Ayah memanggilku dan ia bermaksud membelikan aku mobil sebagai hadiah untukku. Namun aku menolak. Aku saja baru kembali di kota ini. Aku tak tau aku mau kemana dan untuk apa, lagi pula aku juga tak bisa menyetir.
Keesokan harinya. Ayah bertanya padaku, "tak mau kemana-mana nak? ",
" Aku pikir aku masih ingin di rumah ini saja Ayah.",
"Baiklah, mau lihat ruang kerja Ayah? ",
Ayah mengajakku ke ruangan bawah. Aku baru tau ada ruangan bawah dan besar sekali. Ruangan ini penuh dengan alat-alat yang tak biasa. Lebih tepatnya laboratorium. Ayah juga punya alat-alat bantu untuk melihat langit. Tak ketinggalan komputer super canggih. Bisa di pastikan Ayah adalah seorang ilmuan.
" Selamat datang tuan, hari yang cukup cerah. Mau ku siapkan secangkir kopi? Atau yang lain? ",
Suara itu datang dari langit langit ruangan ini. Sontak membuat aku kaget. Lalu datang beberapa robot berbentuk seperti stand mic beroda yang mengikuti Ayah.
" Jangan takut nak, mereka adalah alat bantu ku. ",
Hal yang aku rasakan saat mengunjungi tempat ini adalah, Wahhh. Tak bisa berkata kata apapun beberapa menit.
" Mungkin sebuah pizza, dengan keju tambahan, ", lalu ia menghadap ku.
" Kau suka keju nak? ",
" Mungkin sedikit saja, yah",
"Baiklah tuan aku akan segera kembali. Beberapa robot itu pergi",
Beberapa menit melihat tempat ini aku masih takjub. " Ayah punya berapa robot seperti itu? ",
" Mungkin 12, yang satu tengah dalam perbaikan, dan 2 lagi dalam tahap pengerjaan. ",
" Wah Ayah sangat hebat. Ayah seorang ilmuan.",
"Kini aku adalah seorang penemu. Menawarkan beberapa formula terbaik dari temuanku pada orang lain, salah satunya tadi. Robot itu. "
"Apa mereka punya nama? ",
Ayahku mengangguk. " Tapi kau mungkin tak ingin mendengar nama-nama mereka pastinya. ",
" Mereka semua menggunakan sistim komputer yang aku beri nama, Jaksteel. Mereka cukup membantuku dalam bekerja. Untuk itu aku tak perlu repot-repot bekerja bersama orang dan berselisih paham, "
KAMU SEDANG MEMBACA
THE JAKSTEEL
General FictionSetelah insiden yang hampir menewaskan dirinya. Ia kembali kepada orang tuanya. Dan sekali lagi ia harus mempertaruhkan dirinya. Karna ia yakin hanya ia yang berani menumpaskan pelaku kriminal di kota ini.
