Saat hendak melanjutkan perjalanan, langkahku terhenti melihat sosok wanita yang sangat kukenal itu ke luar dengan terburu-buru. Aku memutar langkah dan mengikutinya."Mas Heri!"
Betapa sakitnya hatiku melihat pemandangan yang sangat amat menjijikkan itu. Wenda! Wanita yang videonya sedang berganti pakaian tempo hari, seorang janda yang tengah hamil juga ditinggal suami sedang mengecup tangan suamiku, Mas Heri.
Aku lemah, lunglai. Tenagaku hilang begitu saja. Mereka terlihat sangat akrab dan bahagia. Ternyata kontak yang bernama 'Dude' dalam gawai Mas Heri adalah Wenda. Sungguh engkau suami yang tega Mas Heri! Sampai hati kau memperlakukan aku begini, setelah apa yang kuberikan padamu.
Sesak! Sesak dadaku melihat semua ini. Tak lama setelah mereka bercengkrama. Terlihat mereka bergegas pergi. Dengan sisa tenaga yang ada kuikuti mereka dari belakang. "Itu mobil siapa?"
Mas Heri membukakan pintu untuk Wenda. Mereka terlihat sangat amat bahagia. Mobil berwarna silver itu sangat cantik, tapi punya siapa?Uang pemberian Silvi masih ada, terpaksa aku menggunakannya untuk mengikuti mereka. Kupanggil ojek yang parkir tak jauh dari tempatku berdiri. "Bang tolong ikuti mobil itu."
Kami bergerak tepat di belakang Mas Heri."Mas sampai hati kau melakukan ini padaku!" batinku memberontak, menahan perasaan yang sangat sakit ini.
"Kak ... Kak! Sudah sampai. Mobilnya masuk ke restoran itu." Suara Abang ojek membuyarkan lamunanku.
"Ini Bang. Terima kasih." Setelah membayar ongkos, aku masuk dan menguntit mereka.
Mas Heri dan Wenda duduk sembari bercanda. Tangan mereka terlihat sibuk menunjuk menu yang ada di sana. Sakit sekali. Sungguh aku tak kuat. Sampai hati Mas Heri berbuat sekejam ini. Padahal tadi pagi dia berkata tak memiliki uang, tapi sekarang! Di depan mataku dia sedang duduk berdua dengan wanita yang bukan istrinya.
Aku tak kuat. Sungguh tak kuat, dengan semua keberanian dan kenekatan yang telah terkumpul kulangkahkan kaki menuju meja mereka. Mataku membulat.
"Ibu!"
Ibu Mas Heri ikut bergabung! Drama apa yang sedang mereka lakoni? Kenapa? Kenapa aku dibela sementara di belakang ini yang sedang terjadi. Aku berinisiatif untuk duduk di dekat mereka. Berharap tidak ketahuan. Menguping setiap kata yang ke luar dari mulut mereka semua.
"Ayolah, Buk. Heri cinta sama Wenda. Kami ingin menikah. Ibu tolong bujuk ayah." Nada suara Mas Heri terdengar sangat meyakinkan.
"Apa menikah? Lalu aku? Apa yang akan dia lakukan padaku dan juga anak-anak?" Aku membantin mendengar perkataan yang menjijikan itu.
"Permisi, Mba mau pesan apa?" Seorang pelayan datang sembari menyodorkan menu padaku.
Aku gelagapan. Berusaha menenangkan diri seraya membuka dan memilih apa yang akan kupesan. "A-air hangat dengan ini saja, Mba." Aku menunjuk sebuah gambar makanan yang terbuat dari mie. Entah apa namanya. Aku tak lapar hanya saja tak mungkin tak memesan apapun.
"Oh baik. Sebentar ya, Mba," ujar pelayan itu dan berlalu.
"Ibu. Wenda mohon restui hubungan kami. Wenda janji akan mengurus Mas Heri dengan baik."
"Mengurus Mas Heri dengan baik? Selama aku menikah tak pernah sedetik pun Mas Heri terabaikan, walau aku sibuk mengurus Safa dan Zidan." Aku menggerutu, dadaku semakin sakit. Ibu masih terdiam tanpa ada satu katapun yang ke luar dari mulutnya.
"Buk ...." Mas Heri terdengar merayu ibu.
