Pengakuan Aneh

15 1 0
                                    

Tak terasa hari sudah siang saja, rasanya baru tadi ia bangun dari tidur. Setelah sampai, ia pun turun. Namun, di depan rumahnya ada seorang gadis kecil seumuran dengan Zia sedang berdiri di depan pintu.

Zidan pun mendekatinya, saat sudah dekat, sang gadis pun menoleh dan tersenyum.

"A Zidan."

"Loh-loh, kamu sampe ke sini kok gak bilang-bilang."

Gadis itu tersenyum. "Udah bilang sama, Om. Jadi aku teh langsung on the way, aja."

"Yaudah, ayo masuk." Zidan membawakan tasnya.

Sementara gadis itu, hanya mengikuti Zidan dari belakang. Sesampainya di dalam Zidan pun mengambilkan air minum, tak lupa ia pun mencari orang rumah. Karena saat ini, rumahnya sangat kosong.

"Kayaknya Zia pergi ama si Ayah." Zidan ikut duduk di samping si gadis.

"Kalau tante?"

"Tidur mungkin."

"Kok gak ikut sama Zia dan om."

Seketika Zidan menyunggingkan senyumnya. "Deva, Deva, cita-cita kamu dari dulu jadi pengacara, ya?" canda Zidan.

"Enggak, atuh, A. Biasa, Deva mah da sok kepoan, hehehe. Ini mah beneran, A. Kenapa atuh si tante gak ikut?"

Zidan terdiam sebentar, lalu melihat ke seluruh arah. Ia pun menghela napas kecil untuk bercerita.

"Jadi, gini ... beberapa bulan ini, ibu tuh gak pernah keluar rumah." Mendengar itu Deva membolakan matanya.

"Kenapa atuh?"

"Jangan dipotong, dong. Aa juga mau cerita ke kamu." Deva mengangguk paham dengan wajahnya yang kini sangat serius mendengar lanjutan cerita dari Zidan.

"Semua itu terjadi setelah kami pulang liburan. Jadi, tepatnya 5 bulan yang lalu ... aku, Zia dan ayah pergi duluan ke puncak untuk nyiapin hadiah buat ibu. Hampir setengah hari kami menunggu kedatangannya yang akan menyusul, tiba-tiba kami malah dapat telpon kalau ibu gak bisa datang karena keracunan makanan yang membuatnya alergi kena panas matahari. Kami sempat mau pulang lagi, tapi, ibu melarang dan menyuruh kami berlibur tanpanya," jelas Zidan.

"Terus?"

"Ya, setelah kami kembali. Ibu benar-benar memiliki alergi itu, jadi ia tak pernah keluar. Kalau belanja makanan aja sama aa atau ayah. Aa juga pernah nguji kebenarannya dengan membuat ibu khawatir sampe keluar rumah dan aa sangat menyesali itu. Alergi ibu sangat parah sampai bertahan satu minggu baru reda."

"Tadinya aku mau nemuin tante, tapi nanti aja, deh. Kalau lagi tidur, mah, kasian," cengir Deva.

Deva sangat tak sabar menunggu Zia pulang, ia sangat merindukan saudaranya yang bisa ditemui tiap liburan semester saja. Untungnya, di sekolah Deva ada kegiatan penting selama seminggu, jadi ia diliburkan dan memutuskan untuk berlibur ke rumah Zia.

Zidan yang melihat Deva cengar-cengir sendiri, langsung menegurnya. "Ada apa?" Zidan mengerutkan keningnya.

"Gak sabar ketemu, Zia." Cengiran Deva masih terpampang di wajahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PojoKamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang