Sepasang kaki yang baru saja menapak di undakan tangga itu tiba-tiba berhenti saat ia mendengar sebuah suara yang familiar. Lunafreya tersenyum cerah saat anjing peliharaannya Umbra mengongong dengan riang dan menghampirinya dengan sebuah buku yang tidak asing.
"Oh kau sudah kembali, anak pintar." Puji Luna sembari berjongkok dan mengelus anjing kesayangannya itu, ia mengelus bulu-bulu halus Umbra dan mengambil buku lusuh yang selalu dibawa anjing itu untuk mengantarkan pesan-pesan khusus.
Hai Bulan? Apakah kau baik-baik saja. Kau tahu kalau aku merindukanmu bukan?
Hari ini aku dan si kuning berjalan-jalan di sekitar Duscae, kau tahu, perkemahan kami sungguh menyenangkan, aku berharap kau bisa menikmatinya seperti aku menikmatinya, Bulan.
Bulan? Kau tahu bahwa keadaan kita yang sejak lama terbatas ini membuatku sedih, aku tahu kau mengemban tugas yang berat sebagai sang terpilih oleh Astral, walaupun kau bilang aku adalah sang Raja yang diramalkan itu, tapi aku tetap ragu apakah aku mampu mengemban semuanya.
Agh, mungkin hanya ini saja yang bisa kusampaikan, kau tahu bukan aku tidak bisa berkata-kata seperti si Kuning, atau menjadi bijak seperti si kacamata, aku berharap aku bisa seberani si Besar jika bertemu kau secara langsung setelah dua belas tahun. Hanya foto-foto ini yang bisa kuberikan agar kau tahu aku baik-baik saja.
Salam, dari si Malam
Lunafreya menahan senyumnya, ia melihat beberapa lembar foto yang terselip dihalaman belakang buku itu, sengaja diikat dengan klip kertas dengan aksen Lucis agar tidak jatuh. Luna menghela nafas kecil dan memperhatikan foto-foto yang menunjukkan sosok pemuda dengan surai jabrik yang tengah tersenyum lebar dengan teman-temannya di sebuah padang luas. Mereka sepertinya tengah berkemah.
Sebersit rasa iri muncul di hatinya ketika ia merasa tak merasakan kebebasan seperti sahabatnya yang saat ini berada nun jauh di sana. Terkadang ia berharap bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu.
Sejak Tenebrae tunduk dibawah Niflheim, ia seperti terpenjara dalam rumahnya sendiri. Tugasnya sebagai Oracle tak bisa membuatnya pergi sesuka hati dan harus tinggal di Tenebrae, ia hanya bisa keluar disaat-saat khusus dengan izin resmi, semisal mememui para Astral di setiap kuil atau mengobati penduduk yang terpapar wabah bintang. Untuk sekarang hanya kakak-kakaknya lah yang bisa pergi sesuka hati kelur Tenebrae, namun itupun untuk keperluan politik. Lunafreya menghela nafas kecil.
"Apa yang membuatmu gundah, Lady?" Gentiana tiba-tiba berada di belakangnya, bibirnya yang kemerahan nampak mengembangkan senyum. Lunafreya mengeleng kecil, mengelak.
"Tak apa." Ujarnya.
"Hanya jenuh kah?" Tanya Gentiana lagi, Luna tersadar dan tawa kecil meluncur dari bibirnya. Gentiana memang selalu mengerti apa yang ia pikirkan.
"Kurang lebih seperti itu." Jawab Luna, "bosan, jenuh, jika saja aku bisa punya kesempatan untuk keluar Fenestala Manor, keluar Tenebrae."
"Begitukah Luna?" Sebuah suara membuat keduanya menoleh. Stella berjalan ke ruang keluarga dimana Luna sejak tadi memperhatikan pemandangan di luar jendela. "Aku tidak terkejut, kau tidak pernah keluar Tenebrae apalagi istana sebelumnya. Tapi bukannya perjalananmu untuk mengatasi Starcourge akan segera dimulai?" Ujar Stella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solitude Were We Alone
FanfictionSakura Haruno, seorang gadis yang berpikir bahwa pertemuannya dengan pemuda berambut kelam dari masa kecilnya hanya akan berlangsung biasa-biasa saja, mereka akan saling mengenal dan akan terus bersama dalam menjalani kehidupan. . Namun di sisi lain...