[This FF does not mean to bring down any party. If there are similarities in names, places, etc, it is an accident.]
---
5:37 PM.
Biasanya, tempat ini hanya akan menampakkan pejalan kaki dan kendaraan yang berlalu-lalang sebagai pemandangan di setiap pasang mata yang menyaksikan. Biasanya, hanya suara mesin dan kicauan burung kecil yang mengisi di setiap indera pendengar makhluk hidup. Biasanya, semuanya baik-baik saja, semuanya berjalan sebagaimana seharusnya. Damai, tenteram, tenang.
Sayangnya, hal itu tidak Bryan lihat untuk sore ini. Tidak ada satu pun kendaraan yang lewat di sini selain ambulans. Bukan lagi suara burung kecil yang berkicau, melainkan suara lemparan dan ledakan yang bisa saja menulikan telinga. Semua yang terpampang di depan mata Bryan tidak layak untuk disebut damai, tenteram, apa lagi tenang.
Semua terlihat kacau. Batu, kertas, dan banyak lagi sampah yang berceceran di sepanjang jalan. Asap gelap yang terbang di udara membuat siapa pun bisa saja kesulitan bernafas. Udara benar-benar tercemar karena keadaan saat ini.
Bryan melihat kerumunan dari jarak sekitar enam ratus meter dari tempatnya berdiri. Maka dengan cepat dia melangkahkan kakinya menuju kerumunan-yang-ia-tak-tahu-untuk-apa. Tubuhnya menerobos paksa beberapa orang di depannya yang masih menutupi pandangannya untuk dapat mengetahui apa yang tengah mereka saksikan.
Walaupun mendapat sedikit makian dari beberapa orang, akhirnya Bryan berhasil menjangkau barisan terdepan. Dia tak bisa berjalan lebih jauh dikarenakan garis polisi yang melintang di depannya. Seluruh anggota geraknya terasa kaku ketika melihat aparat yang tampak melawan menggunakan senjata, sedangkan para mahasiswa tanpa senjata satupun.
Pandangannya beralih pada dua orang tenaga kesehatan yang menggotong salah satu mahasiswa menggunakan tandu. Hal itu seketika menyentaknya akan keadaan Liam. Bryan mengedarkan pandangannya, berharap Liam berada di sekitarnya. Lalu, sepasang mata hazelnya menangkap Maggie bersama seorang lelaki yang ia asumsikan sebagai kekasihnya.
Tanpa berfikir panjang, Bryan menghampiri Maggie. Untuk menanyakan Liam, tentu saja. "Kak Maggie," panggilnya ketika ia telah berada beberapa langkah dari Maggie. Maggie menoleh dan sedikit terkejut, terlihat dari matanya yang membulat.
"B- Bryan?" gagap Maggie masih dengan keterkejutannya.
Bryan bergegas berdiri di hadapan Maggie. Dahinya berkerut ketika melihat pergelangan tangan Maggie yang dibalut perban, serta beberapa luka gores di satu sisi pipinya.
"Apa yang terjadi?" tanya Bryan.
Bibir Maggie terbuka, lalu terkatup kembali. Bryan tidak bisa mengartikan tatapan Maggie yang tak biasa, karena yang ia tahu Maggie adalah teman Liam yang selalu ceria. "Pemerintah berlaku curang, banyak mahasiswa yang tak terima. Dan, yeah, inilah yang terjadi." Bukan Maggie, melainkan lelaki yang berada di sampingnya yang menjelaskan.
"Lalu, dimana Liam?" tanya Bryan lagi, nada suaranya menyiratkan akan kekhawatiran.
Bukannya langsung menjawab, Maggie dan Mike -kekasihnya saling bertukar pandang. Karena tak kunjung menjawab, perasaan Bryan semakin resah, seperti ada bisikan yang mengatakan Liam sedang berada di zona bahaya.
"Kenapa kalian hanya bertatapan seperti itu?" Bryan berdecak, merasa kesal karena diabaikan. "Where's my brother?" tanyanya sekali lagi.
"Bryan," lirih Maggie. "K- kau kenapa bisa di sini?"
Bryan menatap sinis Maggie. "Apakah sesulit itu menjawab pertanyaanku?"
Maggie tampak menghela nafas sebelum mengatakan, "tadi kami semua--termasuk Liam memang bersama. Hingga kerusuhan terjadi, kami masih mencari perlindungan bersama-sama. Ta- tapi Liam tidak mau pergi dari sana. Di- dia bilang dia ingin membantu korban. Aku- aku sudah memaksanya, tapi dia tetap bersikeras. Aku tak pernah melihatnya sekeras kepala ini." Dari cara bicaranya, sangat jelas bahwa Maggie mengkhawatirkan Liam, yang telah ia anggap sebagai saudaranya selama bertahun-tahun. Mike mengusap bahu Maggie, berusaha membuat Maggie tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aspirations
FanfictionBukan tentang kisah perjuangan seorang pejuang negara. Bukan tentang negara yang merdeka atau pun sebaliknya karena pembelaan rakyat. Hanya tentang para mahasiswa dengan segala aspirasi mereka. Tentang sebuah arti kebersamaan yang sesungguhnya, ser...