Yunseong melangkah terburu-buru dengan tangan yang menenteng kotak obat serta sebuah sangkar kecil.
Ia menuju ke arah rumah Chaewon yang didatanginya 3 hari yang lalu, dengan catatan meskipun baru sekali, ia ingat betul seluk-beluk jalan menuju ke sana.
Setelah berjalan cukup jauh dari gerbang hingga tangga dasar di pos penjagaan, Yunseong akhirnya sampai di depan rumah kayu sederhana yang pintunya tampak tertutup rapat.
Ia melangkah mendekat, lalu mengetuk pintu kayu di hadapannya dengan ragu-ragu.
Yunseong takut si gadis akan merasa kesal karena ia terlambat datang kembali.
Dan Yunseong sedikit panik karena pintu yang ia ketuk sedari tadi tak kunjung dibuka.
Ia mulai berspekulasi, mungkin Chaewon sedang tak di rumah, atau Chaewon kesal hingga enggan membukakan pintu rumahnya.
Yunseong pun menyerah, kotak obat dan sangkar kecil yang ditentengnya pun diletakkan bersebelahan di depan pintu rumah Chaewon, dan ia berbalik, bersiap melangkah pergi.
“Petite?”
—sparkle—
Secepat kilat Yunseong berbalik, dilihatnya Chaewon berdiri dengan keranjang kayu berisi beberapa barang di tangan kanannya.
Ada kapas yang ditempel dengan plester luka berwarna coklat di pipi kanan gadis itu, luka lebamnya sekarang tertutupi.
Wajah Chaewon selalu terlihat polos itu mengundang rasa bersalah pada hati Yunseong.
“Petite datang lagi? Ayo masuk! Maaf ya, pasti nunggu lama tadi,” gadis itu segera merangsek maju dan membuka kunci pintu rumahnya sebelum mempersilahkan Yunseong sebagai tamu untuk masuk ke dalam.
“Dari mana?” tanya Yunseong.
Chaewon meletakkan keranjangnya di meja, “Dari toko, tepung dan susu di rumah habis. Aku keluar diam-diam biar nggak ketahuan sama Mama,” telunjuknya membentuk gestur menunjuk ke arah berlawanan dari arah Yunseong datang.
“Oh ya? Dasar anak bandel,” ejek Yunseong kemudian, membuat tawa renyah Chaewon mengudara.
“Aku bawa obat untuk burungnya, sama sangkar kecil. Sangkarnya di depan pintu, kutinggal di luar,” Yunseong meletakkan kotak obat di samping keranjang Chaewon, “Di dalam situ juga ada obat buat kamu dan Mamamu, kalau ada apa-apa, buat jaga-jaga intinya.”
Mata Chaewon mengerjap kecil, “Wah, makasih! Kamu beneran nggak bohong ternyata,” ucapnya riang, “Tapi kamu nggak harus beli obat buat aku, udah sembuh kok. Ini ditutupin aja, biar nggak kelihatan warna lebamnya.”
“Maaf.”
Chaewon menatap Yunseong yang tertunduk, ia bingung, “Kenapa minta maaf?”
“Harusnya aku datang lebih awal, supaya lukamu sembuh dengan bantuan sedikit obat. Kalau begini kan namanya terlambat.”
Chaewon mengibaskan tangannya, lalu terenyum simpul, “Kata Mama, terlambat tidak apa-apa, lebih bagus dari bohong atau ingkar janji.”
Yunseong terdiam, benar-benar habis pikirnya menghadapi gadis yang besar di kota bawah tanah ini.
Ah, orangtua Chaewon pasti orang polos yang sangat menjaga permatanya ini. Tak seperti orang kota bawah tanah pada umumnya, sehingga tak heran pula jika Chaewon besar dengan pemikiran polos sedemikian banyak.
“Astaga, maaf, jadi lupa,” Chaewon menepuk kecil dahinya, “Kamu suka kue kering?”
Yunseong tidak tau harus menyahut apa, karena kue kering adalah camilan sederhana yang bisa dengan mudah ia dapatkan di kota atas tanah sana, sehingga anak itu menyahut perlahan, “Ya, lumayan.”
Chaewon bangkit dari duduknya dengan terburu-buru, “Sebentar ya, tunggu di sini dulu.”
—sparkle—
Selang beberapa menit kemudian, Chaewon kembali dengan nampan berisi sepiring penuh kue kering dan dua gelas susu hangat.
“Mama mau menyuguhkan kue dan membawakan beberapa untuk buah tangan dan tanda terimakasih, tapi Petite tempo hari sudah keburu pulang,” ucap Chaewon.
“Ayo, dimakan, aku bantu Mama buat loh,” tambahnya sembari menurunkan sepiring kue keringnya dari nampan.
Yunseong meraih kue keringnya dengan kikuk, lalu menggigitnya perlahan hingga matanya membulat alami, “Enak, boleh kubawa pulang beberapa?”
Chaewon mengangguk senang, “Boleh!” ia kemudian menurunkan susu hangat dari nampannya, “Di minum kalau haus.”
Yunseong menatap lekat susu berwarna putih di hadapannya, “Rasa vanilla?”
Chaewon mengerjap, “Kalau kata tulisan bungkusnya sih, begitu. Tapi setahuku, ya susu putih hehe.”
Seperti biasa, polos sekali.
“Chaewon, maaf, kamu jadi repot-repot.”
Chaewon menggeleng, “Nggak bikin repot, kok.”
“Anggap saja sebagai tanda selamat datang untuk teman baru. Jadi, selamat datang, Petite, teman baru Chaewon!”
Sialan, berhenti bertingkah mengemaskan!

KAMU SEDANG MEMBACA
[C] Sparkle | Yunseong, Chaewon ✔
Fanfic[ Part of The C Universe. ] ❝ Since one day you'll disappear, I'll keep every part of you, even if it'd ended up as tragedy. ❞ ¦ Published: 09-10-19 Finished: 25-02-20 ❄ Snowflake series ©favorbitea