“Pagi, Chaewon, tidur nyenyak?”
Chaewon terperanjat ketika Eunbi menepuk bahunya singkat, “Ah, lumayan, Kak. Belum terbiasa,” ringisnya kemudian.
Eunbi mengangguk singkat, “Mandilah. Biar Kak Eunbi siapkan pakaian dan sarapan.”
“Eh, tidak usah disiapkan, Kak. Chaewon bisa sendiri,” bantah Chaewon cepat sembari mengibaskan tangannya.
“Tidak apa-apa, soal pakaian, Kak Eunbi yang mengatur. Dan untuk makanan dan lain-lain, itu memang urusan Kak Eunbi.”
Chaewon akhirnya hanya mengangguk kaku, “Terimakasih, Kak Eunbi.”
“Iya, sama-sama,” Eunbi kemudian tersenyum jahil, “Bisa pakai alat mandi di sini? Mau sekalian Kak Eunbi mandikan?”
“Kak Eunbi tidak lucu.”
—sparkle—
“Mau pergi kemana hari ini, Tuan Muda, Chaewon?” tanya Eunbi sembari membawa dua porsi sarapan untuk Chaewon dan Yunseong yang baru saja tiba.
Chaewon tentu tidak tau akan diajak kemana, sehingga gadis itu hanya diam sembari menatap lamat ke arah Yunseong.
“Kebun binatang,” tukasnya kemudian.
Chaewon mengerjapkan matanya, bingung, “Kebun binatang?”
“Banyak hewan di sana, mau pergi ke sana, kan?”
“Iya,” Chaewon melirik ke arah Eunbi yang tersenyum jumawa, “Di sana banyak hewan yang belum pernah kamu lihat, Chaewon. Percaya sama Kak Eunbi,” tukas Eunbi kemudian sembari mengacungkan jempolnya.
“Bawa juga sangkar burungnya, Chaewon, jangan lupa.”
—sparkle—
“Petite, itu gajah, bukan?” jemari mungil Chaewon menunjuk hewan bertubuh besar di balik kandang dengan antusias.
Yunseong yang sedang menenteng sangkar hanya tersenyum dan mengiyakan.
Sudah terhitung banyak sejak mereka masuk ke dalam kebun binatang, Chaewon selalu dengan antusias menanyakan dan menebak nama binatang dalam kandang yang mereka lewati.
Chaewon berkata bahwa ia pernah melihat binatang-binatang tersebut dalam buku bergambar.
Namun tak sedikit juga yang tentu saja salah ditebak oleh Chaewon, seperti misalnya, “Petite, kok kucing di sini besar sekali? Taringnya juga kenapa besar-besar?”
Saat itu pula, Yunseong tertawa, “Itu bukan kucing, Chaewon,” ia mengusak rambut Chaewon dengan gemas, “Iya memang satu garis keluarga, tapi yang itu namanya harimau, bukan kucing.”
Chaewon mau tidak mau hanya tertunduk malu.
“Tuan Muda!” sampai Yunseong sendiri juga jengah, karena sedari tadi ia juga tak lepas dari sapaan-sapaan tersebut.
Pergi berjalan-jalan di kota atas tanah tanpa penjagaan rupanya lumayan melelahkan.
“Chaewon, sebentar,” maka Chaewon pun menghentikan langkahnya.
“Coba pegang dulu sangkar burungnya,” pinta Yunseong, membuat Chaewon buru-buru mengambil alih sangkar dan menentengnya di tangan kiri.
Satu hal yang membuat mata Chaewon membelalak terkejut, Yunseong menggandeng tangan kanannya yang terkulai bebas.
“Ikuti aku, kalau capek, bilang, biar kugendong.”
—sparkle—
“Boleh, tentu saja boleh, Tuan Muda,” orang berseragam itu membunguk, “Banyak burung Gereja liar di kebun binatang ini, jadi jika Tuan Muda mau melepas satu, tentu saja tidak apa-apa.”
Yunseong mengangguk lalu balas membungkuk sopan, “Terimakasih banyak.”
Kemudian Yunseong dengan terburu-buru berlari menghampiri Chaewon, “Chaewon, coba pegang burung Gerejanya, keluarkan dari sangkar.”
Chaewon menurut, ia menurunkan sangkar ke tanah, dan membuka pintu sangkar hingga mampu memuat kedua tangannya.
Ia menangkap burung Gereja dalam sangkar dan mengeluarkannya, kini burung tersebut berada dalam genggaman tangan hangat Chaewon.
“Kenapa harus dikeluarkan?” tanyanya kemudian sembari menatap bingung ke arah Yunseong.
“Chaewon pernah bilang mau memulangkan burung itu, kan?”
Chaewon tersentak, ia mengingatnya, “Ah, iya.”
“Sekarang kita sudah ada di atas. Jadi pulangkan burung itu, Chaewon. Jangan biarkan dia tinggal dalam sangkar.”
“Terbanglah burung kecil. Jangan sampai jauh dari rumah lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[C] Sparkle | Yunseong, Chaewon ✔
Fanfiction[ Part of The C Universe. ] ❝ Since one day you'll disappear, I'll keep every part of you, even if it'd ended up as tragedy. ❞ ¦ Published: 09-10-19 Finished: 25-02-20 ❄ Snowflake series ©favorbitea