"Menantu Ibu hanya Mila, selain itu bukan menantu Ibu. Kamu wanita apa Wenda? Mila sangat baik padamu. Dia menjadi tetangga yang peduli saat kamu kesusahan. Kamu anggap apa menantuku? Kamu juga Heri! Kau anggap apa Mila? Dia mengurus anakmu dengan ikhlas dan sekarang kau ingin menikahi wanita lain? Apa kurang Mila, Heri!" Suara Ibu terdengar sangat berat, penuh amarah.
Tanpa sadar air mataku mengalir begitu mendengar kata demi kata yang ibu mertuaku ucapkan. Aku berdosa karena tadi sempat berpikir buruk padanya. Ternyata ibu mertuaku sangat mencintai dan menyayangiku.
"Halah. Mila ... Mila lagi. Heri bosan mendengar namanya Buk. Pokoknya Heri akan menikah dengan Wenda dengan atau tanpa restu kalian semua." Mas Heri membentak meja.
"Heri!" bentak Ibu.
"Ayo Wenda kita pergi dari sini. Percuma bicara kepada mereka yang sudah dirusak otaknya oleh Mila."
Aku menundukkan wajah ketakutan begitu mendengar langkah kaki Mas Heri dan Wenda. Mereka berlalu dan meninggalkan ibu yang sedang menangis. Setelah bayangan Mas Heri tak terlihat, kuberanikan diri dan menghampiri ibu.
"Buuk ...." Tangaku meraih pundak ibu.
Ibu mendongak ke atas dengan mata yang masih basah. "Mila! Nak kami di sini?"
"Iya, Buk. Mila ikuti Mas Heri dan mendengar semua pembicaraan kalian." Aku berjongkok di depan ibu seraya memegang tanganya yang sudah keriput.
"Maafkan Ibu, Mila. Harusnya Ibu tidak datang ke sini. Harusnya Ibu katakan sejak dulu padamu, Nak." Ibu menunduk malu. Terlihat di wajahnya perasaan kecewa. Aku pun sama, kecewa.
"Ini bukan salah Ibu. Ini salah Mila. Mila tidak menjadi istri yang sempurna untuk Mas Heri. Maafkan Mila, Buk."
Kami berdua menangis bersama. Kurangkul tubuh ibu yang terasa dingin. Aku tak kuat, tapi melihat ibu menangis hatiku lebih tak kuat. Harusnya aku mengejar Mas Heri, tapi tak sanggup! Aku tak sanggup meninggalkan ibu dalam keadaaan begitu.
"Buk. Zidan dirawat di rumah sakit. Mila---"
"Mila kenapa, Nak? Kamu kenapa?"
"Mila hamil, Buk."
"Ya Allah, Gusti. Apa dosa yang sudah kuperbuat." Ibu memukul dadanya.
"Buk ... Buk jangan lakukan itu." Aku memegang tangan Ibu.
"Heri tahu, Mil?"
"Tahu, Buk. Mas Heri tidak senang."
"Dia tidak senang karena terpengaruh oleh si Wenda itu. Apa yang harus Ibu lakukan, Mila? Ibu malu sama kamu."
"Ini bukan salah, Ibu. Mila janji akan menyelesaikan semua ini."
"Lalu Safa dan Zidan akan kehilangan kamu, Nak?"
Aku terdiam mendengar ucapan ibu. Benar, Safa dan Zidan bagaimana? Tapi aku tak bisa diam terlalu lama setelah apa yang Mas Heri perbuat. Aku mencintai kedua anakku, kuharap mereka akan mengerti dan tak membenciku suatu hari nanti.
"Aaaaggg!" Aku merintih kesakitan, perutku nyeri. Rasanya sangat sakit. Mataku berkunang-kunang.
"Mila! Mila!" jeritan Ibu terdengar sebelum aku menutup mata.
#bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Video di Dalam Gawai Suamiku. [PROSES TERBIT]
RomanceSeorang wanita bernama Mila Handayani memiliki suami yang sedikit kurang normal. Lelaki itu bernama Heri Soedibyo, seorang duda dengan dua anak. Istri terdahulu Heri meminta cerai karena sudah tak tahan dengan penyiksaan secara mental yang dilakukan...