"Ada apa kau mencari aku? Apa aku mengenalmu anak muda? ",
Sesungguhnya aku masih menatapi wajah itu, aku tak mendengar ia berbicara apa. Namun aku terus menangis. Di depan pagar dan menangis. Semakin kencang.
" Kenapa mau menangis. Ia semakin menghampiri aku", luluh.
Tak sanggup lagi aku berkata-kata, "ibu tolong buka pagar ini aku rindu ibu", gigiku merintih. Seketika ibuku membukakan pintu pagar. Sebelum ia mengatakan, " Arsyad! ",
Aku langsung memeluk ibuku. Bertekuk lutut dan meluapkan tangisanku pada ibuku. Tak sepatah katapun aku bisa katakan saat itu. Ibuku menangis. Remaja perempuan itu terharu.
" Kamu kemana saja nak, ibu juga rindu padamu. ",
" Banyak yang aku alami, bu. Aku minta maaf atas semua kesalahanku. ", tak ingin melepaskan pelukan ini.
Ibuku menarikku keatas. Melihat wajahku dengan terharu. " Semuanya bukan salahmu nak, dan Kau sudah tumbuh besar sekarang,", ia mengusap air mataku.
"Ayo kita masuk, ibu baru saja memasak. Ayo kita makan sama-sama,", ajak ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE JAKSTEEL
General FictionSetelah insiden yang hampir menewaskan dirinya. Ia kembali kepada orang tuanya. Dan sekali lagi ia harus mempertaruhkan dirinya. Karna ia yakin hanya ia yang berani menumpaskan pelaku kriminal di kota ini.