungsunya.
" Hilang Sang. Dia kabur. Mas udah cari dia kesana-kemari, tapi nggak ketemu."
Ganjar sesekali menggaruk kepalanya yang tak gatal karena bingung. Ganjar sudah berusaha mencarinya, tapi baru sampai sejauh ini hasil jerih payahnya.
Jangankan dapat membujuk Shei kembali, Shei malah kabur entah kemana.
Ia sendiri tidak mengerti Shei bisa secerdas dan senekat ini. Bisa-bisanya bocah bertubuh kurus itu kabur darinya saat ia tengah tertidur lelap di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Youngest Brother, Sheiii !!! [END]
Teen FictionBagi Shei, jadi bungsu itu tidak seindah cerita tokoh-tokoh fiksi yang sering diceritakan teman-teman perempuannya. Mereka menceritakan kalau jadi bungsu itu selalu dimanja. Itu memang benar, tapi itu dulu, saat Bapaknya belum masuk penjara karena...