Rythem (5)

146 37 5
                                    

Sakura membuka matanya saat merasakan permukaan lembut tempatnya berbaring, ia menoleh ke sekeliling dan mengerutkan alisnya kala menemukan interior ruangan tidak seperti kamarnya di Fenestala Manor melainkan kamarnya di istana kekaisaran Niflheim. Ia meringsek turun dari ranjang dan tidak menemukan siapapun yang mondar-mandir di sekitar lorong kamar. Pakaiannya masih pakaian yang kemarin minus cardigan dan sepatunya. Sakura memutuskan untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Ia akan mencari tahu kenapa ia bisa berada di istana pusat karena selama ini ia keasyikan dengan teman-temannya di Bumi. Hari sudah beranjak siang ketika ia bangun dari ranjang nya karena seharian di Bumi ia bermain-main dengan teman-teman hingga larut malam dan baru bisa tidur setelah dini hari tiba.

"Uh, aku bakal lebih banyak tidur beberapa hari ini." Rutuk Sakura, namun ia masa bodoh karena di Eos ia tak punya pekerjaan yang penting selain hanya berkeliling dan hidup seperti manusia pada umumnya.

Sakura menyisir rambutnya yang masih basah saat ia mendengar ketukan di pintu, ia menemukan Stella yang tersenyum ceria seperti biasanya. Sakura mempersilakannya masuk.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Stella kemudian.

"Tentu saja," jawab Sakura, "oh ya, bagaimana bisa kita ada di Niflheim?"

"Semalam kita berangkat, karena kau pulas sekali padahal aku dan Ravus sudah berusaha membangunkanmu." Jawab Stella.

Sakura tersenyum kikuk, "maaf, aku kelelahan sekali."

Stella mengangguk paham. Mereka kemudian mengobrol dan tiba-tiba Stella memberikan sebuah kertas dengan tulisan dan logo resmi Kekaisaran.

"Aku tak bisa bilang ini kabar baik, Cherry, tapi, ini permintaan resmi dari Kaisar." Ucap Stella. Sakura memandangnya bingung, "apakah kau bersedia mewakili Niflheim dalam penyerahan proposal gencatan senjata dengan Kerajaan Lucis?" Pintanya.

"Eh? Pewakilan?!" Pekik Sakura dengan mata melotot, ia tak menyangka ia akan mendapatkan tugas begitu pentingnya. "A-aku-"

"Kau takkan sendirian, akan ada perwakilan dari Fleuret untuk menemanimu." Tambah Stella, ekspresi horor di wajah Sakura nampak mengendur. Ia merasa lega, tapi tetap saja...

"Aku akan berusaha..." Cicit Sakura dengan keraguan yang terlihat jelas di wajahnya.

"Baguslah, aku akan memberitahukan siapa perwakilan Fleuret yang akan menemanimu." Ujar Stella lega. Ia mengeggam jemari Sakura lembut.

.

5 jam sebelumnya,

Eos, Niflheim Empire, The House of Emperor

.
Suara langkah kaki menuju sebuah aula bergema disepanjang lorong yang didominasi kramik marmer keperakan. Orang-orang dengan pakaian yang didominasi warna putih dan aksen hitam masuk ke dalam ruangan luas tersebut. Mereka mulai menduduki kursi-kursi yang telah dipersiapkan.

Sosok dengan surai keperakan itu mengetuk-ngetuk sandaran lengan di kursinya, ia sempat melirik sosok yang ia kenal tengah menopang dangunya dengan wajah letih. Netra violetnya sesekali terpejam dan terbuka, mereka menunggu tamu-tamu yang akan datang di rapat ini.

Setelah hampir setengah jam akhirnya pintu ruang rapat ditutup, menandakan bahwa rapat akan segera dimulai.

Di depan sana seorang pria paruh baya yang tak lain sang kaisar Iedolas Aldercapt, pria tua dengan rambut putih karena usia itu sebagai pusat perhatian terlihat berdehem kecil seraya memberikan pembukaan.

Solitude Were We AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang