Suara hujan bercampur dengan aroma kopi disore hari. Sambil mengingat kembali tentang apa yang harusnya untuk tetap dikenang. Tapi perasaan sakit pasti akan terus bersarang.
Gue ambil jam kecil yang ada dimeja, melepas batu baterai dan waktu yang menunjukan pukul lima pun berhenti. Dada yang terasa sesak, terus berteriak mengatakan sesuatu.
Gue harap, gue siap nerima kenyataan bahwa gue bakal terus rinduin lo.
Setelah keluar dari sekolah dengan cara bolos dan bawa tas Jeyhan, gue langsung kerumahnya. Tapi ternyata hujan malah turun pelan-pelan, kemudian jadi deras. Berkali-kali gue ngechat dan nelfon dia, tapi ga diangkat ataupun dibales.
Ketika sampai didepan rumahnya, pintunya terbuka, tapi gerbangnya tutup. Dengan pelan gue buka gerbang dan melangkah kedepan pintunya. Mendapati sosok Jeyhan yang sedang duduk disofa dengan menutup wajahnya menggunakan tangan.
Saat itu, hujan menjawab semuanya.
Keadaan ruang tamu yang berantakan, buat gue jadi diam. Jeyhan melihat kearah gue. Matanya yang sembab dan mukanya yang merah.
“Ngapain lo?”
Saat itu juga, untuk pertama kalinya gue ngeliat sisi Jeyhan yang berbeda.
“Gue kesini karna khawatir sama lo...” jawab gue agak takut dan gugup sambil pegang erat tas Jeyhan yang berwarna hitam.
Jeyhan berdiri, berjalan kearah gue dan narik gue buat masuk. Dia nutup pintu, nyuruh gue duduk disofa.
“Udah tau hujan, kenapa malah kesini? Basah kan baju lo,” kata Jeyhan sambil nunjuk baju gue yang basah karna hujan tadi.
“Hujannya pas tadi gue lagi dijalan tau,” jawab gue ngotot dan naro tas Jeyhan disofa.
“Ayo pulang, gue anter.”Jeyhan ngulurin tangan kanannya, sedangkan gue cuma diem sambil natap wajahnya. Tapi kemudian gue nolak dan langsung ngalihin perhatian gue kearah lain.
“Lo kenapa?” tanya gue dengan hati-hati.
Jeyhan duduk disamping gue. Hening.”Sebenernya... gue punya adik.”
Gue noleh, langsung tertarik dengan ceritanya dan siap buat ngedengerin semuanya. Semua tentang Jeyhan yang ga semua orang tahu.
“Alesan gue ga mau buka hati buat siapapun karna dia. Karna adik gue.”
Gue bisa ngedenger isak tangis Jeyhan didalam hatinya, tapi dia pura-pura kuat. Berusaha ngeyakinin dirinya sendiri kalo semuanya baik-baik aja. Padahal itu salah, Jeyhan.
“Adik gue kecelakaan waktu umur enam tahun karna ego dan gengsi orang tua gue. Gue ga ngerti tentang medis atau apalah itu, tapi sejak itu... adik gue gila. Punya trauma juga dan harus dibawa ke rumah sakit, sendirian, tanpa ada orang tua nya yang harusnya tenangin dia...”
Gue ngerangkul pundak Jeyhan, megang tangannya yang benar-benar gemetar. “Lo kuat cerita?”
Jeyhan tersenyum sambil ngangguk dan noleh kearah gue. “Elo orang yang gue percaya selama lima belas tahun terakhir.”
Gue diem, menghela napas panjang dan kembali mendengarkan ceritanya.
"Dan hari ini, adik gue bunuh diri."
punten
![](https://img.wattpad.com/cover/202362602-288-k196816.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes Closed (JB - Seulgi) ✔
Teen Fiction[TAMAT] Diharap follow sebelum membaca, ya! Yang gue pengen cuma mau buka lembaran baru, tapi kenapa malah banyak masalah?! "Ternyata lo sama aja kaya yang lain. Cuma cara lo yang beda buat nyakitin gue." - Selly Giezella