5: Mau Hadiah?

446 103 16
                                    


Setidaknya, ini sudah menjadi kali ke delapan dalam satu bulan untuk Yunseong datang ke tempat ini.

Yunseong tidak mengerti kenapa dirinya jadi sangat rajin mengunjungi kota bawah tanah.

"Petite?" Chaewon yang berdiri di samping Mamanya berjengit antusias melihat Yunseong berjalan mendekat sembari melambaikan tangan kanannya.

Wanita di samping Chaewon terlihat membawa keranjang berisi banyak kue kering, "Kebetulan sekali, mau ikut?"

Yunseong menautkan alisnya, "Kemana?"

"Ke perpustakaan," jawab Chaewon, "Mama mau mengantarkan Chaewon ke sana dulu sebelum mengantar kue," gadis itu melirik Mamanya singkat.

"Kalau Petite tidak keberatan, Chaewon mau ajak dia, jadi Mama nggak perlu bolak-balik mengantar Chaewon dulu."

Wanita yang berstatus sebagai Mama dari Chaewom itu menatap Yunseong dengan ragu, "Tidak apa-apa?"

Yunseong meringis, "Iya, tidak apa-apa," lalu ia tersenyum hangat, "Sesekali, sekalian berkeliling kota bawah tanah. Supaya tidak hanya familiar dengan rumah Chaewon saja."








-sparkle-






"Sudah berapa lama kalian memakai obor?"

Sepanjang perjalanan menuju ke perpustakaan, Yunseong sudah gemas ingin bertanya, apakah tidak ada sumber penerangan lain selain obor yang terpasang di mana-mana?

"Sudah lama, dari aku kecil sudah seperti ini," Chaewon meringis, "Obor yang Petite lihat di sepanjang jalan adalah satu-satunya alat penerangan."

Yunseong diam tidak menyahut.

Ayahnya memang seorang Bajingan yang bersembunyi di balik tahta.



Dengan larutnya Yunseong dalam lamunan, tak ada lagi percakapan di antara keduanya.

Hingga setelah lama berjalan semakin menjauh dari pusat kota, sampailah mereka di sebuah bangunan sederhana dengan tulisan 'Perpustakaan' yang hampir rusak termakan waktu.

"Ini.... Tempatnya?"

Maka Chaewon mengangguk, "Ayo masuk, ada banyak anak-anak yang menunggu di dalam."







-sparkle-






Yunseong duduk dengan kikuk di ujung ruangan sembari memperhatikan Chaewon yang dengan telaten membantu beberapa anak kecil untuk membaca, menulis, atau menggambar.

Terhitung sudah satu jam Yunseong bertahan di posisi demikian, hal itu membuat Chaewon heran, "Petite, daripada melamun terus, kesini," ucapnya sembari memberi isyarat supaya Yunseong mendekat.

Mau tak mau, Yunseong berjalan mendekat dan duduk di sebelah Chaewon yang baru saja selesai membantu seorang anak kecil menyempurnakan tulisan cakar ayamnya.


"Chaewon suka anak-anak?"

"Iya," gadis itu tersenyum, "Daripada kesepian di rumah, beberapa kali aku iseng pergi ke sini, membunuh waktu."

Ia menunjuk anak-anak kecil yang tertawa heboh, "Lucu lihat mereka. Masih polos, kebanyakan yang sudah seumuran sama denganku, pergi dari kota bawah tanah untuk jadi budak di kota atas tanah."



Yunseong paham, sangat paham kenapa banyak dari kaum jelata seperti Chaewon memilih jalan ini.

Karena pendidikan hanya setara dengan sekolah menengah pertama, jika dibandingkan dengan kota atas tanah tempat Yunseong tinggal.

Maka Yunseong pun bertanya dengan hati-hati, "Chaewon nggak akan naik ke atas?"

"Mama bilang, jangan," ucapnya lesu, "Mama masih kuat mengurus Chaewon, Mama juga nggak mau Chaewon seperti Papa."

Badan Yunseong menegak, "Papamu kenapa?"

Mendadak Chaewon tersentak, ia tertawa kikuk, "Ah, Papa nggak papa. Lagian Chaewon tidak memaksa, hadiah dari Mama sudah cukup buat Chaewon betah di rumah kok."

"Oh iya? Hadiah apa?"

"Buku dan alat tulis," Chaewon menyelipkan anak rambutnya, "Aku suka menulis, dan menggambar, sedikit."









"Mau hadiah dari Petite juga, nggak?"

"Eh?"

[C] Sparkle | Yunseong, Chaewon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang