Part 5

17.8K 866 13
                                    

"Hamil? Kamu mau hamil? Hahaha" Adipati tertawa lalu terdiam kembali menatap Rania yang mengangguk

"Apa salah aku minta dihamili mas?" sahut Rania pelan

Adipati tertawa mengejek sembari menggeleng tak percaya permintaan istrinya yang jelas-jelas ia menolak memberikan anak untuknya

"Ga salah memang tapi sudah jelas saya akan menolak, permintaan yang lain tidak dengan itu, jangan meminta yang aneh aneh Rania" ujar Adipati masih tak percaya istrinya berani meminta anak padanya.

Adipati meneruskan mengemudinya, mereka sudah berada di mobil menuju rumah setelah berdiam beberapa menit di restaurant tadi Adipati langsung menyeret istrinya ke mobil untuk membicarakannya.

"Aku mau itu mas, emm (jeda beberapa detik) kalau mas tidak mau aku akan menolak kerjasama dengan mba Reiska" ucap Rania pelan namun terdengar tegas

Cittttttt, Adipati mengerem mendadak untung saja jalanan sepi

"Astaghfirullah, hati-hati mas" tegur Rania ia kaget saat suaminya mengerem mendadak

Adipati menepikan mobilnya dipinggir jalan, tangannya menggenggam stir erat

"Ngomong apa kamu tadi?" tanya Adipati menatap Rania tajam

Rania sebenarnya sedikit takut namun ia memberanikan diri menatap suaminya

"Ahmm emm aku mau hamil mas, kalau mas tidak mau aku akan menolak kerjasama dengan mba Reiska" ulang Rania serius masih menatap suaminya

"Kamu berani mengancam saya hah?"
Adipati mencekram pipi Rania kencang Rania menggeleng, Adipati melepaskan tangannya begitu saja, ia kesal dengan istrinya berani sekali mengancam untung saja Adipati masih ingat istrinya seorang wanita

"Aku tidak mengancam mas aku hanya minta dihamili mas, apa sulit?" Adipati tak menjawab ia menatap lurus ke depan

"Aku ingin punya keturunan dari kamu mas, aku sudah ditanya kembali sama mama rasanya aku tak tega mas memberikan harapan palsu ke mama" tangis Rania pecah ia sudah tak mampu menampung air matanya ini pertama kali Adipati menengok melihat Rania menangis, tangan Adipati refleks terangkat namun dengan cepat ia turunkan kembali.

Adipati teringat dengan mamanya juga, wanita yang paling ia cintai memang mengharapkan seorang cucu.

Setelah beradu dengan pikirannya sendiri, Adipati berbicara setelah beberapa menit memperhatikan istrinya menangis 

"Oke jika itu yang kamu mau saya turuti malam ini, namun jika gagal jangan pernah minta sama saya lagi" ucap Adipati lalu meng gas pol mobil nya dengan kencang membuat Rania berighstighfar dan menghapus air matanya.

****

"Ini kan yang kamu mau hah," Ucap Adipati melempar istrinya diranjang kasar, Rania ingin menangis rasanya ia memang ingin hamil tapi apakah tidak bisa suaminya memberikannya secara baik-baik tidak seperti ini caranya.

Suaminya seperti kalap, tadi dengan kecepatan kencang Adipati melajukan mobilnya menuju hotel bintang 5, setelah checkin Adipati menarik kasar Rania ke kamar hingga melemparkannya keranjang

"Kamu yang menyerahkan maka jangan pernah bilang berhenti pada saya" ucap Adipati mulai membuka kancing kemejanya

"Buka baju kamu!" perintah Adipati membuat Rania menggeleng dan terduduk

"Ohh mau aku yang buka hah, kamu pintar sekali Rania" ucap Adipati mendekat pada Rania

"Stop mas"

"Bahkan belum dimulai kamu sudah minta stop, mau kamu apa Rania?" teriak Adipati, Rania menggeleng suaminya sudah seperti kesetanan

