NJH 3

102 32 7
                                    

[This FF does not mean to bring down any party. If there are similarities in names, places, etc, it is an accident.]

---

"Um- hai?"

Niall sontak menengok ketika sapaan bersamaan dengan sentuhan di pundaknya. Seorang perempuan dengan rambut cokelat yang terikat asal serta mengenakan almamater yang sama dengannya berdiri di belakangnya dengan kaku. Niall menyerngit ketika ia merasa sering melihat akan tetapi tak pernah tahu-menahu tentang perempuan ini.

"Ya?" sahut Niall.

Perempuan itu mengedarkan pandangan sejenak sebelum kemudian menatap Niall kembali. "Apa kau melihat Felix?"

"Dia sedang mengatur di bagian terdepan," jawab Niall. Perempuan itu memanggut, namun seperti ingin ada yang ia sampaikan. "Apa kau memiliki kepentingan yang mendesak dengannya?" tanya Niall memastikan.

Perempuan itu menggeleng, namun mengangguk, nyatanya ia pun bingung. Akhirnya ia menghela napas. "Aku hanya ingin meminta sedikit bantuan padanya," terangnya.

"Bantuan apa?" tanya Niall. "Oh, tapi jika itu privasi, kau tak harus mengatakannya," sambungnya disertai senyuman tipis.

"Jelas ini bukan privasi," tandas perempuan itu. "Aku hanya ingin meminta bantuannya untuk membagikan makanan-makanan itu," jelasnya sambil menunjuk tumpukan nasi kotak yang telah tertata rapi di dalam keresek merah yang berada di seberang jalan.

"What if i help you?" tawar Niall.

Perempuan itu mengangguk antusias dengan sepasang mata yang berbinar. "Sure, i'll apreciated it. Thank you...?"

"Niall. Niall Horan," tutur Niall sembari mengulurkan tangannya.

Perempuan itu menjabat tangan Niall dengan senang hati. "Thank you, Niall. I'm Shiny. Shiny George."

"Okay, Niall, lets go," kata Shiny.

Niall tersenyum dan mengangguk. Keduanya menyeberang jalan dengan beriringan.

"Berapa jumlahnya?" tanya Niall. "Kurasa itu sama sekali tak sedikit."

"Yeah, hanya tiga ribu."

"What?!" pekik Niall membuat Shiny sedikit terlonjak. "Hanya katamu? Itu sangat banyak, kau tahu," sambung Niall yang sudah menormalkan nada suaranya kembali.

"Yeah, aku tahu." Sejujurnya Shiny pun tak tahu harus merespon bagaimana lagi.

"Kau membuatnya sendiri?" tanya Niall. "Atau memesan?"

"Well, aku memiliki usaha bisnis katering bersama bibiku. So, kupikir tak ada salahnya membantu kalian dengan makanan ini," ujar Shiny.

"Katakan pada bibimu, setelah ini kami akan mempromosikan bisnis kateringnya," kelakar Niall.

"Kau lucu, Horan," ucap Shiny sarkastis.

"Hey, aku serius," cetus Niall tak terima.

Shiny tergelak singkat. "Baiklah, baiklah. Terimakasih, Tuan."

"Kau juga dari fakultas politik?" tanya Niall berbasa-basi, padahal itu sudah jelas dari almamater fakultas Ilmu Politik yang dikenakan Shiny.

"Yep. Hanya saja aku juniormu," jawab Shiny dengan kekehan manis. Niall hanya merespon mengangguk karena kini mereka mulai membagikan sekotak demi sekotak makanan kepada mahasiswa yang ada di sana.

4:00 PM.

Felix menepuk tangan beberapa kali bermaksud memberi komando kepada para aktivis untuk berkumpul. Sesekali ia menggunakan alat pengeras suara yang dibawanya sejak pagi tadi.

"Semuanya baik-baik saja?" tanya Niall ketika telah berada di dekat Felix.

Felix mengacungkan ibu jarinya. "Aman." Niall hanya mengangguk.

Felix mulai menarik seluruh perhatian ke arahnya. "Baiklah, karena hari sudah hampir gelap, tadi aku dan beberapa lainnya telah berdiskusi dengan anggota kepolisian, bahwa lebih baik aksi demontrasi hari ini berhenti sampai di sini, dan lanjutkan esok hari, bahkan sampai aspirasi kita semua didengar dan direspon. Tunggu dulu, kita tidak menyerah, kita hanya harus menyimpan tenaga untuk esok hari."

Seluruh mahasiswa sontak bersorak setuju. Termasuk Shiny yang berdiri di sebelah Niall, tetapi ketika ia melihat Niall tak merespon apa pun, ia pun menghentikan sorakannya.

Setelahnya, Felix pun memberi arahan untuk kembali ke rumah masing-masing dengan terus menjaga ketertiban dan kebersihan.

Namun, saat baru beberapa detik para aktivis tersebut membubarkan diri, terdengar suara ricuh dari arah gedung dewan pemerintah. Seluruh aktivis sontak menaruh perhatian pada lokasi tersebut.

Niall membelalakkan matanya. "Apa-apaaan ini?" bingungnya sambil mengeram.

---

kangen 1d.

AspirationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang