Ibu tengah menonton televisi dengan memegang toples makanan ringan. Tanpa sadar hampir ia habiskan makanan disitu. Aku menutup matanya dengan kedua tanganku.
"Aku yakin, aku telah bersalah karna menghabiskan makanan ini. ", kata ibu tersenyum. Setelah membuka matanya kami tertawa bersama. Aku melompat dari belakang untuk duduk ke sofa itu.
" Ibu sedang apa? ",
" Ini, sinetron yang biasa ibu tonton belum mulai, chanelnya masih menayangkan berita.",
"Berita apa bu? ",
" Entahlah, sepertinya pembunuhan lagi. Akhir-akhir ini memang banyak sekali kabar pembunuhan. Aku tak mengerti apa yang terjadi.",
"Di sekitar selatan? ",
" Iya, kau tau? ",
" Aku juga menontonnya di televisi. Saat di kafe tadi. Aneh sekali bu. Harusnya itu jadi perhatian untuk para pelaku keamanan. Polisi mungkin",
"Ya mungkin. Tapi aku tak ingin sama sekali terlibat dalam dunia kriminal, polisi atau semacamnya", ujar ibu.
Ucapan itu membuatku menunduk. Sedikit merenung. Lalu perlahan berdiri dari sofa. " Mau kemana nak? Tak mau temani ibu? ",
Aku tersenyum. " Tidak bu. Aku agak lelah hari ini",
"Baiklah, istirahatlah nak. Belajar bersama ayah memang melelahkan.",
KAMU SEDANG MEMBACA
THE JAKSTEEL
General FictionSetelah insiden yang hampir menewaskan dirinya. Ia kembali kepada orang tuanya. Dan sekali lagi ia harus mempertaruhkan dirinya. Karna ia yakin hanya ia yang berani menumpaskan pelaku kriminal di kota ini.