Rythem (4)

128 31 9
                                    

"Tidurlah jika kau mengantuk, Cherry." Perintah pria itu ketika mereka sampai di mobil dan Ravus mengemudikan kendaraannya meninggal kan lembah Freyja. Hari benar-benar sudah gelap saat pukul tiga tadi matahari terbenam dengan cepatnya, jalanan di sekitar mereka terasa sunyi padahal waktu baru saja menunjukkan pukul 5 sore. Sakura teringat bahwa ia harus bangun di kesadarannya di Bumi karena ia harus bersiap untuk acara piknik dengan teman-temannya.

"Jika sudah sampai, kau bisa membangunkanku ya, Kak?" Pinta Sakura. Ravus mengangguk seraya tetap fokus menyetir.

Sakura tidur dengan cepat, sementara Ravus yang masih fokus menyetir sempat melirik gadis itu. Ia tersenyum kecil seraya mengingat-ingat bagaimana sosok mungil Sakura mengingatkannya pada adik-adiknya. Sakura mirip sekali dengan Lunafreya, namun disisi lain ia juga mirip dengan Stella.

Sakura memiliki jiwa yang bebas, namun karena kondisinya ia tak bisa bergerak bebas seperti jiwanya yang ceria. Ravus merasa gadis itu sangat rapuh, bahkan lebih rapuh daripada Lunafreya, mungkin itulah yang membuat Ardyn sang konselor tak pernah memperkenalkan Putrinya pada dunia luar setelah sekian tahun.

Ponselnya berdering ketika Ravus melewati perbatasan lembah Freyja. Ia mendapatkan panggilan dari sang konselor, Ravus tersenyum kecil, mungkin Ardyn menyadari bahwa Putrinya tengah pergi jauh dan merasa khawatir, insting orang tua memang luar biasa.

"Ya, Tuan Ardyn?" Sapa Ravus.

"Aku ingin memberitahu bahwa rapat dengan Kekaisaran akan dimulai, Tuan Fleuret." Ucap Ardyn di ujung sana.

"Oh tentu, Tuan. Aku akan mempersiapkan airship untuk kembali ke pusat." Jawab Ravus.

"Baguslah, oh ya, bagaimana kabar putri ku, Tuan Fleuret?"

"Nona baik-baik saja Tuan, ia cukup akrab dengan kedua adik saya. Apakah anda ingin saya membawa Nona ikut ke pusat?" Tawar Ravus.

"Ide yang bagus Tuan, aku sudah merindukan putriku," jawab Ardyn, Ravus mengangguk-angguk.

Setelah panggilan itu selesai, Ravus terus mengemudi dengan hati-hati, ia menambahkan kecepatan agar mereka tiba lebih cepat di Fenestala Manor. Beberapa menit kemudian, puncak megah Fenestala Manor telah terlihat, Ravus segera memakirkan mobilnya ketika mereka sudah sampai. Ravus menepuk-nepuk pipi Sakura agar gadis itu bangun, namun ia hanya bisa mengerutkan alisnya heran ketika Sakura terkulai seperti orang mati

Gadis itu benar-benar tidak merespon seolah begitu tenggelam di alam mimpi, tak ingin berpikiran buruk. Ia menyelipkan tangannya ke punggung dan lutut Sakura, menggendongnya dengan hati-hati menuju istana. Tubuh Sakura lebih kecil darinya, yang tentu saja membuat Ravus merasa menggendong boneka daripada manusia. Suasana istana nampak lenggang, namun beberapa pelayan menghampirinya untuk membantu.

"Darimana saja kau, kak?" Tanya Stella ketika melihat kedatangan kakak laki-lakinya. Ia melirik Sakura yang tertidur di gendongan kakaknya.

"Aku mengajak Nona Izunia ke lembah Freyja. Dan dia tidur pulas sekali karena kelelahan." Ucap Ravus. "Kau baru tiba? Mana Luna?"

"Luna berada di kuil seperti biasa, hari ini orang yang datang untuk menyembuhkan diri dari Starcourge cukup banyak." Jawab Stella, "sayang sekali aku tak bisa menemaninya ke lembah Freyja." Ujar Stella seraya tersenyum penuh arti.

"Oh ya, kau sudah dengar mengenai rapat di pusat? Tuan Ardyn menghubungiku tadi." Ucap Ravus.

Stella mengangguk kecil, seolah sudah mengetahuinya. "Ini alasan aku pulang lebih cepat, aku heran kenapa Tuan Rafael juga menghubungiku lagi agar datang ke pusat."

Solitude Were We AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang