Aku yakin bahwa manusia memiliki ujian hidupnya masing masing, apakah berat atau tidaknya tergantung dirinya sendiri.Aku memang manusia biasa yang tengah berusaha menjadikan diri ini lebih baik lagi.
Meski terkadang diri ini tidak bisa menerima kenyataan terhadap cobaan yang tengah kuhadapi.
Namun, aku menyadari bahwa allah tidaklah membebani ujian hambanya diluar kemampuannya.Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sudah 2 tahun lamanya dari semenjak kematian bayiku. Aku kini sadar bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan. Aku yakin suatu saat nanti bila masanya tiba, keluargaku akan dikaruniai seorang anak.
Saat ini aku tengah berada dirumah sakit tempat kakakku roshan bekerja. Kalian pasti bingungkan kenapa aku ada disini? Ya, aku disini bekerja membantu tenaga medis di bagian anak anak(day care). Mungkin, kalian bingung juga kan kenapa aku tiba tiba bekerja diranah medis, sedangkan dulu aku kuliah ambil jurusan seni? Aku juga sih awalnya hanya bilang ingin bermain bersama anak anak, dan ternyata bibi nya bang Arshad ternyata seorang pemilik rumah sakit ini. Gak nyangka kan?
Oleh sebab itu, aku sering menghabiskan waktuku bermain dan belajar bersama anak anak.
***
" Dek, handphone nya bunyi tuh"
" Iya bentar, adek terlanjur hampir selesai menyiapkan makan siang"
" Dek? Kita ke rumah sakit sekarang!"
" Eh kenapa memangnya, bang? Ada apa?"
" Ini, papa mu saat ini ada di rumah sakit tempat kakakmu dinas" Ujar bang Arshad.
Aku segera saja pergi meninggalkan dapur untuk segera berbenah, rasanya dari tadi aku memang merasa perasaan ku tidak enak, ternyata memang ada sesuatu yang terjadi.
Aku merasa bersyukur bisa menerima kabar papa meski kabar buruk yang kudengar. Aku merasa sangat bersalah padanya aku juga rindu padanya.
Setelah menghabiskan beberapa menit, aku hanya bisa berdiam diri di depan pintu papa. Rasanya aku masih merasa berat, namun sebuah tangan menggenggam tanganku seakan memberiku kekuatan.
Langsung saja aku segera mendorong pintu dan masuk kedalam, melihat keadaan papa yang saat ini masih terpejam. Ku coba mendekati sisi yang tersedia kursi kosong. Aku merasakan sedih dan rindu, ku genggam erat tangan papa.
Merasakan hangatnya tangan seorang papa yang begitu ku rindukan. Genggaman nya begitu besar dan terasa seakan memberiku kekuatan.
" Ara "
"Papa" Ujarku saat kudengar suara lirih dari samping
" Papa minta maaf sama kamu, nak"
" Ara juga minta maaf sama papa"
" Kamu bahagia sekarang, nak?"
" Iya, pa. Ara bahagia"
"Syukurlah, papa maaf sudah mengganggu rumah tangga kamu. Papa juga ingin meminta maaf sama suami kamu"
" Papa istirahat dulu, nanti kita ngobrol lagi ya pa"
" Papa masih kangen sama kamu, nak"
" Ara juga kangen papa" Jawabku lirih, kenapa kepalaku terasa pusing.
" Kamu kenapa nak? Wajahmu terlihat pucat" Ujar papa cemas.
" Papa istirahat dulu aja ya, Ara mau keluar sebentar"
Saat kulangkahkan kakiku keluar, tiba tiba semuanya terlihat gelap dan terasa hampa.
Aku tak tahu apa yang sedang terjadi, namun saat ku membuka mata, aku melihat ada Bang Arshad yang kini tersenyum bahagia dan aku merasa ada orang lain diruangan ini. Dan tentu saja, semuanya ada disini." Selamat ya kak, kakak akan menjadi seorang ibu dari keponakan keponakanku" Ujar Maryam tiba tiba, membuatku heran.
Keponakan-keponakan?
Apakah?
" Bayinya kembar dek" Ujar bang Arshad seakan tahu apa yang saat ini kupikirkan.
Rasa syukur dan senang kini ku rasakan, betapa bahagiany aku mendengar hal tersebut. Memang semua butuh perjalanan berat untuk mencapai kebahagiaan.
***
Assalamu'alaikum, sahabat
Akhirnya sudah tamat juga, maaf ya atas keterlabatan update dan juga untuk alur cerita yang masih berantakan, begitu juga masih ada typo yang bertebaran dimana mana.
Terimakasih sudah vote, baca, maupun komennya.
Wassalam
☺☺☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata Yang Tersembunyi✅[ Belum Revisi ]
SpiritualQalbie khoirunnisa Apakah ini takdirku? Yang harus menerima pernikahan yang hanya sebatas pekerjaan? Mungkin dengan seiring berjalan nya waktu aku mulai terbiasa dengan pernikahan ini. Tapi, aku jga seorang wanita yg menginginkan sebuah pernikahan...