Sakura menghela nafas kecil, ketika mereka telah tiba di House of Amber. Sebuah bangunan luas yang lebih kecil daripada Castle of Caelum, Sakura tak bisa membayangkan ia akan tinggal di bangunan seluas ini sendirian. Ia melirik Crowe yang juga menatapnya, beberapa Kingsglaive yang tadinya mengawal juga sudah pergi untuk berjaga di luar.
"Silakan Nona." Ujar Crowe ramah namun tegas, ia mempersilakan gadis itu masuk ke dalam aula utama.
Sakura meneguk ludahnya, aula luas itu terlihat rapi namun sunyi. Ia memperhatikan satu persatu interior dengan gaya klasik yang menjadi khas dari bangunan ini. Jika dibandingkan dengan bangunan di Istana Utama, desain interior di dalam sini seperti istana abad pertengahan.
"20 pelayan telah disiapkan khusus untuk melayani anda di House of Amber, Nona." Ujar Crowe, "pelayan-pelayan tersebut bertugas memastikan anda merasa nyaman dan tidak kesepian, walaupun anda tinggal di tempat yang berjauhan dengan Lady Fleuret."
Sakura mengangguk gugup, ia masih terpana dengan bangunan yang menjadi tempatnya tinggal di Lucis. Crowe kemudian membawa Sakura menuju kamarnya, melewati lorong-lorong dengan jendela besar. Gadis itu sesekali nampak takjub.
"Ini kamar anda, Nona." Ucap Crowe. Sakura membelalak.
Kamarnya sangat luas, dengan perabotan yang minim namun cukup untuk kebutuhan Sakura. Kamarnya berada di lantai bawah dengan pemandangan yang mengarah langsung ke taman Selatan. Terlihat pepohonan hijau yang sangat indah dan danau buatan yang alami. Sakura masih mematung di posisinya ketika Crowe memutuskan untuk undur diri.
Beberapa pelayan masuk ke dalam kamarnya seraya membawa koper besar berisi barang-barang Sakura, mereka dengan cekatan membereskan barang-barang di tempatnya. Sementara Sakura terlihat memperhatikan pemandangan di luar jendela.
"Ada yang anda perlukan, Nona?" Tanya salah satu pelayan sopan seraya memperhatikan Sakura yang masih kebingungan.
Sakura mengeleng kecil, "uh, tidak, aku akan memanggilmu jika aku butuh sesuatu." Cicit Sakura. Ia memperhatikan matahari yang mulai tenggelam. Sakura masih takjub dengan keadaan di sekitarnya. Kepalanya tiba-tiba terasa pening, Sakura berdecak kecil.
"Pasti ini kerjaan Shion." Rutuknya.
.
.
Castle of Caelum, Lucis Kingdom, Eos
.
Sepasang netra biru itu memperhatikan layar di hadapannya, ia beberapa kali berdecak ketika karakter game yang ia mainkan menerima kekalahan lawan. Ketika ia menggerang kesal karena kekalahan kesekian kalinya, sahabatnya dengan rambut kuning bersorak gembira.
"Wohohoho, lihat siapa yang menelan kekalahan!" Pekiknya puas.
Pemuda berambut jabrik hitam emo itu mendengus, ia meletakkan stik konsol di atas lantai kasar. Mengabaikan si kuning yang masing menari-nari kegirangan, ia melenggang begitu saja ke balkon kamar seraya bersungut.
"Lihat si kalah yang merajuk seperti anak-anak." Kekeh sosok besar yang sejak tadi memperhatikan teman-temannya, Gladiolus tertawa. Ia melirik Noctis yang masih kesal karena kekalahan kesekian kalinya dari si kuning Prompto.
"Uh, diam Glad!" Seru Noctis keki, "lihat saja aku akan menang dari si ekor kuning itu." Sungutnya.
"Hei, apa maksudmu dengan ekor kuning, heh?" Decak Prompto jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solitude Were We Alone
FanfictionSakura Haruno, seorang gadis yang berpikir bahwa pertemuannya dengan pemuda berambut kelam dari masa kecilnya hanya akan berlangsung biasa-biasa saja, mereka akan saling mengenal dan akan terus bersama dalam menjalani kehidupan. . Namun di sisi lain...