"Kita sholat dulu mas, tolong jangan begini, kita berdoa agar diberikan keturunan yang sholeh dan sholehah" ucap Rania pelan membuat Adipati langsung terdiam

Adipati menghela nafasnya panjang dan berighstigfar dalam hati ada apa dengan dirinya

"Buruan siapin!" ujar Adipati lalu berjalan ke arah kamar mandi membuat Rania tersenyum senang

"Ya Allah semoga engkau mengizinkan aku mempunyai anak, semoga berhasil malam ini ya Allah" doa Rania sembari mengelus perutnya

******

Suara Azan Shubuh yang berbunyi dari ponsel membuat Rania terbangun, setelah membaca doa bangun tidur Rania terduduk meraih ponselnya di meja nakas melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 04.23 Wib Rania baru tersadar ia melewatkan sholat malam nya

"Ya Allah maafkan aku melewatkannya" sesal Rania

Rania menatap sang suami yang masih tertidur, Rania tersenyum menatap suaminya, semalam suaminya menggaulinya sangat baik tidak seperti malam-malam yang lalu kali ini suaminya lebih sabar dan menurut saat dirinya mengatakan "Pelan-pelan" walau Adipati terus menggaulinya sampai jam 2 tadi, Rania ikhlas lahir batin Rania mengelus perutnya dan terus berdoa

"Semoga kamu langsung hadir nak"

Rania mengecup pipi sang suami lalu segera bergegas untuk mandi besar, dan setelah itu membangunkan suaminya untuk sholat berjamaah ia yakin suaminya pasti mau

Setelah sholat shubuh berjamaah ada rasa haru saat Rania mencium punggung tangan suaminya, sholat berjamaah sangat amat jarang dilakukan ia bersyukur suaminya mau melakukannya

Setelah sholat Adipati meninggalkan Rania dikamar hotel sendiri ia keluar mencari udara segar disekitar hotel

"Kenapa sulit menerima kamu Rania, semoga Allah memaafkan semua dosaku padamu, entah sampai detik ini pun tak ada sedikit rasa sayang padamu, aku berharap saat kita berpisah diwaktu yang tepat kamu bisa mendapatkan laki-laki baik yang tulus mencintaimu dan jika kamu hamil anakku akan kubiarkan dia bersamamu" ucap Adipati pada dirinya sendiri, ia tak mau lebih lama menyakiti wanita sebaik Rania, ia sadar mungkin ini yang terbaik ia akan menunggu waktu yang pas, semoga keluarganya bisa menerima keputusannya.

Rania wanita yang merupakan istri Adipati itu mendengar semua perkataan suaminya, ia mengikuti suaminya yang keluar kamar, sesak rasanya sakit saat mendengarkan penuturan suaminya, setelah diterbangkan ke awan Rania dihempaskan begitu saja ke bumi, ia tak sangka suaminya akan berfikiran seperti itu.

Rania tidak ingin ada perpisahan ia akan berjuang mempertahankan rumah tangganya walau sakit yang ia dapatkan setiap hari tak mengapa Rania ikhlas tapi tidak dengan perceraian bagaimana jika ia hamil ia tak mau anaknya tak memilki keluarga yang tak utuh.

Rania kembali kedalam kamar hotel berighstigfar dalam hati untuk menenangkan dirinya agar tak terbawa emosi, ia yakin suaminya tak akan pernah berbicara seperti itu, ia yakin suatu saat nanti suaminya bisa menyayanginya, Rania tak akan pernah berhenti berdoa, karena Allah lah yang maha membolak-balikan hati manusia.

Rania kembali kedalam kamar hotel berighstigfar dalam hati untuk menenangkan dirinya agar tak terbawa emosi, ia yakin suaminya tak akan pernah berbicara seperti itu, ia yakin suatu saat nanti suaminya bisa menyayanginya, Rania tak akan pernah berh...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


******

30.09.2019

Istri Yang DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang