“Hyung kau yakin dengan ini?”
Wonwoo tidak menghiraukan pertanyaan itu dan lebih memilih melangkah memasuki rumah di depannya sambil menarik tangan Minseo. Tapi tampaknya karena sudah terlalu akrab dengan Mingyu di dalam mobil jadi kecil itu lebih memilih berjalan bersama pria tan itu daripada ayahnya sendiri. Wonwoo tampaknya tidak mempermasalahkan itu selama Mingyu bukan oknum penculik apalagi psikopat yang terobsesi dengan anak kecil–Mingyu juga tampaknya menyukai anak kecil dan muda akrab dengan anaknya yang terbilang sulit bersosialisasi. Mungkin setelah ini jika Myungjoon mengirimnya ke luar kota untuk dinas Wonwoo bisa meminta Mingyu menjaga anaknya saat jam kerja pengasuh Choi selesai. Mungkin juga nanti ia tidak perlu lagi mempekerjakan wanita tua itu saat Wonwoo berhasil menemukan ibu baru untuk Minseo. Mungkin juga Minseo akan tinggal bersama ayah kandungnya.
“Hyung bisakah kau pelan?” Mingyu kembali bertanya–kali ini sambil menggendong Minseo yang tampaknya nyaman bersamanya. Wonwoo hanya berharap Minseo tidak akan tertarik memiliki sugar daddy saat besar nanti dan Mingyu juga tidak tertarik menjadi pedofil.
“Aku ingin segera menyelesaikannya,” ucap Wonwoo.
“Tidak sabar untuk kencan lainnya dengan Yuna ya?” tebak Mingyu. “Minseo tahu tidak kalau Appa-mu mau mencarikan Eomma baru untukmu?”
Minseo mendongkak menatap Wonwoo. “Benarkah itu Appa?”
Bukannya menjawab pertanyaan sang anak–Wonwoo memukul punggung Mingyu hingga pemiliknya meringis dan gadis di gendongannya sedikit terkejut dengan pergerakan tubuh Mingyu ke depan. Mata rubahnya menatap tajam Mingyu. “Jangan bicara macam-macam pada anakku. Lagipula aku tidak yakin hubunganku dengan Yuna akan menjadi serius setelah ini. Jadi jangan mengatakan yang tidak-tidak kau Kim!”
“Memangnya kau tidak berniat membuat keluarga kecil yang utuh untuk Minseo?” tanya Mingyu.
“Begini yah biar aku katakan kepadamu agar kau bisa menutup mulutmu,” ucap Wonwoo tajam. “Pertama kau sudah tahu latar belakang pernikahanku dan alasan mengapa kita ada di sini saat ini. Kedua aku tidak tertarik pada wanita.”
Mingyu segera mengeratkan tubuh kecil Minseo pada dadanya dan menutup telinga kecilnya dengan tangannya yang besar. “Ya ampun Hyung jaga ucapanmu. Di sini ada anak di bawah umur.”
“Memangnya dia tahu apa soal tidak tertarik—”
Wonwoo tidak melanjutkan kalimatnya lantaran terlalu terkejut ketika pintu di depan mereka terbuka–ah ini salah Mingyu karena mengajaknya mengobrol hingga ia lupa untuk memencet bel rumah di depannya. Tampaknya Mingyu sama terkejutnya dengan kehadiran wanita itu tapi berbeda halnya dengan Minseo–anak itu malah bersorak riang saat wanita itu menyunggingkan senyumnya. “Seunghee Imo!” serunya sambil turun dari gendongan Mingyu dan memeluk kaki jenjang wanita itu. “Minseo merindukan Imo.”
Wanita itu segera mengangkat tubuh kecil Minseo dan menghujaminya dengan ciuman. “Kemana saja aku ini hm? Imo juga merindukanmu–kebetulan sekali ya kita bertemu di sini. Wonwoo mengapa kau ribut-ribut di depan pintu? Ayo masuk dan oh–siapa pria tampan yang bersama denganmu itu?”
“Dia teman kantorku,” ucap Wonwoo. “Noona sendiri apa yang kau lakukan di sini?”
“Mengunjungi Eomma tentu saja–astaga rasanya sudah lama sekali yang kita tidak bertemu,” wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Wonwoo kau masih saja kaku seperti dulu–kau pria tampan siapa namamu?”
Mingyu yang memang sedari tadi menyadari dirinya yang di sebut tampan menarik sudut bibirnya hingga senyuman menawan itu terlihat. “Kim Mingyu dan kau bisa memanggilku Mingyu.”
“Mingyu? Ah nama yang bagus. Namaku Oh–maksudku Lee–Seunghee kakak ipar Wonwoo. Senang berkenalan denganmu tampan,” ucapnya. “Ayo kalian semua masuk–sayang sekali makan malamnya sudah selesai. Tapi masih ada sisa makanan di dapur kalau-kalau kalian masih lapar. Wonwoo biasanya kau kan berkunjung kalau tidak ada makanan. Bukan bermaksud menghina ya–maksudku itu wajar. Kau telah melewati masa-masa sulit dalam hidupmu dan kau masih bisa bertahan–aku bangga sekaligus berterima kasih padamu tentang masalah yang lalu Wonwoo. Jika bukan tanpamu Minseo mungkin tidak akan seperti sekarang dan—”
“Wonwoo astaga–mengapa kau tidak mengabari Eomma dulu jika kau mau datang?” pertanyaan itu datang dari wanita paruh baya yang baru saja dari dapur. “Oh lihatlah Minseo sudah besar sekarang dan Wonwoo siapa pria tampan yang bersamamu itu?”
Mingyu nyengir ketika sudah dua kali di katakan tampan oleh penghuni rumah itu. Memang sih pada dasarnya ia memang terlahir dengan wajah sempurna ukuran Tuhan tapi rasanya lain saat dirinya berdiri di samping Wonwoo pasalnya dalam perjalanan menuju rumah Wonwoo untuk menjemput putri pria itu Mingyu bertanya pada Wonwoo apakah ia sudah terlihat tampan sambil terus berkaca pada kaca spion depan dan pria di depan kemudi itu menjawab tidak dengan nada dingin. Alhasil Mingyu mengabaikan pria itu dan fokus bercanda tawa dengan Minseo yang duduk di kursi belakang.
“Eomma dia Mingyu teman kantor Wonwoo,” ucap Seunghee.
“Noona bisakah kau bawa Minseo bermain di belakang?” tanya Wonwoo pelan. “Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Eomma.”
Seunghee yang mengerti langsung mengangguk dan berjalan meninggalkan kedua pria itu dengan Minseo di dalam gendongannya.
“Wonwoo sepertinya ada hal penting yang membawamu ke sini bukan?” Nyonya Oh yang kelewat peka bertanya setelah sosok putri sulungnya menghilang dari pandangannya. “Ayo kita bicarakan ini di ruang tengah.”
Maka mereka mengikuti langkah Nyonya Oh ke ruangan besar dengan aksen putih dan sedikit bunga-bunga berwarna lembut pada beberapa perabotannya. Wonwoo segera mendudukkan diri di sofa berlengan dan menyuruh Mingyu untuk duduk di sampingnya. Setelah merasa keadaan kondusif Wonwoo membuka suara sambil mengeluarkan buku harian berwarna merah muda. “Hayoung menghubungiku akhir-akhir ini lewat buku hariannya. Entah mengapa halaman terakhir buku itu selalu terdapat tinta baru dan aku yakin itu tulis Hayoung.”
Nyonya Oh membuka buku itu dan memperhatikan halaman yang tercetak nama Kim Myungjoon dengan jelas. Lalu matanya mendongkak menatap Wonwoo setelah mencerna apa yang terjadi, “Hayoung memintamu mencari ayah kandung Minseo ya?” tanyanya. “Aku mengerti mengapa ia meminta hal itu padamu karena tanpa kau tahu Wonwoo selama ini dia selalu menangis di hadapanku dan mengatakan bahwa dia sudah sangat membebani hidupmu. Pernikahan kalian sepenuhnya adalah keinginanku agar anak di dalam kandungannya tidak perlu menanggung malu karena tidak memiliki ayah dan juga inisiatif ibumu–dia membalas budi keluargaku dengan membantuku menutupi kehamilan di luar nikah Hayoung.”
“Jadi memang sejak awal aku hanya di jadikan alat oleh kalian?” tanya Wonwoo dingin. “Kalian benar-benar tidak terduga ya?”
“Kau boleh marah kepadaku Wonwoo tapi jangan membenci Hayoung karena dia tidak terlibat dalam kasus ini–aku yang memaksanya untuk menikah denganmu padahal anak itu sudah bersikeras mau membesarkan anaknya seorang diri,” Nyonya Oh menatap Wonwoo–mempertahikan air mukanya. “Sebagai seorang ibu aku tidak akan tega membiarkan anakku menjalani hidup seperti itu dan di sisi lain insting seorang ibuku tidak akan tega menyuruh Hayoung mengugurkan kandungan. Aku pikir menikah adalah satu-satunya jalan terbaik dan aku mempercayaimu Wonwoo–kau orang yang baik. Kau bahkan masih menerima Hayoung saat tahu dia tidak sedang mengandung anakmu.”
“Kau–kau tahu?” tanya Wonwoo yang nyaris tidak percaya.
“Aku tahu kau telah menyadari bahwa Hayoung sedang mengandung benih orang lain karena Hayoung mengatakan bahwa kau tidak pernah mau menyentuhnya dan betapa terkejut aku saat Hayoung mengatakan bahwa kau sudah mengetahui kehamilannya di hari pertama kalian bertemu,” Nyonya Oh menatap Wonwoo dalam. “Tapi kau tidak membatalkan perjodohan itu–kau menerimanya dan menanggung beban itu. Aku berhutang budi padamu Wonwoo.”
“Jika begitu,” Wonwoo mengumpulkan semua keberaniannya. “Beritahu aku siapa ayah dari anak itu?”
Nyonya Oh tersenyum miris. “Sayangnya hingga akhir hidupnya Hayoung tidak pernah mengatakan siapa pria itu padaku.”
.
.
.
.
.
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Unexpected | Meanie
Fanfic[Completed] Kim Mingyu ingin tahu apa yang salah pada dirinya. Mengapa ia harus begitu peduli pada yang bukan urusannya? ⛔ Not suitable for those under 18, please take a caution Notes : FR031119 ©2019 Written by peach_cha