07 : Sebuah Berita

128 23 0
                                    

Setelah lulus sekolah dan sibuk dengan kegiatan baru, hari-hari kujalani dengan normal dan tetap menyenangkan. Karakter yang setengah dewasa dan setengah kekanakan menjadi pribadiku yang sekarang.

Aku yang notabenenya memang cuek, kini makin cuek. Terlebih menghubungi teman-teman kelas sewaktu SMA dulu atau dengan kawan-kawan lainnya di luar kelas. Grup Whatssap makin hari makin menumpuk saja notifikasinya, malas dibuka.

Tapi setelah sekian lama kabar menggunung, temanku memberi info buruk tentang Kak Jungwoo secara personal. Tak lupa ia kirimkan bukti berupa screenshot grup lain di mana kabar itu bermula hingga akhirnya sampai ke padaku.

[Saeron]

Hyun...
Kak Jungwoo meninggal



“…”

Aku mematung beberapa saat, membaca pesan itu berulang kali takutnya salah membaca. Segera jariku bergerak cepat mengecek grup kelas dulu, berfokus ke obrolan paling baru di mana Kak Jungwoo menjadi topik pembicaraan.

[Grup Bahasa]

[…]

Mark
Siapa yang mau ke rumahnya?

Mina
Ih, enggak nyangka:(

Yoojung
Aku usahain Mark

Doyeon
Beneran itu teh Kak Jungwoo yang Bahasa?
Bukan kali, Jungwoo mana itu mah

Yeri
Udah jelas-jelas itu fotonya ada:(
Bukti screenshot angkatan dia juga ada:(

Tzuyu
Emang ceritanya gimana?

Woojin
Katanya sih jatuh dari tangga sehabis salat subuh di masjid

Doyeon
Terus?:(

Woojin
Renjun ngecek kamarnya dan dia enggak ada, jadi mau disusulin ke masjid
Tahunya masih di tangga

Doyeon
Eh aku pikir tangga rumah:(
Terus Renjun siapa?

Jihoon
Bukan, tangga di jalan gitu terus gelap. Makanya ketahuannya pas disusul Renjun
Btw dia adeknya

Woojin
Udah sempet dibawa ke rumah sakit
Tapi pas di tengah jalan di ambulans ya udah gitu...
Enggak ada...

Yeri
Innalillahi:(
Sedih gini Ya Allah:(

Lucas
Yo
Yang mau ikut ke rumahnya kita janjian bareng

Chaeyong
Takut enggak kuat:’)
@Bora mau ke sana, enggak?
Kamu ‘kan kumpul-kumpul barakah sama dia di kampus

Bora
Iya, mau ke sana
Hayuk kalian kita ke rumahnya

Aku masih tak beranjak dari posisi awal, fokus memandangi ponsel dengan ekspresi yang tak percaya. Beralih mengecek grup teater dan melihat status, semua temanku kompak mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya Kak Jungwoo.

Jariku masih bergerak menuju sosial medianya, di mana kolom komentar sudah banjir oleh ucapan yang sama.

Saat itu aku baru sadar bahwa air mata sudah menggenang dan jatuh ketika aku berkedip di detik berikutnya, kupandangi lekat-lekat fotonya untuk memastikan bahwa yang meninggal adalah Kak Jungwoo yang aku kenal.

Aku menangis, begitu menyesal karena tak tahu kabarnya selama ini hingga tiba-tiba berita duka datang dengan sangat mendadak. Aku tak mengira bahwa ternyata Kak Jungwoo begitu berarti, begitu memberi kesan yang mendalam dalam memori kehidupan sekolahku.

Padahal yang kami lakukan bukan sesuatu yang sangat istimewa, hubungan pun hanya sebatas adik dan kakak kelas. Namun entah kenapa aku sungguh merasa kehilangan.

“Kak Jungwoo …”

Begitu teman-teman mengajakku untuk datang ke rumahnya, aku memilih untuk tidak berangkat karena tak tahu apa yang harus aku lakukan jika ada di sana.

Karena jujur, saat ini saja aku sudah tak kuat. Pertahanan diriku lemah begitu saja.







“Kak, kenapa bisa?”

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang