Part 9

16.3K 822 22
                                    

Rania melepaskan semua hiasan jilbabnya lalu membersihkan semua makeup diwajahnya, Rania duduk di meja rias kamar hotel mewah menatap sekeliling kamar yang sudah dihiasi bunga, benar-benar seperti kamar pengantin baru, dulu memang tak ada kamar pengantin seperti ini hanya ada kamar suaminya yang bernuansa gelap.

Adipati memasuki kamar, ia sempat terdiam saat melihat nuansa kamarnya

Adipati melihat istrinya yang duduk masih membersihkan wajahnya, Adipati melepas jasnya serta melepaskan dasinya

Tak ada pembicaraan keduanya sama-sama terdiam melakukan aktivitas masing-masing

Adipati dan Rania sama-sama menuju kamar mandi mereka bertabrakan didepan pintu kamar mandi

"Rania duluan mas"
"Saya duluan" ucap keduanya bersamaan, Rania mendongak menatap dada bidang Adipati, dari tadi Rania hanya menunduk malu, malu-malu seperti pengantin baru pada umumnya

"Hueek" Rania mual ia langsung masuk kedalam kamar mandi memuntahkan isi perutnya di wastafel, Adipati ikutan masuk kamar mandi bukan untuk melihat istrinya namun ia kebelet buang air kecil

Rania mencuci mulutnya lalu membasuh wajahnya dengan air keran

"Uhh, sayang kamu capek ya, kuat diperut mama ya nak, kamu satu-satunya harta mama, sepertinya berendam enak" baru saja berbalik badan Rania kaget ada suaminya berdiri membelakanginya

"Mas ngapain disini, kan Rania duluan yang ke kamar mandi" ujar Rania

Adipati tak menjawab ia menarik Rania kepelukannya lalu mencium bibir Rania,

"Mandi bareng" bisik Adipati sensual ditelinga Rania, Rania sedikit bergidik ngeri

Ditengah malam yang larut Adipati dan Rania menikmati malam indah sebagai pengantin baru, mereka berhubungan selayaknya pengantin baru, tanpa memikirkan semua masalah yang ada

"Maafkan saya Rania"

"Maaf untuk apa?"

"Maaf untuk semuanya saya tahu kamu wanita yang baik, tapi jujur saya bingung pada diri saya sendiri Rania, saya tak mengerti kenapa sulit menerima kamu dihidup saya" Adipati mulai jujur membicarakan isi hatinya, Rania mendongak menatap Adipati

"Karena mas mencintai wanita lain" Mata Rania mulai berlinang, entah kenapa semenjak hamil ia menjadi sering menangis padahal biasanya tak pernah sekalipun ia menangis didepan suaminya, namun sekarang jika membicarakan soal hubungan mereka Rania tak kuasa untuk menahan tangis

"Jangan menangis Rania, jangan menangis karena laki-laki brengsek seperti saya, kamu pantas bahagia dengan yang lain Rania" Adipati mengusap pipi Rania lembut, menghapus air mata yang terus turun begitu saja

"Mas hanya kamu yang aku punya, keluarga kamu, mama papa, aku hanya bisa bahagia dengan kalian"

"Tapi saya hanya bisa menyakiti hati kamu Rania, saya tak pantas menjadi suami wanita baik seperti kamu,"

"Mas Rania tak apa, Rania yakin kamu bisa berubah mas, anak kita dia butuh kamu mas" ucap Rania sambil menarik tangan Adipati keperut polosnya. Adipati mengusap perut rata Rania, didalam perut Rania ada darah dagingnya

"Mas bahkan jika mas memang ingin menikah lagi, Rania ikhlas mas"

"Rania kenapa kamu begitu baik? Apa kamu tidak akan sakit hati jika saya menikah lagi?" Rania menatap suaminya tangan nya menggapai rahang sang suami mengelusnya pelan

"Rania yakin kita akan sama-sama bahagia mas, Anggun dia teman baikku dari kecil, dia wanita yang baik aku yakin dia bisa bikin kamu bahagia, dan aku.... Akan bahagia melihat kamu bahagia" ucap Rania begitu sulit berbicara diakhir kata, namun ia berusaha tersenyum dan tegar, Adipati mengelus tangan Rania yang masih berada dirahangnya

"Saya takut kamu semakin tersakiti Rania, saya takut tidak bisa berbuat adil, saya takut Allah menghukum saya, saya takut kamu tidak bahagia Rania,"

"Mas kenapa begitu takut? Rania tidak apa-apa, ini semua demi kebaikan rumah tangga kita mas, Rania sayang dengan mama, papa, Rania gak mau kehilangan keluarga, hanya kalian keluarga Rania, tolong pikirkan mas" Rania menangis lagi-lagi ia tak kuasa menahan tangisnya, ia hanya lah sebatang kara, semua keluarga kandungnya sudah meninggal, nenek kandung yang menjodohkan mereka juga belum lama meninggal, Rania menyayangi keluarga Adipati, ia selalu ingat pesan pesan neneknya.

"Rania, cucuku jika banyak masalah yang datang dalam rumah tanggamu, sebesar apapun itu jangan lah kamu tinggalkan keluarga Adipati, mereka keluarga kamu satu-satunya, nenek percaya dengan Hartati dan suaminya mereka seperti anak nenek sendiri, mereka akan memberikan kasih sayang sebagai orangtua yang sedikit kamu dapatkan dari orangtuamu. Mereka keluargamu Rania, walau berbeda darah tapi mereka keluargamu."

"Sebaiknya kamu tidur Rania, sudah malam, ibu hamil tidak baik tidur malam-malam" ucap Adipati menarik Rania dalam pelukannya menarik selimut lalu mengelus punggung Rania, tak lama Rania pun tertidur

"Kamu begitu kuat Rania, andai kamu yang lebih dulu datang kehatiku aku tak akan menyia-nyiakan wanita sebaik kamu, cinta memang begitu menyakitkan, Anggun aku mencintainya masih ada rasa ingin memilikinya namun bersama kamu aku mulai merasa nyaman Rania, Ya Allah perasaan apa ini, kenapa aku begitu rakus ingin memiliki keduanya? Apa aku bisa memiliki keduanya? Apa aku bisa adil nantinya?" Adipati tak bisa tidur hatinya terus bertanya-tanya kenapa bisa ia menjadi orang yang jahat? Hanya didepan umum ia menjadi pria yang baik yang diidamkan banyak wanita nyatanya ia tak bisa membahagiakan istri yang sholeha.

Adipati terus memikirkan bagaimana yang terbaik untuk rumah tangganya, ia tak bisa tertidur hingga jam terus berputar, ia segera bangun lalu menuju kamar mandi, setelah mandi besar Adipati bersiap untuk sholat malam, ia meminta dan memohon pada yang kuasa, Adipati ingin segera menyelesaikan semua permasalahan rumah tangganya agar tak ada yang tersakiti lagi.

****

Hari sudah siang setelah menikmati malam yang cukup panas, Adipati dan Rania bergegas untuk pulang, tak ada istilah honeymoon, karena hari senin sudah kembali berktivitas seperti biasa.

Tak ada perbincangan kembali, Adipati dan Rania sama-sama terdiam entah apa yang mereka pikirkan masing-masing namun setelah mereka berbicara pasti setelahnya akan saling mendiami

Rania memainkan ponselnya, melihat akun media sosialnya, ada banyak foto pernikahan yang mentag Rania, Rania tersenyum melihat foto-foto itu, terlihat bahagia

"Rania"

"Rania" panggil Adipati yang kedua kalinya

"Eh mas manggil? Maaf Rania gak dengar, ada apa mas?"

"Saya lapar dan ingin makan sushi" ucap Adipati membuat Rania mengernyitkan dahinya

"Bukannya mas tidak suka sushi?"

"Tapi saya pingin, sepertinya sushi enak, temani saya makan!" ujar Adipati,

"Tumben sekali mas Adipati minta ditemani makan, apa jangan-jangan..." Rania tersenyum mengelus perutnya

"Kenapa senyum-senyum sendiri? Kamu mengejek saya?"

"Sensi banget si mas, Rania tahu jangan-jangan mas Adipati ngidam kan? Papa kamu ngidam nak"

"Kenapa saya yang ngidam, itu kan anak kamu, sudahlah saya jadi malas makan sushi" ujar Adipati kesal, Rania menghela nafas

"Terserah mas saja, maaf ya mas"

Namun pada akhirnya Adipati memarkirkan mobilnya didepan restaurant Sushi, Rania hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil.

Adipati pria 31 tahun itu memang benar-benar aneh, dia baik tapi jahat terkadang baik terkadang mengesalkan, Adipati pria yang sulit ditebak hatinya, entahlah Rania harus seperti apalagi untuk melunturkan semua sifat tidak baik Adipati, mungkin hanya doa yang bisa membolak balikan hati suaminya. Rania selalu berharap yang terbaik untuk suaminya dan satu lagi mudah-mudah suaminya cepat memikirkan mengenai rumah tangga mereka, Rania berharap rumah tangganya akan terus berlanjut hingga maut memisahkan.





15.10.2019

Hoammzz ngantukkk😴😴

Istri Yang DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang